Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asyari (1871-1947) adalah ulama hebat yang berjasa besar untuk negeri ini. Jejak langkahnya berisi keteladanan dan kontribusi untuk negeri.
Arwani menyebut KH Hasyim Asyari telah memberi peninggalan yang besar, seperti tidak adanya pertentangan antara nasionalisme dan Islam dalam praktik berbangsa dan bernegara Indonesia.
Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912, sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) oleh KH Hasyim Asy'ari baru berdiri sejak 31 Januari 1926.
KH Hasyim Asy'ari dalam kitabnya Adabul 'Alim Wa Al Muta'alim menjelaskan, setiap perbuatan yang disertakan nilai etika, itu merupakan indikator diterima atau tidaknya suatu amal oleh Allah Ta'ala.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Dudung Abdurrahman, menyebut KH Hasyim Asy'ari menjadi ulama besar karena memiliki banyak jasa besar untuk Indonesia. Berikut jasa-jasanya.
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta periode 2009-2017, Prof. Dr. Rochmat Wahab, mengatakan, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari merupakan tokoh yang gencar mendakwahkan pentingnya persatuan dan bahayanya perpecahan.
Pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asyari memiliki banyak keturunan yang punya kiprah untuk bangsa seperti Gus Dur yang jadi Presiden RI ke-4. Selain itu ada pula cucu perempuan Hadratussyaikh yaitu Nyai Hj Abidah Mashum menjadi hakim perempuan pertama di Indonesia.
Pondok Modern Darussalam Gontor dan Pesantren Tebuireng merupakan saudara tua. Hubungan persaudaraan itu terjalin sejak para tokoh pendiri sama-sama menimba ilmu di Pesantren Hamdaniyah Siwalan Panji Sidoarjo. Ada pula ketersambungan nasab di antara pendiri.
Belum banyak umat Islam yang mengenal lebih dalam KH Hasyim Ashari dan KH Ahmad Dahlan. Keduanya hanya populer sebagai pendiri 2 ormas besar di Indonesia.
Ustadz Abdul Somad (UAS) mengaku mengidolakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asyari. Hal itu dibuktikan dengan penelitian dalam disertasinya, tentang kiprah KH Hasyim Asyari di bidang hadits saat studi doktoral di Oumdurman Islamic University (OIU) Sudan.