LANGIT7.ID, Jakarta - Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) adalah ulama hebat yang berjasa besar untuk negeri ini. Jejak langkahnya berisi keteladanan dan kontribusi untuk negeri.
KH Hasyim Asy’ari lahir pada 24 Zulqaidah 1287 H/14 Februari 1871 M di Pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang. Beliau adalah anak ketiga dari 11 bersaudara, putra dari pasangan KIai Asy’ari dan Nyai Halimah.
Dari jalur ayah, nasab KH Hasyim Asy’ari bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Bagir. Dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir.
Baca Juga: Kisah KH Hasyim Asy’ari: Telaten dan Murah Hati dalam Bina Santri
Sifat dan keteladanan KH Hasyim Asy’ari sudah nampak sejak dia muda. Pada usia 13 tahun, dia sudah menjadi badal yakni menggantikan ayahnya mengajar santri di pesantren. Pada usia 15 tahun, dia belajar di beberapa pesantren di Jombang, Probolinggo, Tuban, dan Surabaya.
Pada usia 21 tahun, KH Hasyim Asy’ari sudah berangkat ke Makkah. Lalu, pada usia 22 tahun, dia sudah berangkat ke Makkah untuk kedua kalinya dan menetap belajar di sana.
Nilai karakter KH Hasyim Asy’ari yakni kemuliaan. Beliau sangat menjunjung tinggi kemuliaan. Dia adalah kiai yang sangat menghormati guru-gurunya.
Baca Juga: Tak Hanya Dirikan NU dan Tebuireng, Ini Jasa KH Hasyim Asy’ari untuk Indonesia
Kedua, kejujuran. Ini merupakan sifat yang bisa ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Ketiga, kesederhanaan. Saat menuntut ilmu, dia hidup dalam kesederhanaan. Keempat, keadaban.
Kontribusi KH Hasyim Asy’ari untuk Umat dan NegeriSetidaknya ada empat kontribusi besar yang terus dirasakan umat Islam sampai saat ini. Pertama, beliau mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang pada 1899 dan masih beroperasi sampai sekarang.
Kedua, KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai sosok di balik fatwa Resolusi Jihad pada 20 Oktober 1945. Resolusi Jihad merupakan seruan ulama-santri yang mewajibkan setiap muslim Indonesia untuk membela Tanah Air dan mempertahankan NKRI. Ini memantik pecahnya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
Baca Juga: Mengenal Pendiri Muhammadiyah dan NU, Belajar dari Guru yang Sama
Ketiga, KH Hasyim Asy’ari menggagas pendidikan tentang adab lewat kitab
Adabul alim wal muta’allim. Kitab tersebut merupakan salah satu dari kitab KH Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari.
Kitab tersebut membahas tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya. Lalu, pembahasan tentang etika seseorang dalam tahap pencarian ilmu. Dia juga membahas tentang etika seseorang saat sudah menjadi alim atau dinyatakan lulus dari lembaga pendidikan.
Keempat, KH Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926. NU saat ini memiliki anggota dari 40 juta sampai 95 juta yang menjadikannya sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
(jqf)