LANGIT7.ID, Jakarta - Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Dudung Abdurrahman, menyebut
KH Hasyim Asy'ari menjadi ulama besar karena memiliki banyak jasa besar untuk Indonesia sejak sebelum masa kemerdekaan.
"KH Hasyim mengembangkan perjuangan di awal abad ke-20. Abad ke-20 merupakan periode perjuangan. Di kalangan muslim berlangsung upaya-upaya pembaharuan di dalam Islam, di kalangan bangsa memiliki proses nasionalisme," kata Dudung dalam webinar yang digelar Akademi Hikmah, dikutip Kamis (13/10/2022).
Menurut Dudung,
KH Hasyim Asy'ari adalah ulama patriotis. Beliau dikenal sebagai pendiri Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 bersama sejumlah kiai. Bahkan dalam pertemuan akbar para ulama Indonesia, disepakati sebagai syaikhul akbar.
Baca Juga: KH Hasyim Asyari Mewanti-wanti Bahaya Perpecahan
Di kancah nasional,
KH Hasyim Asy'ari merintis pendirian Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) pada 21 September 1937. MIAI merintis jalan baru bagi umat Islam untuk menyalurkan aspirasi dalam satu wadah perjuangan.
Kedatangan Jepang membawa satu perubahan di Tanah Air. Tak dapat dipungkiri, awalnya Jepang disambut sebagai pembebas saudara sesama Asia. Topeng Jepang terkuak. Mereka mengawali pemerintahan dengan otoriter.
Jepang mengawali politik terhadap umat Islam dengan cara tak bersahabat. KH Hasyim Asy'ari bersama KH Mahfudz Siddiq dipenjara oleh pemerintah fasis Jepang. Itu karena KH Hasyim Asy'ari menolak melakukan ritual seikerei, penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap ke arah Tokyo.
Baca Juga: Kisah KH Hasyim Asyari: Telaten dan Murah Hati dalam Bina Santri
Gelombang protes terjadi di tengah masyarakat. Akhirnya Jepang membebaskan KH Hasyim Asy'ari dan kembali ke Pesantren Tebuireng. Setelah itu, MIAI terus berkembang. Namun pada akhirnya Jepang membubarkan organisasi itu pada 24 Oktober 1943. Meski begitu, organisasi-organisasi Islam kembali dikumpulkan dalam satu wadah bernama Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang didirikan pada November 1943.
Dudung mengungkapkan, KH Hasyim Asy'ari juga memiliki jejak perjuangan di bidang ekonomi. Tokoh besar NU itu mengembangkan ekonomi keumatan mulai dari desa-desa. Dia membentuk sistem ekonomi yang berlandaskan syariat Islam.
"Perjuangan beliau dalam bidang ekonomi juga ada. Diwujudkan dengan merintis kerjasama dengan pelaku ekonomi pedesaan, kerjasama itu disebut
Syirkah Mu'awwanah, bentuknya mirip koperasi. Dasar operasional menggunakan syariat Islam. Kalau kita sekarang mulia bank syariah, rupanya KH Hasyim Asy'ari sudah lebih dahulu melakukan itu," ujar Dudung.
Baca Juga: 7 Kriteria Guru dan Pendidik Berkualitas Menurut KH Hasyim Asyari
Di bidang pendidikan, KH Hasyim Asyari juga merintis Pondok Pesantren Tebuireng pada 1899. Perkembangan pesantren ini cukup pesat. Awal didirikan hanya ada 8 santri, namun dalam waktu tiga bulan jumlah santri meningkat menjadi 28 orang. Kini, Tebuireng menjadi salah satu pesantren terbesar di Indonesia.
Ada banyak bentuk perjuangan KH Hasyim Asyari. Beliau juga turun ke medan perang saat Belanda kembali meneror Indonesia setelah merdeka. Pada 22 Oktober 1945, dia menetapkan fatwa dalam melawan kolonial di Surabaya yang disebut Resolusi Jihad. Melalui resolusi ini, umat Islam Tanah Air berjibaku melawan agresi militer Belanda.
(jqf)