Dalam Al-Quran, pakaian bukan sekadar pelindung tubuh. Ia berubah menjadi penanda identitas, pembeda sosial, dan cermin kepribadian umatbaik jasmani maupun rohani.
Di balik fungsi fisiknya, pakaian menyimpan pesan psikologis dan spiritual. Dalam tradisi Islam, ia menjelma jadi penanda martabat, identitas, sekaligus cermin ketakwaan batin.
Dari ayat-ayat suci, pakaian memikul lebih dari sekadar fungsi menutup tubuh. Ia menjadi penanda zaman, penegas identitas, pagar moral, hingga simbol estetika yang diperdebatkan ulama lintas abad.
Al-Quran memakai tiga istilah untuk pakaianlibas, tsiyab, dan sarabilyang bukan hanya menunjuk kain penutup tubuh, tetapi juga simbol fitrah, moralitas, dan relasi manusia dengan godaan setan.
Pakaian, dalam pengertian yang lebih luas, melindungi lebih dari sekadar kulit. Ia menjaga harga diri, membentuk persepsi, bahkan menjadi cermin akhlak.
Dalam surat Al-Araf ayat 20 hingga 27, terselip pelajaran yang nyaris terlupakan: bahwa menutup aurat bukan sekadar kewajiban syariat, melainkan dorongan kodrati.
Di dalam Al-Quran, pakaian tidak sekadar lembar kain penutup tubuh. Ia adalah isyarat tentang kodrat, godaan, dan jalan kembali kepada fitrah. Berikut ini penjelasannya.
Islam memperkenankan kepada setiap muslim, bahkan menyuruh supaya geraknya baik, elok dipandang dan hidupnya teratur dengan rapi untuk menikmati perhiasan dan pakaian yang telah dicipta Allah.
Dalam Islam, wanita yang sudah baligh diwajibkan mengenakan jilbab untuk menutup aurat. Namun, jilbab yang dikenakan tak sekadar melekat di kepala saja
Perhelatan Piala Dunia kali ini terbilang istimewa, sebab baru pertama kali negara Islam menjadi tuan rumah turnamen internasional ini. Selain itu, ada sejumlah aturan ketat yang diberlakukan selama kompetisi sepak bola empat tahunan ini.