LANGIT7.ID, Jakarta - Halal bihalal salah satu tradisi yang senantiasa dilakukan umat muslim dalam setiap perayaan Idul Fitri, tak heran jika tradisi ini selalu melekat di setiap perayaan hari kemenangan umat muslim.
Tradisi halal bihalal biasanya dilakukan dengan acara pertemuan atau perkumpulan yang digelar untuk saling memaafkan. Halal bihalal kerapkali diadakan dalam lingkup keluarga besar, kelompok pedagang, lingkup pekerjaan hingga instansi swasta dan pemerintahan. Lantas, apa makna halal bihalal?
Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskan bahwa halal bihalal diambil dari bahasa arab, meski kata halal diambil dari bahasa arab, akan tetapi dia menyebutkan bahwa orang Arab tidak pernah melakukan halal bihalal.
Baca Juga: MUI: Jadikan Idul Fitri 2022 sebagai Perayaan Silaturahmi Akbar"Halal bihalal sebuah tradisi yang dilakukan oleh bangsa kita. Jika dilihat dari maknanya apa itu makna halal, kita semua tahu makna halal selalu orang mengartikan halal itu boleh, lawannya haram tak boleh, tetapi sebenarnya jika kita membuka kamus bahasa Arab, makna halal itu ada tiga," kata UAS dalam akun YouTube Tanjung Studio dikutip Selasa (3/5/2022).
Menurut dia, arti yang pertama dari kata halal artinya mengurai benang yang kusut, itulah mengapa disebut dalam do’a Nabi Musa alaihissalam:
wahlul 'uqdatam mil lisaani.
"
Wahlul lepaskan, '
uqdatam ikatan,
mil lisaani dari lidahku. Jadi apabila seseorang yang susah bicara dan disuruh memberi kata sambutan, tak keluar kata-kata dari lidahnya seolah-olah lidahnya terikat, maka Nabi Musa meminta kepada Allah Taala
wahlul 'uqdatam mil lisaani lepaskan ikatan (
millisani) dari lisanku," ujar UAS.
Jadi menurut dia, makna halal adalah melepaskan ikatan benang yang kusut, sehingga tiga makna halal yang pertama yaitu mengurai benang yang kusut, kedua mencairkan yang beku, dan yang ketiga menyambung yang putus.
"Itulah makna halal, oleh sebab itu kalau sudah menghadiri halal bihalal apakah itu halal bihalal yang dibuat oleh kerapatan adat, apakah halal yang dibuat oleh sekolah, atau yang dibuat oleh RT RW artinya yang selama setahun ini putus, disambung lagi, yang selama setahun ini kusut dilepaskan, yang selama setahun ini terikat, maka kita tidak membuatnya menjadi kusut lagi," katanya.
Baca Juga: Ini 6 Destinasi Wisata Halal di Brunei Darussalam yang Ramah MuslimUAS menyampaikan, bilamana ketika halal bi halal sudah dibuat yang kusut tetap kusut, yang beku tetap beku dan tak mencair, yang tersimpul mati tak juga lepas, oleh sebab itu halal bihalal menjadi tak bermakna.
"Berkaitan dengan halal bihalal ibarat dua tali, maka dia ada dua, yaitu yang diikatkan dan yang disimpulkan," ujarnya.
Menurut dia, begitu juga dengan manusia, seperti ada dua jika yang satu mau tetapi yang satu tidak mau, maka halal bihalal harus ada maaf dan memaafkan.
"Meminta maaf dan memberi maaf, ada satu memberi tapi satu tak minta. Ada satu meminta tapi yang satu tidak mau memberi, maka yang kusut akan tetap kusut dan yang beku akan tetap beku," kata UAS.
"Kapan yang beku bisa menjadi cair? Jika satu meminta maaf, yang satu memberi maaf, barulah benang yang kusut tadi akan terurai kembali," imbuhnya.
Baca Juga: Waspada Microsleep saat Berkendara, Ini Penyebab dan Pencegahannya(zhd)