LANGIT7.ID, Jakarta - Hidayah Allah SWT dapat diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki, salah satunya Yohanes Ignatius Kristanto atau kerap disapa Pak Yo, dia menceritakan kisah awal mula dirinya memeluk agama Islam, hal tersebut setelah dirinya melakukan perenuangan soal siapa Tuhan. Setelah kurang lebih tiga tahun belajar tentang Islam, akhirnya Yo memilih Islam sebagai agama yang dianutnya kini.
Pak Yo yang pada mulanya berprofesi sebagai pendeta ini mengaku memelajari tiga agama; mulai dari Nasrani, Yahudi, hingga Islam. Baginya ketiga agama tersebut sama-sama mengakui tentang keberadaan Nabi Ibrahim alaihis salam (AS).
"Saya mualaf baru enam bulan di Febuari 2022 lalu. Jadi pertama tentang perenungan soal siapa Tuhan dan saya memelajari tiga agama; pertama Yahudi, agama ini mengakui Yahweh satu-satunya yang harus disembah atau dalam bahasa Arab itu Allah," kata Yo saat di wawancara
Langit7, Selasa (6/9/2022).
Menurut dia, hal tersebut menjadi berubah ketika kekristenan mengakui Yesus sebagai Tuhan, hingga kemudian agama Islam hadir mengembalikan pemahaman bahwa yang harus disembah satu-satunya adalah Allah Ta'ala.
Baca Juga: Dapatkan Hidayah, Ini Kisah 7 Mualaf Indonesia Memilih Islam"Saya belajar Islam tiga tahun dan kemudian ketika saya menjadi pendeta banyak mengerti, menurut saya banyak hal-hal yang menyimpang dan saya tidak cocok, sehingga itu menjadi pemicu untuk akhinya saya berani menjadi seorang mualaf," ujarnya.
Yo menjelaskan, saat dirinya menjadi mualaf tidak cukup hanya dengan melaksanakan salat lima waktu, sehingga dia ingin melakukan hal yang lebih baik dari itu. Sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan.
"Ketika saya menjadi seorang mualaf, tidak hanya cukup bagi saya untuk salat lima waktu, kemudian saya seperti orang-orang biasa. Jadi saya ingin melakukan hal lebih dari itu karena teladan saya baginda Nabi Muhammad Saw yang sepanjang hidupnya adalah berdakwah," tutur Yo.
Lebih lanjut, Yo menegaskan dengan kondisi saat ini yang masih memiliki keterbatasan ilmu, dia mengaku akan terus berkomitmen untuk belajar mendalami Islam serta berdakwah dengan caranya.
Baca Juga: Perjalanan Spiritual Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran hingga Bertemu RasulullahSelain itu, sebagai seorang mualaf, Yo kerap kali menghadapi berbagai ujian yang menimpa dirinnya mulai dari komunitas, lingkungan hingga keluarga besar yang masih belum menerima tentang keputusannya menjadi mualaf.
"Ketika saya menjadi mualaf, sampai hari ini banyak sekali ujian yang datang, tetapi saya coba golongkan menjadi dua. Pertama berasal dari komunitas dan lingkungan saya dulu, tapi menurut saya ini bisa saya atasi," katanya.
"Terputus sama sekali dengan komunitas teman-teman pendeta, mantan jemaat, dan yang lainnya termasuk keluarga besar saya didiamkan dan diisolasi. Artinya saya tidak ada hubungan," imbuhnya.
Ujian kedua, yaitu dari segi materi. Ketika menjadi mualaf, dia harus menghidupi diri sendiri serta kehilangan pekerjaan sebagai pendeta dan tetap menjalankan bimbinga belajar gratis bagi masyarakat Bayat.
Baca Juga: Suasana Upacara Kemerdekaan Lintas Agama di Masjid Istiqlal"Ujian kedua selanjutnya adalah ketika saya baru tahu bahwa di agama Islam ini terdapat banyak friksi, misal dulu kami membuat proyek membeli gereja untuk dibangun masjid di Klaten. Dan itu menjadi rebutan dua organisasi, sehingga pembangunan agak terhenti," katanya.
Kendati demikian, Yo merasa bersyukur hari ini keputusannya untuk menjadi seorang mualaf diikuti oleh sang istri serta anaknya. Secara perlahan membuka ruang diskusi bagi keluarganya yang selama ini belum mendengar tentang apa dan bagaimana Islam sejatinya.
"Alhamdulillah istri dan anak pertama saya, satu minggu yang lalu mengikuti untuk masuk Islam dan keluarga alhamdulillah. Pelan-pelan saya memberikan informasi tentang Islam, sebab saya tidak pernah membuka pintu untuk berdebat," ujar Yo.
Baca Juga: Gontor Komitmen Ikuti Proses Hukum Wafatnya Santri AM(zhd)