LANGIT7.ID, Jakarta - Makna
surat Al-Kafirun tidak diamalkan secara utuh sebagian
umat Islam. Masih banyak yang meniru ritual, apalagi kebiasaan kaum non-Muslim karena toleransi.
Kondisi ini terjadi di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, Bogor belum lama ini. Banyak masyarakat orang-orang Islam yang ikut dalam ritual pemakaman kaum
non-muslim.
Menurut Ustadz Khalid Basalamah, turunnya surat Al-Kafirun karena pada saat itu kaum kafir quraisy meminta Nabi Muhammad SAW untuk melakukan ritual peribadatan mereka.
Baca Juga: Warga Pamijahan Ikut Ritual Pemakaman Agama Lain, Viral di Medsos"Kaum kafir quraisy mengajak Nabi Muhammad SAW untuk bernegosiasi. Mereka berjanji akan melakukan ritual keagaaman yang dilakukan Rasulullah selama sehari penuh, dengan syarat Rasulullah dan kaum muslimin juga melakukan ritual peribadatan mereka sehari penuh," kata Khalid dalam kutipan ceramahnya, Kamis (8/6/2022).
Melanjutkan kisah tersebut, Khalid mengatakan, bahwasannya Nabi SAW menolak ajakan kaum kafir itu. Lantas, mereka tetap melanjutkan negosiasinya dengan berjanji akan melakukan ritual peribadatan Nabi SAW selama sepekan, dengan syarat Rasulullah mengikuti ritual keagamaan mereka selama sehari.
"Dilanjutkan terus sampai mereka mengatakan akan mengikuti ibadah Nabi SAW selama sebulan penuh, asalkan Nabi mengikuti mereka selama satu hari."
"Hingga mereka kemudian berjanji akan melakukan ibadah umat Islam selama setahun penuh, asalkan Nabi SAW beserta kaum muslimin melakukan peribadatan mereka selama sehari penuh," tambahnya.
Namun, Rasulullah terus menolak negosiasi yang dilakukan oleh kaum kafir quraisy. Sampai akhirnya mereka berjanji akan ikut ajaran Nabi selama-lamanya, tapi dengan syarat Nabi melakukan peribadatan mereka selama sehari penuh.
Nabi tetap menolak mengikuti ritual keagamaan mereka. Lantas malaikat Jibril turun membawa surat Al-Kafirun.
"(Di ayat terakhir) 'Lakum dinukum waliyadin', yang artinya 'bagimu agamamu bagiku agamaku'. Semua orang kafir tidak boleh diikuti ajarannya, itu jelas," ungkapnya.
(bal)