Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Sabtu, 26 April 2025
home masjid detail berita

Ustaz Nashruddin: Maulid Bukan Tolok Ukur Cinta kepada Rasulullah

Andi Muhammad Jum'at, 30 September 2022 - 14:15 WIB
Ustaz Nashruddin: Maulid Bukan Tolok Ukur Cinta kepada Rasulullah
Ilustrasi. Foto: Langit7.id/iStock.
LANGIT7.ID, Jakarta - Sebagai umat Rasulullah SAW kita wajib mencintai baginda Nabi. Namun tolok ukur rasa cinta umatnya kepada Nabi SAW bukan melalui peringatan maulid atau hari kelahiran Rasulullah SAW saja, namun juga mencontohkan perilaku baik yang dianjurkan Rasulullah SAW.

Di lain sisi, agak sedikit berlebihan juga bila kaum mukmin yang memperingati maulid disebut ahli bid’ah, sebab banyak para ulama yang membolehkannya. Para ulama adalah ahlus-sunnah, bukan ahli bid’ah.

Mencintai Rasulullah SAW juga berarti mencintai seluruh ajarannya, sebab apa yang disampaikan Nabi SAW memang merupakan ajaran dari Allah SWT. Maka dari itu, mencintai Rasulullah SAW juga termasuk mencintai Allah.

Pengasuh rubrik Tafaqquh Ustaz Dr Nashruddin Syarief menjelaskan, dalam hadis Anas ibn Malik dengan tegas menyebutkan harus selalu mencintai sunnahnya dan tidak menganggap remeh atasnya (HR Bukhari kitab an-nikah bab at-targhib fin-nikah nomor 5063). Di antaranya selalu memperbanyak salat sunah sebagaimana disebutkan dalam hadis Rabi’ah al-Aslami (HR Muslim bab fadllis-sujud wal-hatstsi ‘alaih nomor 1122).

Dan senantiasa bersabar menghadapi kesulitan hidup sebagaimana dijelaskan dalam hadis ‘Abdullah ibn Mughaffal (Sunan at-Tirmidzi abwab az-zuhd bab ma ja`a fi fadllil-faqri nomor 2350; al-Mustadrak al-Hakim kitab ar-riqaq nomor 7944).

"Namun, di antara sunnah tersebut tidak ada anjuran untuk melakukan maulid Nabi. Sebab tradisi perayaan kelahiran Nabi SAW baru muncul dalam sejarah Islam lima abad setelah Rasulullah wafat," kata Ustaz Nashruddin dikutip Jumat (30/9/2022).

Memang agak berlebihan bila ada orang Islam yang tidak mau merayakan maulid sebab tidak pernah dilakukan Baginda Rasul SAW dan para sahabat, dan juga dinilai sebagai orang yang tidak cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan demikian, maka para sahabat pun bisa dibilang tidak mencintai Nabi SAW, sebab mereka sama sekali tidak pernah merayakan hari kelahiran Rasulullah.

Baca Juga: Rekomendasi Sirah Nabawi untuk Mengenang Perjuangan Rasulullah SAW

"Meski di sisi lain mereka tentunya tahu bahwa ada perayaan terhadap kelahiran Nabi Isa AS yang digagas oleh umat Kristiani," ujarnya.

Para ulama dan generasi salaf pun umumnya tidak ada yang mengeluarkan fatwa bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW seharusnya dirayakan. Akan tetapi kaum mukmin juga tidak seharusnya menutup mata dengan adanya fatwa dari sebagian ulama yang memerbolehkan maulid Nabi dengan dalih bid'ah hasanah. Dalam perspektif ini, para ulama tersebut sepakat akan bid'ah-nya, namun menilai hasanah (baik).

Salah satu ulama yang memperbolehkan perayaan maulid yakni Imam as-Suyuthi, dalam kitabnya Husnul–Maqshad fi ‘Amalil–Maulid (niat baik dalam perayaan maulid). Seperti yang tertulis dalam judul kitab tersebut, Imam yang menulis kitab Tafsir Jalalain, al-Itqan, al-Jami’us-Shaghir, dan Tadribur-Rawi ini mengembalikannya pada niat. Jika niatnya baik, maka satu perbuatan duniawi bisa dinilai baik juga.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an di berbagai ayat mengingatkan umat Islam untuk tidak menyamakan orang-orang Islam, apalagi para ulamanya, dengan orang-orang fasik, pendurhaka, para perusak, atau bahkan orang kafir.

أَفَمَنْ كَانَ مُؤْمِنًا كَمَنْ كَانَ فَاسِقًا لَا يَسْتَوُونَ

"Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama." (QS as-Sajdah: 18)

أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ

Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (QS Shad: 28).

Oleh karena itu, jangan asal menyebut seseorang ahli bid'ah. Terlebih gelar ahli bid'ah kerap disematkan kepada para ulama salaf untuk membedakannya dari ahlus-sunnah. Gelaran seperti itu tentu terlalu berlebihan. Cukup dengan menyatakan bahwa maulid bid’ah, bukan sunnah. Sebab gelar ahli bid'ah lebih cocok diberikan kepada orang-orang yang membenci dan meninggalkan sunnah, orang-orang fasik, pendurhaka, perusak, atau orang kafir.

Baca Juga: Keteladanan Rasulullah dalam Menyelesaikan Konflik Rumah Tangga

(zhd)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Sabtu 26 April 2025
Imsak
04:26
Shubuh
04:36
Dhuhur
11:54
Ashar
15:14
Maghrib
17:51
Isya
19:01
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan