LANGIT7.ID - , Jakarta -
Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang selalu membawa teladan kebaikan dalam setiap tindakan yang dilakukan. Ajaran itu sudah ia praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan terbukti sukses.
Salah satu ajarannya ialah soal
berdagang atau berbisnis. Sebagaimana diketahui Rasulullah sudah mencapai puncak kesuksesan sejak usia 25 tahun.
Dalam mencapai kesuksesan itu, ada banyak strategi yang diterapkan sosok teladan umat Islam ini.
Baca juga: Bayar Tunai hingga Cari Berkah, Begini Cara Dagang Sahabat Nabi Abdurrahman bin AufPendakwah sekaligus pembina Komunitas Terang Jakarta, Ustaz Taufik Al-Miftah mengerucutkan
strategi berwirausaha ala Rasulullah menjadi lima.
Berikut lima strategi bisnis Rasullah Saw sehingga membuatnya sukses di usia 25 tahun, di antaranya:
1. Memiliki ilmu pengetahuan
Menurut Ustaz Taufik, Nabi Saw memiliki ilmu pengetahuan dalam berbisnis. Karena itu, umat Islam disunnahkan untuk memahami ilmu sebelum memutuskan untuk memulai usaha.
"Jika ingin mengikuti etika berbisnis Rasulullah, sebelum melakukan bisnis harus memahami fiqih dari bisnis itu. Ilmu tentang bisnisnya harus paham, khususnya ilmu tentang fiqih muamalah. Jangan sampai menzalimi satu sama lain, dan jangan sampai yang subhat ditabrak-tabrakkan dalam bisnis, tidak boleh," ujar Ustaz Taufik dalam kajian yang diikuti Langit7, bertajuk Strategi Berbisnis Rasulullah Saw, Jumat (25/11/2022).
Baca juga: Pebisnis Islam Harus Paham Prinsip Dagang Sukses ala Rasulullah SAWUstaz Taufik pun menukil ungkapan mahsyur Imam As Syafi'i, yakni "Ilmu itu sebelum perkataan dan perbuatan."
Oleh karena itu, lanjut Ustaz Taufik, untuk sukses berusaha seperti ajaran Rasulullah dengan memahami dulu ilmu bisnis. "Yang halal ditekuni dan diamalkan, sementara yang haram ditinggalkan," pesan Ustaz Taufik.
Tetapi tentunya ini bukan hanya masalah halal dan haram, melainkan juga cara menghadirkan konten bisnis yang bermanfaat dan berkualitas.
"Artinya barang-barang yang terbaik diambil, jangan sampai ada transaksi yang mengecewakan orang dan jangan sampai ada gharar, menipu dan lainnya. Karena kita ingin mendapatkan bisnis yang penuh dengan keberkahan. Kalau cari kaya dan banyak harta itu bisa, tetapi kalau barokah tidak akan bisa tanpa mengikuti Alquran dan Sunnah," katanya.
2. Lakukan pendekatan terbaik dengan pembeli
Kemudian, Nabi Saw ketika berdagang yang pertama dilakukan yaitu melakukan pendekatan kepada pembeli bukan pada barangnya.
"Makanya kalau Nabi sudah mendekati orang itu, dia pasti beli. Intinya kedepankan pelayanan pada orangnya kalau ingin berbisnis. Sering kita jumpai ketika masuk di suatu toko kita akan sering mendengar para pelayannya mengucapkan selamat datang, dan lainnya. Mereka menyambut dengan baik," ucap Ustaz Taufik.
"Jadi intinya yang dilempar pertama itu pelayanannya dulu dan ternyata Rasulullah sudah melakukan itu. Kalau kita terinspirasi dari orang-orang barat, ternyata Islam sudah lebih dulu menerapkan. Makanya yang pertama kali kita ingin berbisnis yaitu berinteraksi dengan orang, coba lakukan pendekatan humanis bukan dari barang," lanjutnya.
Baca juga: Bukan demi Kaya, UAH: Orang Islam Berbisnis untuk Bisa Ibadah
3. Tanamkan sifat jujur dan amanah
Rasulullah Saw saat berbisnis selalu jujur dan amanah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ
"Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka." (HR. Ibnu Hibban 2: 326. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1058).
"Jadi harus diingat jika ada pedagang yang menipu maka mereka, bukan dari golongan Rasulullah Saw. Bahkan Rasulullah pernah sangat marah ketika menemukan ada penjual buah yang busuk dan bagus dicampuraduk," tegas Ustaz Taufik.
Selain itu, jika berbisnis tidak boleh mengurangi atau menambah timbangan. Dia lantas mengingatkan hati-hati celaka orang yang suka main-main timbangan.
Menurut Ustaz Taufik, jika ingin mengikuti Rasulullah, maka kita harus memberikan lebih kepada pembeli. Misal saat menimbang satu kilo, penjual bisa melebihkan isinya.
Menambah isi sama dengan sedekah, dan ahli sedekah tidak akan miskin karena sering memberi. Bahkan, Allah akan melimpahkan keuntungan padanya.
"Tidak ada orang bersedekah itu miskin. Makanya kalau ingin mendapatkan bisnis berkah dunia akhirat jangan lupa setiap apa yang kita berikan dilebihkan dengan niatan untuk berbagi atau bersedekah ini yang dilakukan oleh Rasulullah. Makanya para sahabat mengikuti itu dan subhanallah mereka menjadi orang-orang yang sukses," cetusnya.
Baca juga: Sukses Berbisnis, Milenial Jebolan Pesantren Jadi CEO Startup
4. Punya sifat fatanah atau cerdas
Disamping jujur dan amanah, seorang pedagang juga harus punya sifat fatanah atau cerdas. Alasannya, bila tidak cerdas melihat pasar malah dapat menghambat kesuksesan dalam berdagang.
"Makanya ada orang itu dia pandai sekali, kalau musim duren dia jualan duren, ketika musim rambutan dia ganti jual rambutan dan lainnya, itu namanya orang cerdas. Dia bisa melihat pasar dan dia bisa melihat komoditas atau masyarakatnya yang dibutuhkan apa itu yang dicari. Itulah orang cerdas," katanya.
Kecerdasan Rasulullah dalam berdagang membuatnya mendapat keuntungan bisa 10 kali lipat. Selain itu, orang yang cerdas dalam berbisnis memilih dagangan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Karenanya Rasulullah bersabda, "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR. Ahmad).
5. Toleransi dan memberikan kemudahan
Ketika berbisnis Rasulullah Saw mengedepankan toleransi dan memberikan kemudahan. Hindari berdagang untuk saling mempersulit satu sama lain.
Baca juga: 3 Tips Cara Berbisnis untuk Santri, Jangan Takut EksekusiUstaz Taufik mengingkatkan akan pentingnya memberi kebahagiaan orang lain yang dapat berbuah pahala. Sedekah paling afdal adalam memasukkan rasa bahagia ke dalam hati orang beriman, terang Ustaz Taufik.
"Kalau kita ini berbisnis dengan penuh toleransi dan memberikan kemudahan, tidak ada orang yang bersaing dalam bisnis sampai datang ke orang pintar untuk merugikan orang lain, tidak ada," imbuh Ustaz Taufik.
(est)