LANGIT7.ID, Jakarta - Startup
teknologi finansial (fintech) kerap kali 'bakar uang' dalam persaingan. Hal inilah yang menghabiskan sumber pendanaan hingga menyebabkan
kerugian.
Steering Committee Indonesia Fintech Society (Ifsoc), Karaniya Dharmasaputra mengatakan, istilah 'bakar duit' bisa diterjemahkan pada sesuatu yang lebih scientific.
Sebetulnya,
perusahaan fintech menyasar segmen yang belum disentuh atau masih sedikit disentuh oleh konvensional, seperti unbanked dan UMKM.
"Maka fintech memberikan subsidi (bakar duit) untuk memperkenalkan pemanfaatan teknologi digital yang bisa menggerakkan supply dan demand," katanya dalam
Media Briefing: Catatan Akhir Tahun 2022 Fintech dan Ekonomi Digital yang diikuti
Langit7, Selasa (27/12/2022).
Adapun subsidi tersebut bertujuan agar konsumen mau mulai mencoba produk yang ditawarkan fintech, sehingga terjadi demand. Kemudian, gelombang demand itu diarahkan pada sisi UMKM.
Baca Juga: Perlambatan Investasi Fintech Dinilai Wajar, Imbas Kondisi Global"Itulah yang kita lihat sekarang menjadi new economy. Di mana gelombang demand yang muncul ini diarahkan ke UMKM yang underserved oleh konvensional," jelasnya.
CEO Bareksa ini juga mengatakan, hal tersebut merupakan hukum logika dalam ekonomi. Bahkan, adanya penawaran produk fintech beserta subsidinya itu justru dapat membantu tantangan yang dihadapi UMKM.
"Nah, itulah yang selama ini terjadi. Sehingga kita menyaksikan inklusi keuangan naik tinggi sekali," katanya.
Kendati demikian, inklusi keuangan yang meningkat itu memang tidak dibarengi oleh literasi keuangan. Namun, dia mengaku optomistis hal tersebut bisa diatasi.
"Saya kira mestinya ini sangat positif. Jadi di satu sisi ada gap antara literasi dan inklusi, tapi di sisi lain konsekuensinya adalah beban biaya subsidi fintech akan berkurang," jelasnya.
Sehingga, lanjut dia, beban subsidi untuk konsumen yang berkurang itu diharapkan dalat meningkatkan peranan edukasi masyarakat. Terutama untuk meningkatkan literasi keuangan.
"Dengan begitu, maka gap 35,42 persen antara inklusi keuangan dan literasi keuangan bisa semakin kecil," ujarnya.
Bakar Uang hingga 2023Ketua Steering Committee Ifsoc, Rudiantara meyakini, strategi bakar uang akan tetap dilakukan fintech, bahkan di tahun 2023 mendatang. Namun memang, jumlahnya yang tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.
"Bakar uang tetap ada untuk promosi, tapi jumlahnya akan menurun banyak. Kalau dilihat dari sisi promosi dari beberapa fintech, jauh menurun dibanding tahun sebelumnya," ujar dia.
Adapun penurunan itu karena kondisi investor, baik global maupun domestik yang kini tidak hanya fokus pada growth, melainkan juga sustainability.
"Itulah yang diperkirakan akan terjadi di tahun 2023. Saya rasa sektor fintech ini masih diminati oleh investor," tambahnya.
(bal)