LANGIT7.ID, Jakarta - Menteri sayap kanan zionis Israel, Itamar Ben-Gvir, datang ke
Masjid Al-Aqsa bersama sejumlah pemeluk Yahudi dengan pengawalan ketat tentara Israel. Berbagai pihak menilai kunjungan tersebut sebagai tindakan provokatif yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah konflik Palestina-Israel. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania dan sejumlah negara Arab mengutuk keras kunjungan itu.
Melansir Aljazeera, kunjungan Ben Gvir tersebut memicu perlawanan dari warga dan kelompok pejuang Palestina di Jalur Gaza, Hamas. Bahkan, imam Masjid Al-Aqsa, Syekh Ikrimah Sabri, mengutuk tindakan provokatif tersebut, yang dikhawatirkan sebagai upaya Israel mengubah status quo Masjid Al-Aqsa.
Ben Gvir memasuki pelataran Kompleks Masjid Al-Aqsa di bawah pengawasan ketat dari kepolisian dan tentara pendudukan Israel (IDF). Dia memasuki masjid suci umat Islam itu meski mendapat kecaman dari warga Palestina dan negara-negara Arab.
Baca Juga: Arab Saudi Kecam Kunjungan Menteri Israel ke Masjid Al Aqsa
“Pemerintah kami tidak akan menyerah pada ancaman Hamas,” kata Ben Gvir, melansir Al Jazeera, Rabu (4/1/2023).
Pemerintah sayap kanan Israel sudah lama berupaya mengubah status quo Masjid Al-Aqsa. Mereka menginginkan pembagian di masjid tersebut. Sebagian untuk umat Yahudi dan sebagian lagi untuk umat Islam. Mereka pun ingin membagi waktu antara umat Yahudi dan umat Islam untuk memasuki masjid.
Warga Palestina menilai tindakan Israel tersebut sebagai gerakan provokatif. Ben Gvir usai kunjungan itu mengklaim Masjid Al-Aqsa terbuka untuk semua orang. Dia bahkan mengancam balik kelompok Hamas yang mengeluarkan kecaman kepada Ben Gvir.
“(Masjid Al-Aqsa) terbuka untuk semua orang dan jika Hamas berpikir bahwa jika itu mengancam saya, itu akan menghalangi saya, mereka harus memahami bahwa waktu telah berubah,” tulis Ben Gvir di twitter.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengeluarkan kecaman terhadap kunjungan Ben Gvir tersebut. Kemenlu Palestina menyebut kunjungan itu merupakan tindakan provokatif yang belum pernah terjadi dalam sejarah.
Baca Juga: 5 Negara Mayoritas Non-Muslim yang Akui Kedaulatan Palestina
"Mengutuk keras penyerbuan masjid Al-Aqsa oleh menteri ekstremis Ben-Gvir dan memandangnya sebagai provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan menjadi eskalasi konflik yang berbahaya,” demikian pernyataan resmi Kemenlu Palestina.
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, meminta warga Palestina menghadapi penggerebekan ke masjid Al Aqsa. Dia menyebut Ben-Gvir melakukan kunjungan tersebut sebagai bagian dari upaya untuk mengubah tempat suci itu menjadi kuil Yahudi.
Melansir Arab News, Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi menyebut apa yang dilakukan Ben-Gvir sebagai tindakan provokatif.
Senada, Kementerian Luar Negeri Mesir yang merupakan mediator utama di Gaza, memperingatkan konsekuensi negatif dari tindakan semacam itu terhadap keamanan dan stabilitas di Wilayah Pendudukan Palestina dan wilayah yang lebih luas.
Baca Juga: Perkuat Edukasi Palestina, SoA Luncurkan Kitab 40 Hadits Pilihan Baitul Maqdis
Sementara Kerajaan Yordania mengatakan pihaknya mengutuk dalam istilah terberat kunjungan ke Masjid Al-Aqsa karena Israel telah melanggar kesuciannya.
Menurut Yordania, kunjungan tersebut menentang hukum internasional dan status quo bersejarah dan legal di Yerusalem. Pernyataan serupa juga dikeluarkan oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Kuwait.
Motif Israel di Balik Tindakan Ben-GvirMasjid Al-Aqsa merupakan tanah suci ketiga bagi umat Islam, setelah Ka’bah di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Al-Aqsa merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum dipindahkan ke Ka’bah. Artinya, Al-Aqsa menjadi hak umat Islam secara menyeluruh.
Akan tetapi, ekstremis kanan Israel terus berupaya mengubah status tersebut. Hampir setiap hari umat Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsa melalui pintu Maghariba. Mereka kerap melakukan ritual Talmud di sana dan mengklaim Masjid Al-Aqsa sebagai Kuil Sulaiman.
Banyak sayap kanan Israel telah menyerukan agar sebuah kuil Yahudi dibangun di sana menggantikan Masjid Al-Aqsa. Mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, pernah masuk ke situs itu pada 2000 lalu. Itu memicu intifada kedua warga Palestina.
Baca Juga: Serbu Palestina, Israel Hancurkan Masjid Rasulullah
Kunjungan Ben Gvir diprediksi bisa saja memicu intifada ketiga. Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem, mengatakan, langkah Ben-Gvir merupakan kelanjutan dari agresi pendudukan Zionis terhadap kesucian kami dan perangnya terhadap identitas Arab.
“Masjid Al-Aqsa dulu seterusnya tetap menjadi milik Palestina, Arab, dan Islam, dan tidak ada kekuatan atau orang fasis yang dapat mengubah fakta ini,” katanya, dikutip Al Jazeera.
Analis Nasser al-Hidmi percaya bahwa kunjungan Ben Gvir merupakan upaya publisitas. Ben Gvir ingin menunjukkan kedaulatan pendudukan Israel atas Masjid Al-Aqsa dan pemerintahan baru Israel di bawah Benjamin Netanyahu tidak tunduk pada ancaman Hamas dan kelompok pejuang Palestina yang lain.
“Ada kesepakatan antara (Ben-Gvir) dan Netanyahu bahwa serangan itu akan dilakukan dengan cara ini untuk menunjukkan kedaulatan sekaligus menghindari memprovokasi rakyat Palestina di Yerusalem,” kata al-Hidmi.
Kunjungan Ben-Gvir dikawal tentara Israel terjadi pada saat hanya ada sedikit orang Palestina di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa dan kunjungan berlangsung selama 13 menit. Semua ini adalah ekspresi ketakutan Ben-Gvir.
Baca Juga: Penyebab Bentrok Israel-Palestina, Zionis Yahudi Ingin Kuasai Masjid Al-Aqsa
Ben-Gvir memegang pandangan sayap kanan terhadap Palestina dan menyerukan pengusiran mereka dari tanah Palestina. Dia telah berulang kali bergabung dengan pemukim Israel memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa, yang telah menyebabkan konfrontasi dengan warga Palestina.
Ben-Gvir juga merupakan ikut punya andil dalam gelombang eskalasi konflik di Al-Quds Timur, setelah mendirikan kantor di lingkungan Sheikh Jarrah, tempat warga Palestina menghadapi pengusiran massal. Ben-Gvir juga terkenal karena memajang di foto Baruch Goldstein, orang Israel Amerika yang membantai 29 jamaah Palestina di Masjid Ibrahimi di Hebron pada 1994.
November lalu, Presiden Israel Isaac Herzog memperingatkan dalam sebuah rekaman audio yang bocor bahwa seluruh dunia khawatir tentang pandangan Ben-Gvir. Diprediksi pada tahun mendatang, lebih banyak ekstremisme dan lebih banyak pelanggaran terhadap rakyat Palestina dan tempat-tempat suci mereka diprediksi bakal terjadi.
(jqf)