Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 29 Maret 2024
home edukasi & pesantren detail berita

Tantangan Kampus Islam Integrasikan Agama dan Sains

Muhajirin Jum'at, 20 Januari 2023 - 13:48 WIB
Tantangan Kampus Islam Integrasikan Agama dan Sains
ilustrasi (foto: langit7.id/istock)
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID, Jakarta - Upaya integrasi ilmu dan Islam sudah dilakukan ulama-ulama dahulu sebelum Indonesia merdeka. Gerakan paling mencolok dimulai pada 1901. Kala itu, para ulama mendirikan sekolah-sekolah Islam sampai organisasi massa Islam untuk melawan sistem pendidikan Barat.

Penjajah Belanda tidak hanya menjajah Indonesia secara fisik. Mereka juga membawa misi sekularisasi dan kristenisasi melalui lembaga pendidikan. Para ulama lalu mendirikan sekolah-sekolah Islam untuk menyelamatkan akidah umat Islam.

Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah (DDII) Indonesia, Dr Adian Husaini, mengatakan, upaya integrasi ilmu dan Islam di tingkat sekolah dasar, menengah, dan menengah sudah menuai hasil. Pada tahun 80-an, mayoritas masyarakat masih pesimis menyekolahkan anak di sekolah Islam.

Baca Juga: Kampus Islam Harus Jadi Tonggak Integrasi Agama dan Ilmu Pengetahuan

Akan tetapi, saat ini, masyarakat Indonesia bangga jika memiliki anak bersekolah di Sekolah Islam. Para orang tua tidak lagi menjadikan pesantren dan sekolah Islam sebagai alternatif kedua, tapi sudah menjadi pilihan utama. Ini pula yang harus dilakukan kampus-kampus Islam saat ini.

“Upaya untuk menghadirkan satu model pendidikan Islam di tingkat perguruan tinggi sangat menarik. Banyak keberhasilan, tapi memang tantangannya sangat berat,” kata Adian dalam peluncuran buku Integrasi Ilmu dan Islam di Universitas Al Azhar Indonesia, Selasa (17/1/2023).

Pada 1983, Prof AM Saifuddin sudah mendeklarasikan Islamisasi Sains dan Islam (ISK). Diskusi seputar itu pun sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Maka, tugas cendekiawan muslim saat ini adalah mengimplementasikan pemikiran-pemikiran tersebut di kampus Islam.

“Kita ada masalah besar yang harus kita ingat dalam lintasan sejarah. Terutama, tantangan terberat masih tetap, paham sekularisme atau paham keduniawian. Paham yang hanya melihat realitas dari aspek materi, dan aspek duniawi. Melupakan aspek ilahiyah dan aspek ukhrawiyah,” ujar Adian.

Baca Juga: Integrasi Iptek dan Imtaq, Warisan BJ Habibie untuk Bangsa

Dalam 20 tahun terakhir, kampus-kampus di Barat sudah mengabdikan diri kepada industri kapitalis dan paham neoliberal. Kampus hanya melahirkan sarjana yang siap cari makan. Ada akhirnya, masyarakat menghilangkan kepakaran dan otoritas keilmuan dalam menentukan sikap.

“Di Amerika saja, itu sudah besar sekali, 50% lebih, masyarakat menimbang sesuatu bukan karena kepakaran, otoritas ilmu, tapi karena popularitas, sentimen kelompok,” ujar Adian.

Pada titik ini, cendekiawan muslim memiliki peluang besar untuk mengintegrasikan ilmu dan Islam. Gerakan tersebut harus dijalankan secara serius. Kampus harus menjadi tempat pendidikan pemuda-pemuda muslim agar berislam, beriman, dan berakhlak mulia.

“Diskusinya sudah sangat lama. Kesimpulan saya, konsep sudah cukup lama, sekarang tinggal mengaplikasikan. Meskipun ‘tinggal’ itu tidak mudah. Terutama nanti di setiap bidang ilmu. Persoalannya adalah, kita berani tidak menerapkan konsep ini? karena pada akhirnya pada keberanian,” ucap Adian.

Baca Juga: UAS: Peradaban Islam Mundur karena Terpisahnya Sains dan Agama

Meski bukan perkara mudah, tapi gerakan integrasi ilmu dan Islam sangat mungkin dilakukan. Sekarang sudah banyak kampus-kampus Islam berdiri. Banyak universitas di bawah naungan PP Muhammadiyah, Universitas Islam Indonesia, Universitas Al Azhar Indonesia, STID Mohammad Natsir, dan lain sebagainya.

“Tapi, masih banyak kalangan akademisi, bahkan kalangan intelektual muslim yang tidak percaya bahwa universitas Islam itu yang terbaik. Ide ini sudah lama pak, tapi dalam pantuan saya, masih banyak yang belum yakin,” ucap Adian.

Jika hal itu ditanggapi serius, bukan tidak mungkin lima tahun ke depan, kampus-kampus Islam bisa melahirkan sarjana-sarjana yang berislam, beriman, dan beradab.

Baca Juga: Integrasikan Islam dengan Sains, UMY Dirikan CISIC

“Internet sudah bisa menggantikan sistem pembelajaran, tapi yang tidak bisa digantikan adalah penanaman nilai-nilai iman, islam, dan akhlak. dan itulah keunggulan universitas-universitas Islam. Itulah keunggulan konsep integrasi atau islamisasi ini, bagaimana membentuk sarjana muslim yang Tangguh, berakhlak mulia. itu keunggulan kita,” ujar Adian.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 29 Maret 2024
Imsak
04:31
Shubuh
04:41
Dhuhur
12:01
Ashar
15:14
Maghrib
18:02
Isya
19:11
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan