LANGIT7.ID - , Jakarta - Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna, manusia bukan dinilai dari kekayaan, ras, atau jabatannya, melainkan dari keimanannya.
Iman pada takdir Allah Ta'ala merupakan hal yang menyempurnakan keimanan seseorang Muslim. Karena salah satu
rukun iman adalah percaya pada
qada dan qadar Allah SWT.
Artinya, ketentuan Allah yang berlaku di alam dan isinya, merupakan takdir yang bisa dipelajari dan dimaknai secara positif dan konstruktif.
Baca juga: Nasihat Imam Ibnu Atha'illah as-Sakandari tentang Menerima TakdirLantas, bagaimana menyakini dan mengimani
takdir Allah SWT?
Direktur Markaz Hijrah Indonesia, Ustaz Muhammad Fakhrurrazi Ashar mengatakan takdir terbagi menjadi dua, yaitu ketetapan dan yang sudah terjadi.
Seperti dijelaskan dalam hadits ke-4 Arbain An-Nawawiyyah.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمن عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيُنْفَخُ فِيْهِ الرُّوْحُ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ : بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا (رواه البخاري ومسلم)
"Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud, semoga Allah meridainya beliau berkata: Rasulullah SAW menceritakan kepada kami dan beliau adalah orang yang jujur dan harus dipercaya: Sesungguhnya (fase) penciptaan kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari (dalam bentuk) nutfah (sperma), kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal darah kemudian selama itu (40 hari) menjadi segumpal daging, kemudian diutuslah Malaikat, ditiupkan ruh dan dicatat 4 hal: rezekinya, ajalnya, amalannya, apakah ia beruntung atau celaka. Demi Allah Yang Tidak Ada Sesembahan yang Haq Kecuali Dia, sungguh di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penduduk jannah (surga) hingga antara dia dengan jannah sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk anNaar (neraka), sehingga masuk ke dalamnya (anNaar). Sesungguhnya ada di antara kalian yang beramal dengan amalan penduduk anNaar, hingga antara dia dengan anNaar sejarak satu hasta kemudian ia didahului dengan catatan (taqdir) sehingga beramal dengan amalan penduduk jannah sehingga masuk ke dalamnya (jannah)."
Baca juga: Keluarga Eril Ikhlas, Ini Makna Ridho kepada Qadha dan QadarallahUstaz Fakhurrazi kemudian menjelaskan pelajaran yang dapat diambil dari hadist tersebut. Pelajaran pertama ialah pentingnya membedakan antara ketetapan dengan takdir Allah SWT.
Ketetapan Allah adalah segala sesuatu yang ditetapkan Allah ketika ruh manusia ditiupkan ke dalam perut ibunya saat berusia 120 hari atau 4 bulan, maka ditetapkan baginya empat hal yakni rezeki, ajal, amal, dan keadaannya.
"Untuk keadaan, apakah ia termasuk yang celaka atau termasuk yang beruntung," ujar Ustaz Fakhrurrazi dalam kajian bertajuk Memahami Tentang Takdir, Jumat (27/1/2022).
Sementara, takdir adalah segala sesuatu yang sudah terjadi dan sudah dirasakan. Misal seseorang ditetapkan Allah SWT sebagai ustaz, kemudian ditakdirkan untuk mengisi sebuah acara dan sudah terjadi.
"Kalau bukan atas takdir Allah, maka Anda tidak mungkin bisa mengisi acara tersebut meskipun sudah ditetapkan. Bisa jadi mobil yang Anda kendarai bannya bocor dan lain sehingga membuat tidak jadi mengisi acara itu. Jadi itu semua sudah di atur oleh Allah SWT. Kalau sudah terjadi namanya takdir kalau belum terjadi namanya ketetapan," katanya.
Baca juga: Doa Dibaca Rasulullah di Lailatul Qadar, Yuk Amalkan Nanti MalamPelajaran selanjutnya ialah segala sesuatu yang berkaitan dengan ketetapan masih dapat dirubah dengan beberapa amalan. Alumni Internasional University Of Africa, Sudan itu kemudian menyebutkan amalan-amalan tersebut.
"Amalan-amalan itu di antaranya doa, amal saleh seperti salat, sedekah, berbakti kepada kedua orang tua, silaturahmi, mengasihi anak yatim, menolong sesama mahluk Allah SWT, bertaubat dengan taubat nasuha, mengajak orang-orang pada kebaikan, dan berhaji maupun berumrah," jelas Ustaz Fahkrurazi.
Kemudian, pelajaran berikutnya yang bisa diambil dari hadis ini adalah pentingnya istiqamah di jalan Allah SWT.
"Karena, ada orang yang sudah beramal dengan amalan penghuni surga tetapi di akhir hidupnya ia beramal dengan amalan penghuni neraka. Lalu, ditakdirkan ia wafat dengan amalan penghuni negara kemudian masuk neraka. Dan ada yang mengamalkan amalan penduduk neraka lalu dia beramal dengan amalan penduduk surga, lalu ditakdirkan dia mati dalam keadaan itu, kemdian dia masuk surga," ucapnya.
"Istiqamah ini dalam rasa dan amal. Pada rasa dalam hati, istiqamah untuk tidak sombong, angkuh, riya, merasa lebih hebat. Kemudian amal, istiqamah dalam beramal yaitu rutin bertahajut, doa, dan subuh berjamaah di masjid. Itu semua menjadi amalan-amalan yang bisa kita lakukan untuk menjadi orang yang istiqamah dalam rasa dan amal," tandasnya.
Baca juga: Ikhlas dengan Ketetapan Allah SWT, Ini Tanda Mendapatkan Ridho(est)