Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 22 Mei 2024
home masjid detail berita

Lembutkan Hati, Sikap Rasulullah SAW terhadap Pertunjukan Seni

Muhajirin Sabtu, 05 Agustus 2023 - 16:13 WIB
Lembutkan Hati, Sikap Rasulullah SAW terhadap Pertunjukan Seni
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar
skyscraper (Desktop - langit7.id)
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof Nasaruddin Umar, mengungkapkan, tidak semua seni bersifat positif dalam pembinaan qalbu atau hati. Ada seni yang justru merusak qalbu.

Di dalam Islam juga dikenal ada seni yang mendekatkan jiwa kepada Allah SW. Seni itu yang positif dan sangat dianjurkan. Ada uiga seni yang mendekatkan diri kepada setan yang biasa disebut ‘suara-suara iblis’. Ini jenis seni negatif yang perlu dihindari.

"Contohnya seni yang bisa membangkitkan birahi seperti seni erotis yang mempertontonkan keindahan lekuk tubuh dan menyebabkan para penontonnya berimajinasi seksual terhadap obyek tersebut. Seni ini menyebabkan seseorang melupakan Tuhan dan memusatkan perhatian dan nafsunya kepada makhluk," kata Prof Nasaruddin Umar dalam kajiannya di Masjid Istiqlal Jakarta, dikutip Sabtu (5/8/2023).

Nabi Muhammad SAW sering mencontohkan sikap terhadap seni. Terhadap seni yang positif, dia memberikan apresiasi positif. Sementara, terhadap seni yang negatif, beliau memberikan apresiasi negatif.

"Dalam beberapa riwayat Nabi memberikan dukungan terhadap musik dan sesi suara," tutur Prof Nasaruddin Umar.

Dalam satu hadis riwayat Bukhari dan Muslim menceritakan dua budak perempuan pada hari raya ‘Id (Idul Adha) menampilkan kebolehannya bermain musik dengan menabuh rebana. Sementara, Nabi Muhammad SAW dan Siti Aisyah menikmatinya.

Tiba-tiba Abu Bakar datang dan membentak kedua pemusik tadi, lalu Rasulullah menegur Abu Bakar dan berkata: “Biarkanlah mereka berdua hai Abu Bakar, karena hari-hari ini adalah hari raya”.

Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah yang mengatakan: “Saya melihat Nabi dengan menutupiku dengan surbannya sementara aku menyaksikan orang-orang Habsyi bermain di mesjid. Lalu Umar datang dan mencegah mereka bermain di mesjid, kemudian Rasulullah berkata: “Biarkan mereka, kami jamin keamanan wahai Bani Arfidah”.

Dalam hadis riwayat Muslim dari ‘Aisyah disebutkan kelompok seniman Habasyah itu menampilkan seni tari-musik pada hari Raya ‘Id di mesjid. Rasulullah memanggil ‘Aisyah untuk menyaksikan pertunjukan itu, kepala ‘Aisyah diletakkan di pundak Nabi sehingga ‘Aisyah dapat menyaksikan pertunjukan tersebut.

Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin karya Imam Al-Gazali, ada suatu bab khusus tentang pentingnya seni. Dia menceritakan pengalaman pada masa Nabi seperti membiarkan orang melantunkan nyanyian dan syair ketika menunaikan ibadah haji, ketika prajurit melangsungkan lagu-lagu perjuangan untuk memotivasi prajurit di medan perang.

"Nyanyian yang dilantunkan merasakan kesedihan karena dosa yang telah diperbuat, seperti dikutip Nabi Adam dan Nabi Dawud menangisi dosa dan kekeliruannya dengan ungkapan-ungkapan khusus, nyanyian untuk mengiringi acara-acara kegembiraan seperti suasana hari raya, hari perkawinan, acara ‘aqiqah dan kelahiran anak, acara khitanan, pulangnya para perantau, dan khataman Al-Qur’an," ucap Prof Nasaruddin Umar.

Dalam hadis riwayat Al-Baihaqi, sebagaimana dikutip Al-Gazali, menceritakan, ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, para perempuan melantunkan nyanyian di rumahnya masing-masing, "Telah terbit bulan purnama di atas kita, dari bukit Tsaniyatil Wada".

"Wajiblah bersyukur atas kita, selama penyeru menyerukan kepada Allah," unggkap Prof Nasaruddin Umar.

Hadis-hadis shahih dan pendapat ulama terkemuka di atas menunjukkan, pertunjukan seni, termasuk di dalamnya permainan alat-alat musik dan nasyid, menyanyi tidak dibenarkan Rasullah SAW.

Memang ada juga riwayat yang mencela alat bunyi-bunyian seperti seruling (mazamir), tetapi jika musik dan bunyi-bunyian itu dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu yang bertentangan dengan syari’ah.

"Misalnya seni musik mengiringi ritual kemusyrikan, seni musik menimbulkan fitnah, mengajak orang untuk mabuk, merangsang pendengarnya untuk melakukan maksiyat dan melupakan Tuhan," tutur Prof Nasaruddin Umar.

Prof Nasaruddin Umar mengatakan, seni musik bagian dari kebudayaan dan peradaban Islam yang harus dilestarikan. Sudah saatnya juga seni musik dan berbagai bentuk seni lainnya dijadikan media dakwah untuk mengajak orang berhati lembut, berfikiran lurus, berprilaku santun, bertutur kata halus, dan menampilkan jati diri dan inner beauty setiap orang.



(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 22 Mei 2024
Imsak
04:26
Shubuh
04:36
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:47
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan