LANGIT7.ID-, Jakarta- - Surat An-Nisa ayat 9 memerintahkan umat Islam membangun generasi yang sehat dan kuat. Selain dari aspek fisik, upaya membangun generasi sehat dan kuat juga ditekankan lewat aspek makanan yang halal dan tayyib. Alquran memerintahkannya melalui Surat Abasa ayat 24.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menjelaskan, konsep halalan-thayyiban berfungsi sebagai satu kesatuan. Halal adalah aspek legal (hukum), sedangkan tayyib adalah aspek kualitatif.
“Karena itu maka dimensi legal ini juga harus kita penuhi. Tetapi Islam mengajarkan tidak sekadar dimensi legalnya, tapi juga kandungannya yang dalam Islam digunakan lafaz ‘thayyib’, yang dalam konteks halalan-thayyiban itu bisa kita terjemahkan halal and healthy, halal dan sehat,” jelasnya pada peluncuran program Bergizi Sehat Berkemajuan Generasi Muhammadiyah di Hotel Santika Bekasi, Senin (16/10).
Sebagai aspek legal, konsep halal pada makanan menurut Mu’ti menyangkut empat hal yakni dzat (kandungan), proses pengolahannya, cara mendapatkannya (tidak boleh korupsi/mencuri), dan cara mengonsumsinya (tidak boleh melampaui batas/israf).
Baca juga:
6 Inspirasi Karpet untuk Foyer, Beri Nuansa Hangat dalam RumahAgar upaya membangun generasi yang sehat dan kuat berhasil, Mu’ti menganggap umat Islam perlu membangun kesadaran terhadap aspek makanan yang halal dan tayyib. Termasuk mengubah gaya hidup dan budaya kuliner yang dimiliki. Umat Islam, dia anjurkan memilah makanan yang bernutrisi supaya dapat bertumbuh kembang dengan baik.
“Gaya hidup itu mempengaruhi kesehatan. Oleh karena itu dalam konteks yang bersifat teologis dan kultural, kita perlu membangun budaya makan yang bergizi,” pesannya.
Jenis makanan sendiri menurut Mu’ti terbagi menjadi empat, yakni 1) enak dan bergizi, 2) tidak enak namun bergizi, 3) enak namun tidak bergizi, dan 4) tidak bergizi dan tidak enak. Dia menyarankan agar makanan jenis nomor 1 dan 2 diutamakan untuk dikonsumsi.
Di samping itu, Mu’ti juga berpesan agar pengetahuan tentang gizi diperdalam pada aspek pengolahan makanan supaya gizi yang terkandung tidak terbuang.
“Problem how to cook itu memengaruhi seberapa besar kandungan vitamin dan lain-lain untuk tetap ada, ini problem kita juga sebenarnya,” pungkasnya
(ori)