LANGIT7.ID-, Jakarta- - Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti punya banyak julukan. Melalui tulisan dan ceramahnya, Abdul Mu'ti mendapat julukan sebagai Muhamamdiyah garis lurus.
Kiai yang suka humor ini pun mendapat julukan sebagai Muhammadiyah garis lucu. “Karena Prof Abdul Mu’ti saya rasakan dari banyak tulisan dan ceramah-ceramah beliau memenuhi unsur-unsur kelucuan,” ujar Rektor Universitas Ahmad Dahlan Muchlas saat milad ke-63 Universitas Ahmad Dahlan.
Mu’ti selama ini memang dikenal sebagai sosok yang memiliki sense of humor tinggi. Selain menyampaikan pemikiran yang substansial dan penuh makna, Mu’ti juga mampu menyajikannya dengan sentuhan komedi yang menyegarkan. Asman Latif, Sekretaris Badan Pengurus Harian (BPH) UAD, turut menambahkan bahwa Mu’ti merupakan figur yang komplit.
“Terima kasih sudah hadir di sini, Prof Mu’ti. Prof Mu’ti ini termasuk Muhammadiyah garis lurus iya, garis lucu juga iya. Tapi garis bengkok tidak. Ini termasuk hal yang langka Muhammadiyah garis lucu ini,” ucap Asman dikutip dari laman Muhammadiyah.
Baca juga:
Aset Wakaf Muhammadiyah Dioptimalkan untuk Kegiatan ProduktifPujian tersebut mencerminkan apresiasi terhadap keunikan yang dihadirkan oleh Abdul Mu’ti, menjadikannya sosok yang memberikan warna tersendiri dalam konteks Muhammadiyah.
Saat Mu’ti akhirnya menyampaikan ceramah, ia sempat protes dengan nada penuh humor. Sebagai seorang guru besar bidang Pendidikan Islam, ia mengaku tidak memahami sepenuhnya tema milad tahun ini yang berfokus pada ‘Penguatan Hak Konstitusional Kesehatan Menuju Kemandirian Obat’.
“Saya tidak berurusan dengan hukum dan saya juga tidak paham dunia obat-obatan,” katanya yang kemudian disambut gelak tawa hadirin.
Meskipun demikian, protes tersebut tidak menghalangi Mu’ti untuk memberikan ceramah yang penuh inspirasi dan motivasi kepada para hadirin. Sebaliknya, momen protes tersebut justru menambah nuansa akrab dan suasana santai.
Mu’ti kemudian memaparkan varian-varian non-formal di lingkungan Muhammadiyah. Ia menyebut varian Muhammadiyah Ikhlas yang disingkat Mukhlas. Varian ini menurutnya begitu hati-hati dalam menjalankan ajaran Islam hingga tak mau menyebut suatu keberhasilan karena takut divonis riya.
“Mukhlas ini varian Muhammadiyah yang sangat lurus, sangat hati-hati dalam berislam, termasuk menyebut keberhasilan itu tak mau karena dianggap riya, kalau sudah riya ujub, dan akhirnya takabur,” tutur Mu’ti yang memancing gelak tawa hadirin.
Selain itu, ada pula varian Munu alias Muhammadiyah-NU, yaitu warga Muhammadiyah yang terpapar budaya NU. “Saya pikir di antara rangkaian milad ini ada ziarah kubur, ternyata tidak ada. Berarti UAD ini Mukhlas. Kalau rektornya Munu mungkin akan ada ziarah kubur kemudian istighasah, hafalan Quran 31 juz,” ucap Mu’ti dengan nada penuh humor.
(ori)