4 Perkara yang Buat Rezeki Terhambat, Nomor 1 Bikin Tertampar!

LANGIT7.ID-, Jakarta- - Setiap manusia terlahir dengan membawa rezeki yang sudah ditentukan kadar dan sesuai ikhtiarnya. Dalam Islam, rezeki memiliki arti yang lebih mendalam, tak hanya soal uang, harta, jabatan dan yang bersifat materi lainnya.

Rezeki juga bisa bersifat batin seperti kedamaian, kesehatan, ketenangan, kebahagiaan, keturunan, dan lainnya.

Selain sudah ditetapkan oleh Allah SWT, rezeki ada juga yang datang karena ikhtiar, rasa syukur, rezeki tak terduga, didapat karena istigfhar, diperoleh sebab sedekah, rezeki karena anak, hingga pernikahan.

Saat mengalami rezeki, baik lahir atau batin, terhambat bisa jadi ada perkara atau perilaku buruk yang menghalanginya. Menurut pendakwah Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym, ada 4 hal yang bisa menghambat datangnya rezeki, yaitu:

1. Tidur pagi

Dalam Islam, tidur setelah shalat subuh menjadi salah satu penghambat datangnya rezeki. Karena, Allah SWT menurunkan banyak keberkahan pada hamba-hambaNya di pagi hari.

Rasulullah bersabda, "Tidur pagi itu menghalangi datangnya rezeki." (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Pagi hari adalah waktu yang penuh berkah, sebaiknya manfaatkan untuk memperbanyak ibadah dan bekerja. Waktu pagi juga telah dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai waktu yang berkah.

Rasulullah SAW bersabda, "Ya Allah, berkahilah untuk umatku dalam kegiatan paginya. Dan apabila Rasulullah mengirimkan pasukan, Rasulullah mengirim sejak pagi-pagi." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Baca juga:Orang yang Mengurus Masjid Bakal Dicintai Allah

2. Sedikit shalat

Shalat merupakan ibadah wajib bagi setiap Muslim. Sehingga sedikit shalat menunjukkan kurangnya ketakwaan. Padahal ketakwaan adalah pintu rezeki, di mana semakin bertakwa maka makin terbuka pintu rezeki kita.

Allah Ta'ala berfirman dalam surah At-Talaq ayat 2-3,

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ٣

Artinya: "Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, rujuklah dengan mereka secara baik atau lepaskanlah mereka secara baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil dari kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Yang demikian itu dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu."

3. Bermalas-malasan

Salah satu sifat yang kerap dialami setiap manusia adalah rasa malas. Sifat ini bisa datang kapan saja, di mana saja dan pada siapa saja.

Bermalas-malasan merupakan perkara yang dapat membuat rezeki terhalang. Setiap Muslim harus bisa mengambil hikmah dari seekor burung. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits,

"Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. At-Tirmidzi).

4. Tidak amanah

Berlaku tidak amanah atau khianat termasuk perkara yang dapat menghalangi datangnya rezeki. Saat orang tidak amanah dan tidak dapat dipercaya, maka orang akan enggan berurusan dengannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ , وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ , وَإِذَا ائْتُمِنَخَانَ

“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar.” (HR. Bukhari, no. 33 dan Muslim, no. 59).