LANGIT7.ID-, Jakarta- - Dalam pengajian bulanan Muhammadiyah yang disiarkan melalui YouTube Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, mengungkap rahasia kepemimpinan dua tokoh besar Islam: Nabi Muhammad SAW dan Umar bin Khattab. Pemaparan ini menjadi sorotan karena relevansinya dengan konsep "servant leadership" yang semakin diperlukan di era modern.
Mu'ti menggambarkan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan utama kepemimpinan yang melayani. "Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin hidupnya sangat sederhana. Beliau menjahit sendiri pakaiannya yang robek, kemudian membenahi sendiri sepatunya yang rusak," ungkap Abdul Mu'ti dalam YouTube Muhammadiyah Channel, Jumat (13/9/2024).
Ia menambahkan bahwa Nabi Muhammad sangat menghormati tamunya dan sering memilih berjalan di tengah atau di belakang, bukan di depan.
Lebih lanjut, Mu'ti memaparkan kisah kepemimpinan Umar bin Khattab yang terkenal dengan kedekatannya pada rakyat. Ia menceritakan bagaimana Umar sering berkeliling masuk ke daerah-daerah untuk melihat langsung kondisi rakyatnya. "Ketika melihat ada satu keluarga yang tidak punya makanan, Umar mengangkut sendiri, menggendong sendiri gandum yang ada, dan kemudian disampaikan langsung pada sang ibu yang tidak punya makanan," jelas Mu'ti.
Yang menarik, Mu'ti menyoroti sikap Umar yang tidak marah ketika dikritik oleh rakyatnya. Bahkan ketika seorang ibu mengkritiknya tanpa mengetahui bahwa yang datang adalah Umar sendiri, Khalifah kedua ini justru langsung bertindak membantu. Sikap ini, menurut Mu'ti, menunjukkan kepekaan dan kepedulian tinggi seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
Setelah membahas kedua tokoh tersebut, Mu'ti mengaitkannya dengan konsep "servant leadership" yang ia tekankan penting dalam kepemimpinan modern. Ia mengkritisi tren kepemimpinan elitis yang kurang peka terhadap kebutuhan masyarakat, terutama kalangan bawah. "Kita melihat ada kecenderungan pemimpin yang lebih sibuk mementingkan dirinya, kroninya, dan kelompoknya, mengabaikan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan bangsa dan negara," ujarnya.
Mu'ti kemudian memaparkan karakteristik utama dari kepemimpinan yang melayani, seperti mengutamakan kepentingan komunitas, memiliki jiwa altruistik, dan membangun kedekatan autentik dengan masyarakat. Ia juga menekankan pentingnya konsep "followership", di mana seorang pemimpin juga harus siap menjadi pengikut pada saat-saat tertentu.
Dalam konteks Muhammadiyah, Mu'ti mencontohkan sosok KH Ahmad Dahlan, pendiri organisasi tersebut, yang rela menjual harta bendanya demi mendukung perjuangan dan dakwah Muhammadiyah.
Pengajian ini menjadi momen refleksi bagi para pemimpin dan calon pemimpin untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka. Dengan mengangkat tema ini, Muhammadiyah berharap dapat menginspirasi generasi pemimpin baru yang lebih peka terhadap kebutuhan masyarakat dan mampu membawa perubahan positif.
(lam)