Pemimpin yang baik adalah menyiapkan generasi yang tangguh untuk melanjutkan nilai-nilai yang diperjuangkan. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai yang mulia guna mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera.
Pemimpin visioner tidak hanya pandai bicara, tapi harus mampu menggerakkan tim dengan kepercayaan dan keteladanan. Seperti Rasulullah SAW, pemimpin yang berhasil adalah mereka yang menggabungkan kecerdasan dengan karakter amanah. Di era digital ini, kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, tapi kemampuan menginspirasi perubahan positif.
Elang, simbol kebijaksanaan alam, mengajarkan tiga pelajaran berharga bagi kepemimpinan dan kehidupan. Pengamatan di National Eagle Center Minnesota mengungkap pentingnya kesabaran, eksplorasi ketinggian baru, keseimbangan, dan bermain. Kebijaksanaan elang ini menawarkan inspirasi untuk mengembangkan diri, menemukan keseimbangan, dan menikmati hidup sambil tetap fokus pada tujuan.
Kolaborasi antargenerasi menjadi kunci sukses organisasi modern. Perpaduan inovasi anak muda dan pengalaman senior menciptakan tim yang lebih produktif dan inovatif. Perusahaan yang menggabungkan semangat digital native dengan kebijaksanaan pemimpin berpengalaman unggul dalam menghadapi tantangan bisnis. Strategi kepemimpinan baru yang menekankan sinergi lintas generasi penting untuk pertumbuhan berkelanjutan di era disrupsi.
Spiritual leadership menawarkan pendekatan baru dalam memimpin di era digital. Prof. Sofyan Anif, Rektor UMS, menekankan pentingnya keseimbangan antara aspek duniawi dan spiritual. Konsep ini tidak hanya relevan bagi organisasi keagamaan, tapi juga bisnis dan pemerintahan. Dengan menggabungkan nilai-nilai luhur dan keterampilan manajemen modern, pemimpin dapat lebih siap menghadapi tantangan global dan menciptakan perubahan positif.
Abdul Mu'ti mengungkap rahasia kepemimpinan Nabi Muhammad dan Umar bin Khattab dalam pengajian Muhammadiyah. Kedua tokoh ini menjadi teladan servant leadership dengan gaya hidup sederhana dan kepedulian tinggi pada rakyat. Mu'ti mengaitkan konsep ini dengan tantangan kepemimpinan modern, menekankan pentingnya pemimpin yang melayani dan peka terhadap kebutuhan masyarakat.
Warren Buffett mengajarkan bahwa kesuksesan sejati diukur dari cinta yang kita tumbuhkan. Kepemimpinan autentik berfokus pada membangun hubungan yang bermakna. Strategi seperti kehadiran penuh, rasa syukur, dan empati dapat membantu menumbuhkan cinta dalam kehidupan profesional. Akhirnya, warisan terbesar kita adalah jumlah orang yang hidupnya telah kita sentuh positif.
Sambil menunggu boarding dari bandara kampung halaman, saya terbetik untuk menulis ulang 10 kriteria kepemimpinan Ibrahim AS. Tulisan ini pernah saya sampaikan beberapa waktu lalu
Sebagaimana biasanya kunjungan saya ke Indonesia selalu padat dengan undangan ceramah, seminar dll. Seringkali yang ingin didengarkan oleh masyarakat Indonesia
Saya memulai tulisan ini dengan mengajak kita semua menundukkan wajah kita yang mulia, merendahkan jiwa kita yang hanif, merenungkan azhomatullah (keagungan Allah)
Dewan Hisbah Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) menggelar Sidang Lengkap Dewan Hisbah I tahun 2022-2023. Sidang digelar di Pesantren Persatuan Islam (PERSIS) 50 Lembang