Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Sabtu, 12 Oktober 2024
home sosok muslim detail berita

Memimpin dengan Hati dan Pikiran: Konsep Spiritual Leadership ala Rektor UMS

nabil Sabtu, 14 September 2024 - 14:04 WIB
Memimpin dengan Hati dan Pikiran: Konsep Spiritual Leadership ala Rektor UMS
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Dalam era yang penuh tantangan dan perubahan cepat, konsep kepemimpinan terus berkembang. Salah satu pendekatan yang menarik perhatian adalah spiritual leadership, yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Sofyan Anif, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam sebuah pengajian umum yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Prof. Sofyan menekankan pentingnya keseimbangan antara dimensi duniawi dan spiritual dalam kepemimpinan. "Spiritual leadership adalah pendekatan kepemimpinan yang seimbang antara dimensi keduniaan dan dimensi spiritual, yang kedua-duanya bernilai sama dalam mencapai tujuan organisasi," ujar Prof. Sofyan dalam YouTube Muhammadiyah Channel, dikutip Sabtu (14/9/2024).

Baca juga: Abdul Mu'ti Ungkap Sisi Mengejutkan Kepemimpinan Nabi Muhammad dan Umar Bin Khattab

Menurut Prof. Sofyan, ada enam indikator utama dalam spiritual leadership: kejujuran sejati; membenci formalitas (bersifat dinamis dan progresif); mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain, sekaligus menjadi inspirator; menjadi pemimpin yang dicintai; terbuka menerima perubahan; dan berpedoman pada prinsip "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". Pendekatan ini menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dan etika dalam kepemimpinan, yang sering kali diabaikan dalam teori kepemimpinan konvensional.

Prof. Sofyan juga menyoroti perbedaan antara kepemimpinan transaksional dan transformasional. "Kalau pemimpin transaksional itu lebih berfokus pada pelaksanaan tugas yang dibebankan, maka kepemimpinan transformasional berfokus pada hubungan antar pemimpin dan yang dipimpin," jelasnya.

Dalam konteks Indonesia, Prof. Sofyan mengaitkan konsep spiritual leadership dengan ajaran pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan. Beliau mencontohkan bagaimana K.H. Ahmad Dahlan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan yang melayani dan memajukan umat, tanpa memandang perbedaan agama atau latar belakang.

"Kejahilan (K.H. Ahmad Dahlan) selalu mengajak menebar kebaikan kepada siapapun tanpa membedakan perbedaan-perbedaan agama, suku, ras, kultur, dan lain sebagainya," ungkap Prof. Sofyan.

Lebih lanjut, Prof. Sofyan menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu dan amal dalam kepemimpinan. "Orang Muhammadiyah biasanya suka berilmu. Tapi juga sekaligus suka beramal. Dilandasi oleh iman yang kuat, kemudian berilmu, karena ciri orang beriman itu tetap berilmu, harus berilmu. Orang berilmu harus diamalkan," tegasnya.

Dalam menghadapi tantangan zaman, Prof. Sofyan menyoroti bahwa Muhammadiyah telah mengembangkan berbagai "fikih" baru, seperti fikih air, fikih lingkungan, dan fikih bencana. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan spiritual tidak hanya berfokus pada aspek ritual keagamaan, tetapi juga responsif terhadap isu-isu kontemporer.

Konsep spiritual leadership yang dipaparkan Prof. Sofyan menawarkan perspektif baru dalam memahami dan menerapkan kepemimpinan di era modern. Pendekatan ini tidak hanya relevan bagi organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai sektor, termasuk bisnis, pendidikan, dan pemerintahan.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung, kepemimpinan yang menggabungkan nilai-nilai spiritual dengan kecakapan manajemen modern mungkin menjadi kunci untuk mengatasi berbagai tantangan global. Spiritual leadership menawarkan pendekatan holistik yang tidak hanya berfokus pada pencapaian target, tetapi juga pada pengembangan karakter dan nilai-nilai luhur.

Namun, menerapkan konsep ini bukanlah tanpa tantangan. Diperlukan komitmen yang kuat dan konsistensi dalam menjalani prinsip-prinsip spiritual leadership. Para pemimpin harus terus-menerus mengevaluasi diri dan bersedia untuk berubah sesuai dengan tuntutan zaman, sambil tetap berpegang pada nilai-nilai inti.

Dengan memasukkan dimensi spiritual ke dalam kepemimpinan, diharapkan dapat tercipta pemimpin-pemimpin yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga memiliki integritas dan kepedulian terhadap kesejahteraan bersama. Dalam jangka panjang, pendekatan ini berpotensi menciptakan organisasi dan masyarakat yang lebih harmonis, produktif, dan berkelanjutan.

Sementara dunia terus bergerak ke arah yang semakin tidak pasti, konsep spiritual leadership yang diungkapkan oleh Prof. Sofyan mungkin dapat menjadi kompas moral bagi para pemimpin di berbagai bidang. Dengan menggabungkan kebijaksanaan spiritual dengan keterampilan manajemen modern, para pemimpin dapat lebih siap menghadapi tantangan abad ke-21 dan membawa perubahan positif bagi masyarakat luas.

(lam)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
right-1 (Desktop - langit7.id)
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Sabtu 12 Oktober 2024
Imsak
04:07
Shubuh
04:17
Dhuhur
11:43
Ashar
14:46
Maghrib
17:49
Isya
18:58
Lihat Selengkapnya
TOPIK TERPOPULER
4 wakaf
5 pssi
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan