LANGIT7.ID-Jakarta; Pemerintah Israel pada hari Kamis menyatakan kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok yang didukung Iran, Hezbollah, tidak diimplementasikan dengan cepat, beberapa hari sebelum Israel dijadwalkan menyelesaikan penarikan pasukannya dari Lebanon selatan sesuai kesepakatan.
Hezbollah menyatakan pada hari Kamis bahwa Israel harus sepenuhnya mundur dari Lebanon karena periode 60 hari dalam kesepakatan gencatan senjata akan berakhir. Kelompok tersebut menambahkan bahwa negara Lebanon harus mendorong jaminan penarikan pasukan. Kelompok yang didukung Iran ini juga menyatakan dalam pernyataannya bahwa mereka mengawasi perkembangan dan tidak akan menerima pelanggaran kesepakatan.
Baca juga: Setelah 15 Tahun, Arab Saudi Kembali Jalin Hubungan Diplomatik dengan LebanonIsrael dan kelompok militan Lebanon menyetujui gencatan senjata yang dimediasi Amerika dan Prancis pada November lalu, mengakhiri lebih dari setahun pertempuran. Dalam kesepakatan tersebut, pasukan Israel harus mundur dari Lebanon dan pasukan Hezbollah harus mundur dari Lebanon selatan selama periode 60 hari yang berakhir Senin pagi mendatang.
"Ada pergerakan positif di mana tentara Lebanon dan UNIFIL telah menggantikan posisi pasukan Hezbollah, seperti yang ditentukan dalam kesepakatan," kata juru bicara pemerintah Israel, David Mencer kepada wartawan, merujuk pada pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon. "Kami juga menegaskan bahwa pergerakan ini tidak cukup cepat, dan masih banyak yang harus dilakukan," tambahnya, menegaskan bahwa Israel ingin kesepakatan ini berlanjut.
Mencer tidak langsung menjawab pertanyaan apakah Israel telah meminta perpanjangan kesepakatan atau mengatakan apakah pasukan Israel akan tetap berada di Lebanon setelah tenggat 60 hari. Tiga diplomat mengatakan tampaknya pasukan Israel masih akan berada di beberapa bagian Lebanon selatan setelah batas 60 hari.
Sumber politik senior Lebanon mengatakan Presiden Joseph Aoun telah menghubungi pejabat AS dan Prancis untuk mendesak Israel menyelesaikan penarikan dalam jangka waktu yang ditentukan. Pemerintah Lebanon telah memberi tahu mediator AS bahwa kegagalan Israel untuk mundur tepat waktu bisa mempersulit penempatan tentara Lebanon, dan ini akan menjadi pukulan bagi upaya diplomatik dan suasana optimis di Lebanon sejak Aoun terpilih sebagai presiden pada 9 Januari.
Ali Fayyad, anggota parlemen Hezbollah, mengatakan pada 20 Januari bahwa jika Israel gagal mundur, ini akan menempatkan semua rakyat Lebanon dalam fase baru "menghadapi pendudukan Israel melalui segala cara dan alat yang mungkin untuk memaksanya keluar dari tanah kami." "Konfrontasi ini adalah tanggung jawab semua pihak Lebanon: pemerintah, tentara, rakyat, partai dan perlawanan," kata Fayyad, dalam komentar yang dilaporkan oleh Kantor Berita Nasional Lebanon.
(lam)