LANGIT7.ID--Mengapa masalah kekayaan, keserakahan dan ketidakpedulian sosial mendapat sorotan tajam pada masa yang sangat awal dari kenabian
Muhammad?
Djohan Effendi (1939-2027) dalam buku "
Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah" bab "
Konsep-Konsep Teologis" mengatakan bahwa Risalah Nabi kita terutama untuk mengadakan
reformasi sosial.
Menurutnya, hal ini bisa kita kaitkan dengan penegasan al-Qur'an yang mengatakan bahwa Muhammmad diutus tidak lain kecuali dalam rangka membawa rahmat bagi seluruh alam (QS. 21:107).
Dengan perkataan lain, misi utama Nabi Muhammad SAW adalah membantu manusia mewujudkan tata kehidupan yang disemangati nilai-nilai rahmah.
Anjuran Nabi agar kita selalu memulai kegiatan dan kerja kita dengan ucapan "
Bismillahirrahmanirrahim" (
bism-i 'l-Lah-i 'l-rahman-i 'l-rahim), memberikan suatu isyarat kepada kita agar kita menjadikan diri kita sebagai perwujudan dari nilai-nilai rahmah itu bagi sesama makhluk Tuhan.
Dengan perkataan lain apapun profesi kita, motivasi dan orientasi kita tidak boleh bergeser dari ide untuk menciptakan --atau setidak-tidaknya menjadi bagian dari proses menciptakan-- suatu tata kehidupan yang dilandasi nilai-nilai rahmah itu.
Baca juga: Sejarah Ilmu Tauhid: Belum Ada di Zaman Rasulullah SAW Pertanyaan yang mungkin timbul, bagaimana kaitan antara sorotan tajam terhadap kekayaan, keserakahan dan ketidakpedulian sosial dengan cita-cita tentang reformasi sosial yang dilandasi semangat mewujudkan kehidupan yang penuh rahmah itu?
Kaitannya sangat jelas, bahwa keserakahan dan ketidak pedulian sosial adalah yang menimbulkan suatu kehidupan yang tidak disemangati nilai-nilai rahmah.
Karena itu reformasi sosial mestilah ditandai, pertama-tama oleh distribusi kekayaan yang adil. Itulah prioritas utama yang digumuli Nabi dalam usaha mewujudkan reformasi sosial.
(mif)