LANGIT7.ID-Jakarta; Israel akan menghentikan semua kontak dengan badan bantuan Palestina PBB (UNRWA) dan badan lain yang mewakilinya, demikian disampaikan Duta Besar Israel untuk PBB pada hari Selasa. Keputusan ini diambil setelah Israel berulang kali menuduh organisasi tersebut mengancam keamanan negaranya.
Kantor dan staf UNRWA di Israel memiliki peran penting dalam penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan bagi warga Palestina, namun pejabat Israel telah lama berselisih dengan lembaga tersebut.
UNRWA mengklaim telah membawa 60 persen pasokan makanan yang masuk ke Gaza sejak awal perang yang terjadi setelah serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel.
Baca juga: Mantan Menlu AS Antony Blinken Ungkap Rahasia Diplomasi di Balik Konflik Ukraina dan Gaza dalam Buku Terbarunya"Undang-undang melarang UNRWA beroperasi di wilayah kedaulatan Negara Israel, dan melarang kontak antara pejabat Israel dengan UNRWA," kata Duta Besar Danny Danon.
Pernyataan ini disampaikan menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB membahas pengesahan undang-undang Israel yang mengakhiri landasan hukum organisasi tersebut dalam waktu 48 jam.
"Israel akan mengakhiri semua kolaborasi, komunikasi, dan kontak dengan UNRWA atau siapa pun yang bertindak atas namanya," tegasnya.
Baca juga: Presiden Trump Usulkan Relokasi Warga Gaza, Prancis Tegaskan Penolakan KerasIsrael mengklaim bahwa dua belas karyawan UNRWA terlibat dalam serangan mematikan 7 Oktober 2023, dan menegaskan bahwa organisasi lain dapat mengambil alih untuk menyediakan layanan penting, bantuan dan rekonstruksi – sesuatu yang dibantah PBB.
Serangkaian penyelidikan, termasuk yang dipimpin mantan menteri luar negeri Prancis Catherine Colonna, menemukan beberapa "masalah terkait netralitas" di UNRWA – tetapi menegaskan Israel belum memberikan bukti untuk tuduhan utamanya.
AS mendukung langkah tersebut. Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan "kapasitas UNRWA untuk secara langsung memberikan layanan kesehatan primer bagi jutaan warga Palestina, dan melanjutkan pendidikan bagi ratusan ribu anak-anak, jauh melebihi kemampuan entitas lain mana pun."
Baca juga: Mesir Bantah Keras Kabar Pembicaraan Telepon antara Trump dan Presiden al-Sisi soal Pengungsi GazaDia menyebut tindakan Israel terhadap UNRWA sebagai "serangan tanpa henti" yang "merugikan kehidupan dan masa depan warga Palestina di seluruh wilayah Palestina yang diduduki."
"Ini mengikis kepercayaan mereka pada komunitas internasional, membahayakan prospek perdamaian dan keamanan," katanya.
Namun Amerika Serikat mendukung langkah sekutu terdekatnya di Timur Tengah ini, dengan menuduh Lazzarini melebih-lebihkan dampak keputusan tersebut.
"Amerika Serikat mendukung implementasi keputusan ini," kata Dorothy Shea, perwakilan Amerika Serikat untuk PBB.
"UNRWA melebih-lebihkan efek dari undang-undang dan menyarankan bahwa mereka akan memaksa (keluar) seluruh respons kemanusiaan adalah tindakan tidak bertanggung jawab dan berbahaya," katanya.
"Yang dibutuhkan adalah diskusi yang seimbang tentang bagaimana kita dapat memastikan tidak ada gangguan dalam penyampaian bantuan kemanusiaan dan layanan penting. UNRWA bukan dan tidak pernah menjadi satu-satunya pilihan."
Baca juga: Ratusan Ribu Warga Palestina Kembali ke Gaza, Melihat Kota dalam Puing-puing KehancuranSerangan Hamas 7 Oktober terhadap Israel mengakibatkan 1.200 orang tewas, sebagian besar warga sipil, menurut hitungan Israel.
Selama serangan tersebut, militan membawa 251 sandera ke Gaza. Delapan puluh tujuh orang masih berada di wilayah tersebut, termasuk puluhan yang dikatakan Israel telah meninggal.
Serangan balasan Israel telah menewaskan setidaknya 47.317 orang di Gaza, mayoritas warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah tersebut yang dianggap dapat dipercaya oleh PBB.
Gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas kini telah diberlakukan, dimaksudkan untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari 15 bulan.
Pertempuran menimbulkan krisis kemanusiaan yang dalam, menghancurkan rumah sakit dan memicu wabah penyakit menular sementara ratusan ribu warga Gaza menghadapi kondisi kelaparan dan bergantung pada bantuan makanan.
"Namun, kami bertekad untuk tetap tinggal dan memberikan bantuan sampai tidak mungkin lagi melakukannya," kata Lazzarini.
(lam)