LANGIT7.ID-Reshuffle kabinet terjadi setelah 100 hari kepemimpinan Presiden Prabowo. Brian Yuliarto ditunjuk sebagai Menristekdikti menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro yang memilih mundur.
Masuk di Kabinet Merah Putih, Brian adalah akademisi tulen dengan banyak publikasi ilmiah. Brian aktif dalam penelitian dan telah menghasilkan 343 publikasi ilmiah di jurnal internasional bereputasi.
Ia memiliki lebih dari 6.000 sitasi dan H-index 40 di Scopus. Ia juga berpartisipasi dalam kolaborasi akademik global sebagai Visiting Professor di UC Berkeley, Queensland University, Nagoya University, KAUST, dan University of Tsukuba.
Profil singkat Brian Yuliarto
Prof Brian Yuliarto lahir di Jakarta, 27 Juli 1975 dan menyelesaikan kuliah S-1 Teknik Fisika di ITB hingga lulus pada 1999.
Brian lalu melanjutkan studi S-2 dan S-3 di University of Tokyo, Jepang. Fokus kajiannya pada Quantum Engineering dan System Science.
Pada 2002 dan 2005, anak ketiga dari empat bersaudara itu berhasil berturut-turut meraih gelar master of engineering (M.Eng) dan doctor of philosophy (PhD) dari kampus di Negeri Sakura tersebut. Setahun kemudian, ia mulai berkarier di almamaternya, ITB.
Dalam usia relatif muda, yakni 43 tahun, ia berhasil mendapatkan gelar profesor. Dalam pidato pengukuhan guru besar, Prof Brian menyoroti potensi alam Indonesia dalam upaya mendukung perkembangan teknologi nano.
Prof Brian banyak berkiprah dalam dunia akademik dan riset, yang terutama berfokus pada pengembangan nanomaterial untuk aplikasi sensor dan energi.
Penelitian yang ia geluti bertujuan meningkatkan kemampuan sensor, yang diharapkan mampu memberikan performa lebih tinggi dalam mendeteksi berbagai molekul target secara cepat dan akurat.
Beberapa terobosan yang telah dihasilkan oleh Prof Brian bersama timnya mencakup pengembangan sensor untuk gas berbahaya, polutan, dan kebutuhan diagnosis penyakit seperti demam berdarah, hepatitis, kanker, serta berbagai bakteri patogen yang mengancam kesehatan manusia.
Salah satu fokus Prof Brian adalah menciptakan kemandirian teknologi di bidang biosensor untuk kebutuhan medis. Beberapa kerja sama dengan industri telah dijalin untuk mengembangkan alat diagnostik penyakit.
Di bidang inovasi, Brian terlibat dalam berbagai proyek penelitian, publikasi, serta pendaftaran hak kekayaan intelektual (HKI). Atas kontribusinya di dunia sains dan teknologi, ia mendapat penghargaan Habibie Prize 2024.(*)
(hbd)