Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 15 Juni 2025
home masjid detail berita

Pecah Kongsi di Kakbah: Kisah Munculnya Abdul Muthalib di Makkah

miftah yusufpati Ahad, 08 Juni 2025 - 05:15 WIB
Pecah Kongsi di Kakbah: Kisah Munculnya Abdul Muthalib di Makkah
Syaiba dibawa pulang ke Makkah, menunggang unta pamannya. Warga kota menyangka ia budak. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Dari sengketa warisan Qushayy, lahirlah dinasti saudagar Quraisy yang meletakkan dasar-dasar imperium dagang Makkah.

Di bawah langit Arabia yang terik, Kakbah berdiri tegak sebagai poros suci kaum Quraisy. Namun, pada satu masa, tempat paling sakral itu hampir saja jadi medan perang saudara. Bukan karena serbuan dari luar, melainkan retak dalam tubuh Quraisy sendiri: dua keluarga, dua ambisi, satu kota suci.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menyebut seperti ayahnya, Abd’d-Dar adalah pemegang amanah Kakbah, jabatan yang diwarisi dari Qushayy, nenek moyang besar Quraisy. Namun kejayaan tak selalu lurus pada garis darah.

Di tengah pertumbuhan Makkah sebagai simpul perdagangan, muncullah keluarga saingan: anak-anak Abd Manaf—Hasyim, Abd Syams, Muttalib, dan Naufal—yang tak hanya terpandang, tapi juga piawai berpolitik.

Baca juga: Kiswah Kakbah Diangkat Setinggi 3 Meter, Tanda Musim Haji Dimulai

Ketika konflik pecah antara dua keluarga besar ini, kota Makkah seperti duduk di atas bara. Para pemuka Quraisy terbelah. Untuk mencegah pertumpahan darah, dua perjanjian dibuat: Mutayyabun dari pihak Abd Manaf, dan Ahlaf dari Abd’d-Dar. Sumpah suci diambil dengan tangan dicelupkan ke dalam minyak wangi di depan Kakbah, sebuah ritual yang menyiratkan betapa seriusnya konflik ini.

Akhirnya, konsensus dicapai: urusan air dan makanan untuk para peziarah—dua hal vital bagi kota yang bergantung pada arus kunjungan tahunan—diserahkan kepada keluarga Abd Manaf. Sementara itu, kunci Kakbah dan hak memimpin rapat tetap di tangan Abd’d-Dar. Maka terjagalah keseimbangan kekuasaan, setidaknya untuk sementara.

Namun nama Hasyim, anak sulung Abd Manaf, bersinar paling terang. Di tangannya, Makkah melampaui peran religiusnya. Ia tak hanya menjamin kebutuhan tamu-tamu Tuhan, tapi juga mendesain sistem dagang antar musim yang canggih: kafilah musim panas ke Suriah, dan musim dingin ke Yaman.

Di tengah paceklik, ia datang membawa makanan, mengubah wajah kota yang muram jadi cerah kembali. Perjanjian dagangnya meluas: dari Imperium Romawi hingga ke Himyar di selatan. Tak pelak, Hasyim menjadi tokoh kunci dalam transformasi Makkah menjadi kota dagang paling penting di Jazirah.

Namun, di tengah kejayaan itu, bibit kecemburuan tumbuh. Umayyah, anak Abd Syams, mulai merasa bahwa panggung terlalu lama dikuasai oleh sepupunya. Tapi kekuatan Hasyim terlalu kukuh. Umayyah memilih minggir, merantau ke Suriah selama sepuluh tahun, mungkin menunggu momentum, mungkin merancang balasan.

Baca juga: Kisah Tampilkan Muhammad Al-Amin saat Renovasi Kakbah

Ketika perjalanan dagang membawa Hasyim ke Gaza, ajal menjemputnya di sana. Kepemimpinannya digantikan oleh adiknya, Muthalib, sosok lembut yang disegani. Namun Muthalib tak melupakan satu nama: Syaiba, anak Hasyim dari Salma, perempuan Khazraj yang dinikahinya di Yatsrib.

Syaiba dibawa pulang ke Makkah, menunggang unta pamannya. Warga kota menyangka ia budak, dan dari sanalah nama Abd al-Muthalib—budak Muthalib—melekat. Ironisnya, nama itu justru menjadi identitas sejarah yang tak terlupakan.

Hak waris Hasyim sempat direbut oleh Naufal, saudara Hasyim yang lain. Tapi Syaiba tak tinggal diam. Ia menggalang dukungan dari pihak Khazraj. Delapan puluh pasukan dari Yatsrib mengepung Makkah. Naufal tak punya pilihan: warisan dikembalikan. Itulah titik balik munculnya Abd al-Muthalib sebagai pewaris sah kekuasaan Hasyim.

Dari dinamika keluarga Abd Manaf, kita menyaksikan lahirnya sistem kekuasaan yang kelak menopang kepemimpinan suku Quraisy hingga zaman Nabi Muhammad SAW. Konflik internal, perjanjian politik, perdagangan lintas benua, hingga diplomasi antar suku dan imperium luar: semua dirintis dari perebutan kunci dan sumur Kakbah.

Dan seperti banyak catatan sejarah dunia: pusat kekuasaan seringkali dimulai dari perebutan simbol. Kakbah, dengan segala kemuliaannya, menjadi medan tarik-menarik antara warisan, kemuliaan, dan ambisi manusia.

Baca juga: Abu Yazid Al-Busthami: Kakbah Bisa Dikunjungi Tiap Saat karena Bukan Serambi Istana Raja

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 15 Juni 2025
Imsak
04:29
Shubuh
04:39
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:49
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan