LANGIT7.ID–Jakarta; Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI (Mendikdasmen RI), Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya peran perempuan dalam memperkuat fondasi pendidikan Indonesia. Pesan tersebut ia sampaikan saat pidato kebangsaan di hari kedua Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah yang digelar di Kantor Gubernur Provinsi Banten, Jumat malam (5/9).
Dalam kesempatan itu, Mu’ti menyatakan bahwa pembangunan pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kontribusi kader perempuan muda. Ia menilai Nasyiatul Aisyiyah (NA) memiliki peran strategis untuk bersinergi dengan pemerintah dalam menghadirkan pendidikan bermutu melalui visi besar Mendikdasmen RI, yakni “Membangun Pendidikan yang Bermutu untuk Semua (Education for All).”
Soft Skill sebagai Transformasi GenerasiMenurut Mu’ti, pendidikan nasional harus mengarahkan generasi muda agar menguasai keterampilan yang relevan dengan zaman. Ia menekankan bahwa baik hard skill maupun soft skill penting untuk dikuasai, namun soft skill layak diberi ruang lebih besar.
“Softskill itu yang memang harus mendapatkan porsi yang lebih dalam pendidikan karena sifatnya transformatif dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, selain itu dalam membangun Indonesia emas juga membutuhkan kolaborasi pada dua pendekatan yaitu konservatif dan progresif,” paparnya.
Ia menambahkan, kementerian tengah menyiapkan kebijakan deep learning dengan fokus pada pembelajaran mendalam, terintegrasi lintas disiplin, dan relevan dengan kehidupan nyata.
Pendidikan Sejak Kandungan sebagai Investasi BangsaMu’ti juga menyoroti bahwa pendidikan tidak hanya dimulai di bangku sekolah, tetapi sejak usia dini bahkan sejak dalam kandungan.
“Setelah saya membaca banyak sekali sumber, maka saya dapat berteori bahwa pendidikan itu dapat dimulai sejak ditiupnya ruh, sampai dengan dicabutnya ruh. Atau dengan kata lain, pendidikan pra sekolah itu bisa mulai dilakukan sejak dalam kandungan. Maka inilah yang dapat kita sebut sebagai salah satu bentuk investasi pendidikan,” jelasnya.
Pernyataan itu sekaligus menegaskan posisi perempuan sebagai aktor penting dalam membangun generasi. Ia menyinggung tema Tanwir II NA, “Memajukan Perempuan, Mengokohkan Peradaban,” sebagai bukti bahwa perempuan memiliki pengaruh besar dalam membentuk mutu pendidikan bangsa.
“Masih ada masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan itu masih menjadi second class gender dan beban sosial,” ungkap Mu’ti.
“Maka hal inilah yang perlu dipertegas bahwa sebenarnya perempuan telah menjadi bagian penting dalam pendidikan usia dini dan membangun pendidikan yang bermutu bagi semua,” tambahnya.
Harapan untuk Nasyiatul AisyiyahDi akhir pidatonya, Mu’ti menyampaikan optimismenya terhadap kiprah Nasyiatul Aisyiyah. Ia melihat tren positif kepemimpinan yang lahir dari organisasi tersebut menjadi modal penting dalam menyukseskan pendidikan inklusif di masa depan.
“Bagaimana kita mendidik generasi yang mempunyai kesadaran sosial itu harus dimulai dari tingkat dasar, dan inilah peran dari NA untuk bersinergi menyukseskan pendidikan bermutu untuk semua dan untuk masa depan bangsa,” tutupnya. (*/bil/muhammadiyah)
(lam)