LANGIT7.ID–Jakarta; Dalam suasana khidmat memperingati Hari Santri 2025, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar istighotsah bersama para dzurriyah muassis NU di Masjid An-Nahdlah, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (22/10/2025). Agenda tersebut bukan sekadar acara seremonial, melainkan awal dari sebuah tradisi baru yang akan dilaksanakan secara rutin setiap malam Jumat.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, mengungkapkan bahwa pelaksanaan istighotsah berkala ini berangkat dari gagasan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy.
"Ini merupakan tawaran Kiai Azaim, yang mengusulkan agar ada istighotsah rutin dengan dzurriyah para muassis. Dimulai malam ini dengan dzurriyah Situbondo, insyaallah nanti disusul dzuriyah Bangkalan, Tebuireng, Tambakberas, Denanyar dan lain-lain," ujar Gus Yahya, dikutip dari situs NU, Kamis (23/10/2025).
Ia menjelaskan, kehadiran istighotsah ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual antar-keturunan pendiri NU, tetapi juga menjadi wujud komitmen organisasi dalam menghadapi berbagai momentum penting. Gus Yahya menekankan bahwa tradisi semacam ini berfungsi sebagai benteng doa yang menjaga NU dalam berbagai fase sejarah, termasuk ketika melewati masa genting seperti pergolakan Orde Lama hingga tragedi G30S/PKI.
Menurutnya, keberlanjutan istighotsah rutin menjadi refleksi nyata atas kesinambungan doa dan amalan para kiai yang sejak awal berperan sebagai pengayom umat.
"Perkembangan ini merupakan barokah, pertama barokah dari para muassis pemangku karomah, dan kedua adalah berkah dari kiai-kiai NU yang tidak pernah berhenti memelihara tugas mengasuh dan mengayomi umat," jelas Gus Yahya di hadapan jamaah yang sebagian besar merupakan anggota Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafiiyah (Ikhasa) Sukorejo.
Sementara itu, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan langkah spiritual untuk memperkuat ketahanan batin warga NU di tengah tantangan zaman.
"Oleh karena itu, perlu ada penguatan-penguatan simpul gerakan batin walaupun sebetulnya sudah berjalan di masyarakat kita," ujar Kiai Azaim.
Kiai Azaim kemudian memimpin dzikir dan doa bersama yang berlangsung khusyuk, diikuti oleh ribuan jamaah yang memadati Masjid An-Nahdlah hingga ke area Plaza Gedung PBNU. Suasana malam itu menjadi simbol keterhubungan antara nilai-nilai spiritual para muassis dan perjuangan generasi penerus yang terus menjaga arah perjuangan NU di tengah perubahan zaman.
(lam)