LANGIT7.ID-Riyadh; Final WTA Final benar benar menjadi sejarah indah bagi petenis cantik asal Kazakhstan Elena Rybakina. Tetapi sebaliknya, Final WTA Riyadh kali ini menjadi tragedi buruk bagi si mulut besar petenis Belarusia, Aryna Sabalenka.
Babagaimana tidak, sepanjang tahun, Aryna Sabalenka adalah pilar tetap dalam tenis putri — tak goyah oleh posisinya, jenis lapangan, atau tekanan di sekelilingnya. Namun di Riyadh, dalam pertandingan yang seharusnya mengukuhkan musimnya, keteguhan itu akhirnya menemui tantangan terberat.
Itu terjadi karena pemain terakhir yang lolos justru menjadi yang terakhir berdiri.Si cantik Elena Rybakina melanjutkan rekor kemenangan beruntutnya menjadi 11 pertandingan pada Sabtu malam, mengalahkan si mulut besar itu, pemain peringkat satu dunia dengan skor 6–3, 7–6 (0) untuk meraih gelar WTA Finals.
Karena kedua finalis tak terkalahkan di babak grup, Rybakina memperoleh kemenangan senilai Rp85,9 miliar, sementara Sabalenka membawa pulang Rp44,2 miliar sebagai runner-up. Meski kalah, total Sabalenka mencatat rekor hadiah uang tertinggi dalam satu musim di WTA, melampaui rekor Serena Williams pada 2013.
"Aku berusaha tetap fokus," kata Rybakina dalam konferensi pers setelahnya. "Bahkan di tiebreak, baru setelah mendengar 'game, set, match' aku sadar bahwa pertandingannya benar-benar berakhir, karena aku punya pengalaman memimpin di tiebreak lalu kalah. Jadi sejujurnya, aku benar-benar hanya berkonsentrasi."
![Si Cantik Rybakina Akhirnya Singkirkan Si Mulut Besar Sabalenka Untuk Jadi Juara WTA Final Riyadh dan Bawa Hadiah 85,9 Miliar]()
Kemenangan Rybakina menjadi penutup musim dengan tiga gelar, termasuk Strasbourg dan Ningbo, sekaligus menjadikannya juara WTA Finals perdana yang ke-10 secara beruntut. Dia menempati posisi kedua untuk jumlah gelar tur, hanya di belakang Sabalenka (empat) dan sejajar dengan Iga Świątek serta Jessica Pegula yang masing-masing meraih tiga gelar. Rybakina menutup tahun dengan rekor 58–19, yang terbaik sejauh ini. Kemenangan ini juga mempersempit catatan rivalitasnya dengan Sabalenka menjadi 8–6, dengan tiga di antaranya diraih di final — Indian Wells 2023, Brisbane 2024, dan Riyadh 2025.
Kemenangan ini juga mencatatkan Rybakina dalam sejumlah tolok ukur penting WTA Finals:
· Keberhasilan unggulan ke-6: Menjadi unggulan ke-6 keempat dalam tujuh edisi terakhir yang berhasil menjuarai turnamen, menyusul Caroline Wozniacki, Elina Svitolina, dan Garbiñe Muguruza.
· Pertama dalam sejarah: Menjadi pemain pertama yang mewakili Kazakhstan — dan negara Asia mana pun — yang menjuarai WTA Finals.
· Kemenangan beruntun atas pemain nomor satu: Hanya pemain kedua setelah Tracy Austin (1979–80) yang berhasil mengalahkan pemain peringkat satu dunia dalam dua penampilan beruntun di WTA Finals.
• Rekor positif melawan nomor satu: Kini memiliki catatan 8–6 sepanjang karier melawan pemain peringkat teratas, menjadikannya satu dari hanya tiga pemain putri sejak 1975 yang memiliki rekor menang melawan nomor satu dunia (minimal 10 pertandingan), bersama Steffi Graf dan Serena Williams.
· Kesempurnaan di tiebreak: Hasil 7–6 (0) pada set penutup hanya merupakan kemenangan tiebreak tanpa poin (love) kedua dalam kariernya (yang pertama di Roma 2022).
Set pembuka berlangsung sengit, kedua pemain menghadirkan servis pertama yang kuat hingga Rybakina menemukan ritmenya di tengah set. Dia mematahkan servis Sabalenka tanpa conceding poin untuk memimpin 4–2, mengamankan game tersebut ketika sang nomor satu dunia gagal mengembalikan smash. Saat mempertahankan servis untuk set pada 5–3, Rybakina tetap tenang dan memanfaatkan dua kesalahan untuk menutup set 6–3.
Di set kedua, Sabalenka menyelamatkan dua break point di game ketiga dan dua lagi pada 4–4 untuk mempertahankan kedudukan. Namun perlawanannya memudar di tiebreak, sebuah kejutan bagi pemain yang telah memenangkan 22 tiebreak musim ini — rekor tertinggi yang dicapai pemain mana pun di Era Terbuka. Untuk pertama kalinya dalam kariernya, dia kalah 7–0, saat Rybakina menutup pertandingan — dan musim — dalam dua set langsung.
"Dia bermain luar biasa," kata Sabalenka. "Aku merasa telah memberikan yang terbaik hari ini. Itu tidak berhasil, tapi ada banyak hal yang harusnya bisa aku banggakan. Dan ya, aku meninggalkan turnamen ini tanpa kekecewaan. Aku pergi dengan rasa bangga pada diri sendiri dan hal-hal yang berhasil kami capai."
Sabalenka menutup 2025 dengan empat gelar dan 63 kemenangan, termasuk AS Open dan dua trofi WTA 1000, dan akan mengakhiri musim sebagai pemain nomor satu dunia untuk musim kedua berturut-turut — salah satu dari hanya tujuh pemain putri yang berhasil mempertahankan posisi puncak selama dua tahun kalender berturut-turut. Dia juga mengakhiri musim dengan 15 kemenangan atas pemain Top 10, terbanyak di antara semua pemain musim ini. Rybakina akan finis pada peringkat 5, rekor tertinggi dalam kariernya.
"Ini memberi banyak motivasi, dan semoga aku bisa beristirahat dengan baik lalu mempertahankan mentalitas ini dan membawanya ke musim depan," ujar Rybakina. "Dan ya, semoga kami bisa terus meningkat dan memulai dengan kuat. Aku sangat senang karena performa ku cukup stabil sepanjang turnamen ini."(*/saf/wtatennis)
(lam)