LANGIT7.ID - , Jakarta - Pahlawan tak hanya mereka yang berjuang di medan perang di masa perjuangan. Mereka yang berjuang di jalan lain untuk kemaslahatan umat pun pantas disematkan sebagai pahlawan.
Seperti Hendro Utomo dan istri, Wida Septarina yang berjuang mewujudkan kesetaraan pangan dengan membentuk Foodbank of Indonesia (FOI).
Ide ini lahir dari ketimpangan kondisi yang ada di Indonesia yang menempatkan negara ini di posisi kedua penyumbang sampah makanan terbanyak di dunia. Di sisi lain, Indonesia juga juara terhadap jumlah orang yang masih kelaparan.
Berdiri pada 21 Mei 2015, FOI lebih populer dikenal masyarakat dibanding Yayasan Lumbung Pangan Indonesia. Ketimpangan tersebutlah yang akhirnya menggerakkan pasangan Hendro Utomo dan Wida Septarina untuk mewujudkan kesetaraan pangan dengan membentuk FOI.
Baca juga: Food Bank - Garda Pangan Gerakan Hebat Agar Makanan Tidak MubazirAsisten Manager Divisi Program FOI Khadijah Zahir mengatakan misi FOI adalah untuk
membantu Indonesia merdeka atas pangannya sendiri untuk mengakhiri kelaparan.
"Selanjutnya kami mendorong untuk pola produksi dan pola konsumsi yang bertanggung," tambah Khadijah saat dihubungi Langit7, Rabu (10/11/2021).
Niat baik pasangan yang baru saja mendapatkan penghargaan People and Inspiration Award 2020 ini disambut baik sebuah perusahaan roti, yang kemudian mempercayakan produk pangannya yang hampir kadaluarsa untuk dibagikan.
Berjuang di jalan untuk pemerataan pangan, kepercayaan besar pun mulai berdatangan dari berbagai pihak. Salah satunya FOI bekerjasama dengan Superindo di 10 kota di Indonesia. Saat ini FOI sendiri sudah memiliki 33 titik wilayah di kota dan kabupaten yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan total relawan sebanyak 4454 relawan.
Program FOI FOI saat ini memiliki 5 program unggulan yang semua masih berjalan hingga kini.
1. Mentari BangsakuMerupakan program berbagi makanan untuk anak-anak sekolah yang dinilai tidak mampu atau yang berada di lingkungan padat penduduk. FOI secara internal melakukan survey terhadap sekolah-sekolah swadaya yang menjadi target penerima manfaat. Ternyata dari hasil survey tersebut didapati 27 persen anak-anak tidak sarapan saat berangkat sekolah.
"Alasannya ada beberapa, tapi alasan pertama adalah karena mereka tidak punya sesuatu yang ingin di makan, dan ini nyata." kata Khadijah.
Program Mentari Bangsaku saat ini terdapat di 17 wilayah kota/kabupaten dan memiliki penerima manfaat sebanyak 1045 lembaga pendidikan.
2. Sayap dari Ibu (Sadari)Merupakan program untuk ibu-ibu yang baru melahirkan dan memiliki batita (bayi tiga tahun). Dasar dari program ini adalah 1000 hari kehidupan. Maksudnya adalah membantu untuk pemenuhan gizi dengan makanan tambahan bagi anak-anak yang masih kecil.
"Karena pemenuhan kebutuhan gizi di usia dini sangat efektif guna kehidupan anak kedepannya nanti," jelas Khadijah.
Untuk program ini ada dua kriteria penerima manfaat yaitu keluarga kurang mampu dan memiliki status kurang gizi.
"Program ini bekerja sama dengan posyandu, mendampingi ibu-ibu agar memberikan gizi yang baik kepada anak-anaknya," ucap Khadijah.
3. Dapur Pangan FOI (DPF)Merupakan program pemberdayaan masyarakat yang mencakup RT/RW dan kelurahan. Program ini menyasar ke lansia dan anak-anak dhuafa (yang belum tersentuh program Mentari Bangsaku dan Sadari).
"Biasanya kami memberikan bahan dasar seperti ikan, ayam dan beras ke relawan dari masing-masing kecamatan, kemudian diolah menjadi makanan siap santap. Selanjutnya akan dibagikan ke penerima manfaat yang sudah terdaftar." jelas Khadijah.
Saat ini sudah ada total 115 dapur pangan di seluruh wilayah Jabodetabek. sekitar 90 nya berada di DKI Jakarta. Program ini memiliki tiga bentuk distribusi, pertama melalui masyarakat atau relawan, melalui UMKM dan mobil pangan yang bergerak setiap Senin dan Kamis membagikan makanan gratis di likungan padat. Sementara ini kegiatan mobil pangan terbatas untuk di Jakarta saja.
4. Kebun Pangan KomunitasMerupakan program baru yang lahir saat pandemi, tujuannya agar mendorong ketahanan pangan yang mandiri.
"Kegiatan dari program ini adalah menanam tanaman pangan secara mandiri, saat ini sudah ada 2 tempat yang berjalan, yaitu di Kembangan dan Kebayoran Lama. Kebun pangan selanjutnya akan buka di beberapa tempat di Jakarta Timur, Ciputat dan Bogor." ungkap Khadijah terkait target program ini.
Hasil panen kebun pangan ada yang dijual untuk biaya operasional ada juga untuk pemberian ke masyarakat sekitar.
5. Respon On Emergency Disaster (RED)Merupakan program tanggap darurat bencana, seperti bencana banjir, gempa, gunung meletus dan lain-lain.
"Bedanya kami hadir pasca bantuan yang berlimpah pergi, agar tidak bertumpuk dan saling tumpang tindih." terang Khadijah.
"Selain sigap darurat bencana, program ini juga hadir jika ada laporan ada orang atau keluarga yang kelaparan, maka akan disambangi oleh tim RED." Imbuhnya.
Peran Anak MudaFOI digerakkan oleh anak-anak muda, hampir semuanya yang terlibat adalah anak muda. Mereka datang dengan kesadaran sendiri, atas dasar keprihatinan yang sama terhadap penyertaan pangan di Indonesia.
Baca juga: Pakar: Pangan Lokal Bisa Jadi Bahan Makanan Berkelanjutan Masa DepanDasar dari program ini adalah aksi terjun ke lapangan. Peminatnya adalah anak muda, untuk itu FOI sangat bergantung kepada anak muda.
"Waktu itu pernah ada 100 ribu paket sembako yang harus dibagikan oleh FOI, lalu kami buka relawan untuk anak muda, kemudian mereka mendapat info dan tertarik untuk mendaftar dengan sukarela." kata Khadijah.
Di samping itu keberadaan anak muda juga dianggap baik, karena mereka adalah pelaku aktif di media sosial, sehingga keberadaan mereka sekaligus sebagai ajang promosi di media tersebut.
Dalam rentang waktu antara tahun 2017-2020, FOI melakukan penghitungan, dan hasilnya terjadi peningkatan dalam jumlah pangan yang dibagikan sebanyak 149% di tahun 2020.
Selain itu, penghitungan selanjutnya adalah sepanjang tahun 2020, FOI berhasil menyelamatkan 1246 Ton makanan dan mampu menyalurkan 88.095 paket makanan siap santap.
Pada tahun 2019, FOI pernah masuk ranking 8 besar sebagi food bank dunia yang memiliki program terbaik dalam ajang Global Food Banking 2019.
Dalam rangka mewujudkan misinya untuk kesetaraan pangan dan agar Indonesia bebas dari kelaparan, FOI berharap adanya payung hukum di Indonesia.
"Payung hukum yang dimaksud adalah RUU tentang bank pangan, dimana setiap instansi khususnya Horeka (Hotel Restoran dan Kafe) tidak boleh membuang makanannya begitu saja dan harus memberikannya ke food bank." Papar Khadijah.
Khadijah mencontohkan kondisi di Prancis yang dianggap sudah memiliki mekanisme food bank yang sangat baik. "Disana (Prancis) jika ada perusahaan yang membuang makanan begitu saja, makan akan di denda, mereka wajib menyumbangkannya ke food bank. Dan makanan yang disumbangkan tersebut bebas kena pajak."
FOI berharap hal yang sama pun berlaku di Indonesia, agar lebih cepat mewujudkan Indonesia 100% bebas dari kelaparan.
(est)