LANGIT7.ID, Jakarta - Hafidz Qur'an dan Penulis buku Kun bil Qur'ani Najman,
Muhammad Saihul Basyir, mengungkapkan, tidak ada metode baku yang disepakati dalam menghafal Al-Qur’an.
Setiap orang dilahirkan dengan keunikannya masing-masing. Tingkat kecerdasan hingga perilaku pun berbeda-beda. Atas dasar itu, kata Basyir, mustahil menetapkan satu metode menghafal Al-Qur’an yang bisa diikuti semua orang.
Cara terbaik menghafal Al-Qur’an adalah dengan mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya. Basyir sudah mengkaji hadits-hadits yang berkaitan dengan itu. Dari kajian tersebut, dia menemukan prinsip-prinsip utama menghafal Al-Qur’an.
“Prinsipnya ada beberapa ada 13,” kata
Basyir kepada LANGIT7.ID, Kamis malam (4/8/2022).
Baca Juga: Rumus Saihul Basyir Bisa Hafal 30 Juz Al-Quran Sejak kelas 6 SD
1. Perbanyak Tilawah atau Khatam Al-Qur’anTilawah adalah membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara lafadz menggunakan mushaf dan bersuara keras. Bukan menilawahi makna Al-Qur’an. Bukan pula tilawah yang sudah dihafal.
Tilawah menjadi kunci utama agar lidah terlatih melafalkan lafadz-lafadz Al-Qur’an. Tilawah akan membuat lidah sering membaca Al-Qur’an dan mata terbiasa membaca susunan huruf.
“Garis-garis yang ada dalam Al-Qur’an makin mudah kita hafal dan ingat,” kata Basyir.
2. Tajwid yang Utama, Maqamat PenyempurnanyaTajwid berarti memberikan setiap huruf haknya atau makhrajnya dan mustahaknya atau sifatnya, juga mengembalikan setiap hukum aslinya, defenisi itu berdasarkan pendapat Imam Muhammad bin Al-Jazari.
Sedang maqamat berarti memposisikan suara pada posisi-posisi tertentu sesuai lagu dan tangga nada. Ilmu ini disebut dengan ilmu nagham atau tujuh tangga dan cara melagukan Al-Qur’an.
Baca Juga: Kunci Sukses Saihul Basyir Jadi Bintang Al-Qur'an, Hafal 30 Juz Sejak Kelas 6 SD
Tajwid ibarat pondasi dan bangunan atap, sementara maqamat adalah pernak-pernik isi rumah. Tajwid yang wajib dimiliki semua penghafal Al-Qur’an, sementara maqamat hanya pelengkap saja.
“Karena Allah menurunkan Al-Qur’an dengan tajwid,” ucap Basyir.
3. Ada Guru yang MengarahkanMenghafal Al-Qur’an tidak bisa dilakukan sendiri, harus berguru kepada orang yang lebih ahli. Bahkan, Rasulullah SAW juga berguru kepada Malaikat Jibril, dan Jibril berguru kepada Allah Ta’ala.
Padahal, jika mau Rasulullah bisa saja langsung menghafal tanpa berguru kepada Jibril. Secara akal, tidak mustahil Allah berkehendak seperti itu.
4. Ada Teman yang MenguatkanSelain memiliki guru, penghafal Al-Qur’an juga harus punya teman yang menguatkan. Teman sangat dibutuhkan bukan hanya saat menghafal saja. Tapi, teman juga menjadi penguat mengemban amanah sebagai penjaga orisinalitas Al-Qur’an hingga akhir zaman.
Baca Juga: Ustaz Saihul Basyir: Al-Quran Bukan Hanya Dibaca tapi Juga Solusi Persoalan Manusia
Hal itu merupakan tanggung jawab besar, dan tidak bisa dilakukan sendiri. Maka itu, kehadiran teman dan lingkungan baik sangat dibutuhkan.
5. Luruskan Niatmu, Tegakkan TekadmuNiat adalah kunci. Tanpa niat, seseorang tidak bisa membuka pintu apapun. Menghafal Al-Qur’an membutuhkan niat yang spesial. Bukan sekadar sembarang niat atau keinginan, apalagi angan-angan.
Niat ikhlas akan melahirkan tekad kuat. Nafas itulah yang terpancar dari pribadi-pribadi mulia seperti Utsman bin Affan yang mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu rakaat qiyamullail.
6. Bertahap dalam MenghafalIni prinsip dasar, bahwa menghafalkan Al-Qur'an harus bertahap dan tidak perlu terburu-buru untuk cepat selesai menghafal 30 juz. Standar kehebatan penghafal Al-Qur’an bukan pada kecepatan. Tapi, letak kehebatan itu ada pada ketahanan diri dan jiwa bersama Al-Qur’an.
Cepat menghafal itu anugerah dari Allah, tapi cepat-cepat menghafal itu datangnya dari setan.
7. Tuliskan Program dan Rencana dalam MenghafalPenting
breakdown program dan rancangan hafalan sesuai metode yang dipilih atau cocok. Ukuran kematangan rencana itu terlihat dari tahap eksekusinya. Maka itu, tuliskan, bagikan, tempelkan, dan evaluasi rencana menghafalmu.
Baca Juga: Ingin Hafal Quran meski Tak Nyantri? Begini Caranya
Tulis besar-besar mulai dari target memulai, target selesai, bersama siapa, kepada siapa menyetorkan hafalan. Bagikan tiap langkah dalam tiga tahap berjangka waktu, tempo panjang, tempo sedang, dan tempo pendek.
Tempelkan skema itu di tempat-tempat strategis yang bisa dilihat setiap saat. Evaluasi secara berkala untuk mengukur rencana yang sudah disusun.
8. Melancarkan Lebih Utama Ketimbang MenambahMenjaga hafalan tidak bisa dianggap enteng. Menjaga hafalan berarti menjaga agama dan sifat Allah. Tatkala penghafal Qur’an menyepelekan perkara murojaah, maka pada saat itu pula menyepelekan agama dan sifat-Nya.
Allah memuliakan penghafal Al-Qur’an. Apakah setelah itu malah berpaling dan bermalas-malasan murajaah. Maka melancarkan lebih utama daripada mengejar kuantitas.
9. Tiga Pondasi TahfidzAda tiga rukun yang harus dipenuhi jika ingin disebut penghafal Al-Qur’an. Tiga pondasi itu itu adalah Al-Muhafazhah (senantiasa menjaga lafal Al-Qur’an), Al-Mu’ahadah (berpegang teguh dengan ajarannya), dan Al-Mudawamah (hidup bersamanya di manapun, kapanpun, dan bersama siapapun).
Baca Juga: Imam Nawawi Ajarkan 3 Adab Ini kepada Penghafal Al Qur'anJika tiga rukun ini terpenuhi, maka seseorang sudah bisa disebut Al-Hafidz.
10. Memilih dan Menjaga Mushaf yang TepatPenting memilih mushaf yang sesuai dengan kemampuan menghafal seperti soal ukuran, tulisan huruf, dan terjemahan. Ini karena saat ini banyak sekali pilihan mushaf dan berbagai cetakan serta metode menghafal.
Tetapi, paling penting adalah menjaga mushaf itu tetap awet terpakai saat dalam proses menghafal. Komitmen merawat dan menjaga yang tampak yakni mushaf maka akan turut membantu melatih jiwa merawat apa yang tidak tampak.
11. Ciptakan Suasana TerbaikDalam hal ini, patut mencontoh para sahabat. Mereka menciptakan suasana terbaik dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Mereka tidak punya fasilitas mewah seperti saat ini, tapi para sahabat menunjukkan dedikasi tinggi dalam menciptakan suasana terbaik.
Mereka menulis ayat Al-Qur’an di pelapah kurma, tulang kering, bebatuan, hingga lembaran kulit. Mereka juga hafalkan, sebarkan, dan baca ayat-ayat itu setiap hari. Itulah suasana terbaik yang sesungguhnya.
12. Jangan Terburu-Terburu-buruMenghafal Al-Qur’an bukan perlombaan. Maka tak perlu terburu-buru menghafal 30 juz dalam 40 hari misalnya. Padahal, sebaik-baik hafalan adalah yang lancar huruf dan lafadznya karena hasil dari proses yang lama.
Baca Juga: 5 Tingkatan Interaksi dengan Al-Quran, Anda Sudah Sampai Mana?Menghidupkan nurani pikiran dan hati dengan Al-Qur’an mesti menjadi acuan tertinggi. Melatih kesabaran berhidup dan berlaku Al-Qur’an harus menjadi target termulia.
13. Kemudahan itu Diminta, BerdoalahTidak ada manusia yang lahir langsung pintar. Menurut Basyir, sungguh berdosa dan durhaka serta sombong jika proses menghafal tidak disertai dengan doa memelas kasih sayang, puji-pujian mengadu menggugurkan kemurahan Allah.
“Itu agar Dia menamatkan kita dalam kondisi khusnul khotimah bersama Al-Qur’an,” pungkas Basyir.
(jqf)