LANGIT7.ID, Jakarta - Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif alias Buya Yahya, menanggapi konsep gender netral atau gender non biner yang marak akhir-akhir ini. Non-biner merupakan istilah gender yang tidak merujuk secara spesifik terhadap salah satu gender sebagai laki-laki atau perempuan.
Menurut Buya Yahya, fenomena itu sama halnya dengan penyimpangan-penyimpangan seksual yang sudah ada sejak dulu seperti LGBT. Orang yang vokal menyuarakan hak-hak kelompok itu sebenarnya adalah orang bingung, maka perlu ditolong diberikan penanganan khusus.
“Kesetaraan gender dan lain-lain, itu urusan orang bingung. Ini netral gender. Emang kamu mau dibilang tidak laki-laki, tidak perempuan?” Kata Buya Yahya di Al-Bahjah TV, Sabtu (27/8/2022).
Baca Juga: Mahasiswa Unhas Mengaku Gender Non-Biner, Pakar: Terpengaruh LGBTQ
Dalam Islam dikenal istilah
khuntsa. Namun itu berbeda dengan non-biner.
Khuntsa merupakan kelainan biologis yang bisa disembuhkan oleh medis. Sementara, non-biner merupakan kelainan mental, dan bisa ditangani oleh psikolog atau psikiater.
“Kalau ada saudara-saudara kita punya masalah,
khuntsa, atau laki-laki punya sifat keperempuan-perempuanan. Dia punya masalah yang harus kita tolong bersama untuk dia menentukan jati dirinya, dengan proses dibantu para ahli seperti psikolog,” kata Buya Yahya.
Dia menegaskan, Islam tidak mengenal istilah non-biner. Sejak dulu hanya ada dua jenis manusia di muka bumi yaitu laki-laki dan perempuan. Semua memiliki peran masing-masing, seperti wanita bisa hamil untuk melestarikan keturunan dan laki-laki bertugas mencari nafkah.
Baca Juga: Mahasiswa Unhas Ngaku Punya Gender Non-Biner, Bagaimana Pandangan Islam?
“Tapi laki-laki dan perempuan, dari dulu ibumu perempuan, bapakmu laki-laki. Beda. Yang satu cari nafkah, yang satu hamil. Sudah, tidak usah aneh-aneh. Tidak usah gampang terpesona dengan model-model begitu,” ujar Buya Yahya.
Laki-laki dan perempuan memiliki ciri khas masing-masing. Tidak perlu dipaksakan untuk setara. Secara biologis jelas sudah berbeda, demikian pula secara psikologis. Orang yang mengaku non biner sebenarnya tengah mengalami gangguan psikis yang harus diberi penanganan khusus.
Baca Juga: Latar Belakang Munculnya Konsep Gender Non-Biner
“Perlu diterapi orang-orang seperti itu. Anda sebagai wanita punya ciri khas kewanitaan. Wanita Timur, beda dengan Wanita Barat. Ini punya Ciri khas. Tidak harus ikut-ikutan, anda punya jati diri. Intinya, hal-hal semacam itu, kalau dikembangkan nanti akan meruntuhkan rambu-rambu, termasuk rambu-rambu tradisi dan rambu-rambu agama. Itu bahaya sekali begitu,” tutur Buya Yahya.
(jqf)