LANGIT7.ID, Jakarta - Permainan
lato-lato belakangan ini banyak digandrungi anak-anak di berbagai daerah di Indonesia. Permainan tersebut cukup sederhana, yakni dengan menggoyangkan dua bola yang diikat dengan tali supaya saling berbenturan dan berbunyi klik-klak.
Meski seringkali bunyi yang ditimbulkan cukup mengganggu, tapi jangan melarang anak bermain
lato-lato. Orangtua cukup mengarahkan dan mengawasi permainan agar tidak menimbulkan dampak negatif saat dimainkan.
Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Dr. Hery Wibowo, S.Psi., M.M mengatakan, permainan lato-lato menjadi momentum menghindarkan anak dari candu gadget. Secara sosiologis, lato-ato bisa membangun kedekatan anak dengan lingkungan.
Baca juga: Fakta Lato-Lato, Mainan Jadul Viral Pernah Dilarang di ASHery menjelaskan, permainan lato-lato mampu membangun interaksi sosial. Berbeda dengan permainan berbasis perangkat seperti HP, tablet, atau perangkat lainnya.
Lato-lato lebih menyenangkan untuk dimainkan bersama-sama. “Artinya, inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi ‘alien’ karena suka menyendiri dan generasi rebahan. Tanpa terasa kohesi sosial antar anak-anak mulai terbangun,” kata Hery dilansir laman resmi Unpad, Rabu (11/1/2023).
Kemudian, lato-lato mampu membangun identitas sosial dan konsep diri yang positif. Secara tidak langsung, anak yang memainkan lato-lato akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan sebayanya.
Hery memaparkan, ini bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya, karena mereka memiliki “wahana” untuk menunjukkan kebisaannya yang belum tentu dimiliki anak-anak lain di lingkungan sosial permainannya.
Baca juga: Didukung Sang Nenek, Anak Ayudia Bing Slamet Ikutan Tren Lato-LatoFakta ketiga, menjadi magnet “Fear of Missing Out” atau FOMO. Hery menjelaskan, FOMO menjadi salah satu karakteristik kuat dari generasi Z berdasarkan analisis para ahli. Generasi Z yang lahir dari tahun 1995-2012 ini selalu takut dikatakan “ketinggalan zaman”,
Fakta keempat, lanjutnya,
lato-lato mampu mewadahi karakter generasi Z sebagai generasi “do it yourself”. Permainan ini dengan segala kesederhanaannya mampu mendorong pemainnya melakukan ragam inovasi saat memainkan dan menikmatinya.
Melalui ini, kapasitas kreativitas anak dapat terus berkembang dengan cara menyenangkan. Fakta kelima, alternatif membangun hubungan sosial yang menyenangkan bagi orang tua dan anak.
“Momentum memainkan lato-lati dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orang tua, sekaligus wahanan pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan sang anak, sehingga anak makin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak,” paparnya.
(sof)