LANGIT7.ID, Jakarta - Cara untuk melindungi anak dari penyimpangan atau
pelecehan seksual yaitu dengan memberikan mereka edukasi seputar seks sejak awal sedini mungkin.
Namun kebanyakan orang tua masih ragu atau merasa bingung dalam memberikan
edukasi seputar seks kepada anak-anaknya.
Padahal memberikan
edukasi seks sedini mungkin akan membuat anak memahami bagian tubuh yang boleh dan tak boleh disentuh oleh orang lain.
Nah, untuk itu
Langit7 telah merangkum 5 tips untuk mengajarkan anak terkait seksualitas. Melansir
Huffpost berikut ulasannya:
1. Mulai sejak DiniEdukasi soal seks bisa diberikan kepada anak di usia dini. Hal itu dilakukan untuk menjawab rasa penasaran yang biasanya muncul karena anak ingin mengenal dunia barunya.
Edukasi seks juga berguna sebagai benteng dari pelecehan dan perilaku seksual yang menyimpang. Sehingga orang tua harus menyiapkan edukasi yang tepat perihal seks kepada anak-anaknya.
"Itu karena anak-anak harus mengetahui bagian tubuhnya yang boleh dan tak boleh disentuh orang lain. Sehingga dapat membentengi mereka dari perilaku pelecehan seksual," kata edikator seks, Amy Lang.
Menurutnya, penting memberikan edukasi seks kepada anak, terutama bagian tubuh tertentu yang dianggap sensitif. Dengan begitu, anak-anak akan memahami bahwa tubuh mereka adalah milik mereka sepenuhnya.
"Dan bahwa seseorang tidak hanya perlu bertanya terlebih dahulu sebelum menyentuhnya, tetapi juga menciptakan sebuah batasan untuk tidak menyentuh tubuh mereka," jelasnya.
2. Otonomi TubuhEdukasi seks kepada anak bisa dimulai dengan mengajarkan otonomi tubuh. Edukasi seks tidak hanya mengajarkan anak untuk menjaga tubuhnya sendiri, tapi juga tubuh orang lain.
Edukator seks, Lydia M. Bowers mengatakan, anak-anak memang membutuhkan sentuhan dan kenyamanan pengasuhan saat mereka belajar untuk percaya.
Namun dalam hal ini para orang tua juga mesti menghormati mereka ketika merasa tidak nyaman atau enggan disentuh.
“Orang tua tidak boleh membuat anak-anak merasa seolah berkewajiban untuk memeluk atau menunjukkan kasih sayang secara fisik jika mereka tidak menginginkannya,” kata Bowers.
Ketidaknyamanan adalah cara anak menginginkan sebuah batasan. Jadi hargailah keputusan mereka.
3. Hormati Tubuh Orang LainSelesai mengajarkan edukasi otonomi tubuh, maka langkah selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk menghormati tubuh milik orang lain.
"Artinya, anak-anak mesti diajarkan untuk tidak sembarangan menyentuh bagian tubuh orang lain," kata edukator seksualitas, Robin Wallace-Wright.
Edukasi tersebut sebetulnya selaras dengan cara menghormati diri sendiri. Sebab, hal itu menjadi bagian penting dari norma bermasyarakat.
4. PornografiOrang tua harus mulai berani membahas perihal pornografi kepada anak. Sebab, topik ini menjadi bagian penting dalam mengedukasi anak secara keseluruhan.
Edukator sex, Kim Cavill mengungkapkan, waktu yang tepat membahas pornografi adalah ketika anak berusia 10-13 tahun. Menurutnya, pornografi tidak melulu soal informasi tak bermoral yang terkesan buruk.
“Jadi orang tua harus tegas mengatakan bahwa film pornografi dengan penyimpangan seksual adalah tidak boleh terjadi di kehidupan nyata," katanya.
Sehingga anak akan mendapatkan pemahaman kontekstual terkait seks di kehidupan sebenarnya. Bahwa ada norma yang berlaku dalam kehidupan yang tak seperti ditayangkan dalam sebuah film.
5. MediaMengedukasi anak soal seks juga bisa dilakukan dengan sebuah media. Seperti film animasi, buku, dan lain sebagainya.
Ajarkan anak terkait bagian tubuh yang boleh dan tak boleh disentuh orang lain secara sembarangan melalui sebuah media.
Pasalnya, dengan menggunakan sebuah media pembelajaran, edukasi seks akan lebih mudah dicerna oleh anak-anak sekaligus memudahkan orang tua untuk menjelaskan perihal seksualitas.
(bal)