LANGIT7.ID, Jakarta - Ramai pemberitaan penculikan
anak yang meresahkan masyarakat, terutama orang tua. Kondisi tersebut mengingatkan pentingnya membangun interaksi dan relasi sosial dengan lingkungan sekitar.
Selain itu, orang tua perlu meningkatkan pengawasan terhadap anak dan membekali dengan pendidikan dasar tentang cara menghadapi orang asing.
"Orang tua sebaiknya membangun relasi sosial dengan sekitarnya. Srawung (berinteraksi) ke sekitarnya ini supaya masyarakat sekitar juga tahu ini siapa, anaknya siapa. Dengan begitu lingkungan bisa ikut mengontrol jika ada penyimpangan perilaku sosial, termasuk penculikan," kata Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Kustiningsih, dikutip laman resmi UGM, Kamis (2/2/2023).
Baca Juga: Tiga Karakter Santri untuk Hadapi Quarter Life Crisis
Menjaga keamanan anak dari tindak penculikan tidak bisa hanya dilakukan oleh orangtua atau lingkup keluarga saja. Namun, masalah tersebut menjadi tanggung jawab bersama. Mulai dari pemerintah, masyarakat, sekolah, sampai keluarga. "Isu penculikan anak ini tidak bisa hanya diserahkan ke keluarga, tapi melibatkan semua pihak," ujar Wahyu.
Relasi dan ikatan sosial di masyarakat saat ini memang sudah mengalami perubahan. Terlebih dengan hadirnya teknologi berkembang begitu pesat yang merubah cara berpikir dan bekerja. Individualisme juga semakin menguat. Perubahan tersebut lebih banyak terlihat di daerah urban atau perkotaan dengan karakteristik masyarakat yang lebih beragam dan mobilitas tinggi.
"Melihat kasus penculikan di Jakarta yang merupakan wilayah urban, banyak pendatang, ini bisa terjadi karena masyarakatnya tidak aware, karena tidak saling mengenal. Kalau tinggal di desa atau wilayah yang masyarakatnya sangat komunal tentunya akan berbeda," ujar Wahyu.
Baca Juga: Melatih Pola Pikir Anak agar Bertahan di Era Transformasi Digital
Informasi penculikan anak yang diunggah di media sosial memang menyebabkan ketakutan di tengah masyarakat. Tapi, di sisi lain justru menjadi bahan refleksi bagi masyarakat untuk lebih waspada dan meningkatkan kesadaran untuk menjaga keamanan lingkungan sebagai tanggung jawab bersama.
Selain lingkungan masyarakat, sekolah juga memiliki peran dalam pengawasan dan menjamin keamanan anak di lingkungan sekolah. Misalnya, sekolah menerapkan aturan penjemputan saat pulang. Sekolah hanya mengizinkan anak dijemput oleh orangtua atau orang yang sebelumnya sudah dikonfirmasi orangtua untuk melakukan penjemputan. Fasilitas keamanan juga perlu dilengkapi di lingkungan sekolah.
"Soal sekolah ini punya keamanan bagus atau tidak ini masih ada kesenjangan, karenanya pemerintah perlu memperhatikan hal ini, sekolah mana yang membutuhkan bantuan ekstra untuk mengembangkan sistem pendidikan dan keamanan bagi siswa-siswanya," ungkap Wahyu.
(jqf)