Psikologi Anak

Pegiat Keayahan, Ayah Irwan Rinaldi, mengingatkan para orangtua untuk memilih sekolah yang tepat untuk anak-anaknya. Memilih sekolah yang tepat sangat penting agar pertumbuhan fisik anak sejalan dengan perkembangan psikologisnya.

Pakar Parenting, Ustadz Bendri Jaisyurrahman, meminta para orangtua tidak membiasakan berteriak kepada anak, karena berdampak pada fisik dan psikis.

Ramai pemberitaan penculikan anak yang meresahkan masyarakat, terutama orang tua berkaitan pentingnya interaksi dan relasi sosial dengan lingkungan sekitar

Praktisi Neuroparenting, Yirawati Sumedi, menegaskan, orangtua wajib mendidik anak-anak memiliki keterampilan untuk bertahan di era transformasi digital.

Generasi stroberi tidak selalu negatif. Mereka memiliki kreativitas dan kecerdasan lebih ketimbang anak zaman dulu. Kekurangan ini bisa menjadi satu kelebihan.

Praktisi Neoruparenting, Yirawati Sumedi, mengatakan, kunci untuk memperbaiki keterampilan anak ada di pola pikir, sehingga ini penting diperhatikan.

Generasi Stroberi pertama kali dikenal di Taiwan pada tahun 80-an. Istilah ini baru marak di Indonesia pada 2022 lalu dan menjadi perhatian banyak psikolog.

Menurut Psikolog Klinis, Marissa Meditania cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui sifat toxic ini adalah dengan mengevaluasi diri. Hal tersebut bisa dimulai dengan belajar melihat masalah dari dua sisi.

Menurut Ketua Asosiasi Psikolog Muslim Indonesia, Muhammad Iqbal, hindari memasukkan anak ke pesantren saat usianya masih di bawah tujuh tahun atau menginjak Sekolah Dasar (SD).

Selain mempersiapkan perlengkapan sekolah, orang tua juga harus memperhatikan kesiapan fisik dan psikologis anak, agar ia siap dan semangat dalam menjalankan sekolah.

Toxic parenting juga bisa dikatakan jika orang tua melakukan hal-hal yang merusak atau menyebabkan mental anak terganggu.

Menyembunyikan mainan, dot susu yang tidak segera dikasih, adalah contoh dari godaan yang sering diberikan kepada anak-anak.

Psikolog Disya Arinda mengingatkan para orang tua agar tidak menjadikan sindiran sebagai bagian dari pola asuh, meski dengan maksud menerapkan kedisiplinan.