Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 12 Oktober 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Esensi Ekonomi Syariah, Bukan Soal Halal-Haram

Muhajirin Kamis, 20 April 2023 - 07:00 WIB
Esensi Ekonomi Syariah, Bukan Soal Halal-Haram
Pakar Ekonomi Syariah, Ir. Adiwarman Azwar Karim
LANGIT7.ID-, Jakarta- - Ekonomi syariah telah menjadi topik yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Namun, apa sebenarnya esensi dari ekonomi syariah?

Pakar Ekonomi Syariah, Ir. Adiwarman Azwar Karim, menjelaskan, esensi dari ekonomi syariah adalah bagaimana seseorang bisa menghadirkan kebaikan demi kebaikan kepada masyarakat luas. Ekonomi syariah tidak hanya berbicara pada level halal dan haram. Tapi lebih dari itu, yakni kemaslahatan hidup dalam bermasyarakat.

Adiwarman mencontohkan penerapan ekonomi syariah pada masa sahabat Rasulullah SAW. Dalam sejarah Islam, zakat pada hewan kuda tidak dikenal di zaman Rasulullah SAW. Namun, pada saat era pemerintahan Umar bin Khattab, sekelompok peternak kambing mengajukan protes.

Peternak kambing yang miskin protes kepada Umar Bin Khattab karena merasa tidak adil. Itu karena mereka harus membayar zakat, sedangkan para pedagang kuda mewah tidak membayar zakat. Akhirnya, Umar Bin Khattab mengenakan pajak dan zakat atas perniagaan kuda-kuda mewah di negeri Syam.

Hal ini menunjukkan, meskipun tidak ada zakat pada kuda di zaman Rasulullah SAW, Umar Bin Khattab memahami esensi ajaran Islam dan menerapkan zakat pada kuda-kuda mewah yang diperdagangkan di negeri Syam.

“Karena beliau (Umar bin Khattab) memahami betul apa itu esensi ajaran Islam, beliau mengenakan zakat atas kuda-kuda mewah yang diperdagangkan di negeri Syam,” kata Adiwarman dalam tausiah ekonomi syariah di Smart Skill Skool, dikutip Rabu (19/4/2023).

Selain itu, pada zaman Utsman bin Affan, muncul persoalan mengenai piutang yang tidak jelas apakah akan dibayar atau tidak. Utsman bin Affan membedakan dua jenis piutang yaitu piutang yang yakin akan dibayar dan piutang yang diragukan akan dibayar.

“Hanya piutang yang yakin akan dibayar yang dikenakan zakat. Hal ini menunjukkan bagaimana esensi ajaran Islam selalu menerapkan kebaikan demi kebaikan,” ujar Adiwarman. Para ulama lalu mengeluarkan kaidah fikih yang berbunyi:

“Kebijakan pemerintah atas rakyat harus didasarkan pada prinsip kemaslahatan.”

Baca juga:Esensi Ekonomi Syariah Utamakan Keadilan dan Kebaikan bagi Umat

Menurut kaedah ini, tanggung jawab pemimpin kepada rakyatnya adalah selalu menghadirkan kebaikan-kebaikan. Esensi dari ekonomi syariah adalah bagaimana seseorang bisa menghadirkan kebaikan demi kebaikan.

“Kita tidak terpaku pada apa-apa yang ada dalam hadits, tetapi lebih dalam dari itu, tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya adalah selalu dengan menghadirkan kebaikan demi kebaikan,” tutur Adiwarman.

Dari Jabir, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR Thabrani dan Daruquthni)

Bahkan, dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.” (HR At-Thabrani)

Atas dasar ini, Adiwarman menyimpulkan, ssensi dari ekonomi syariah adalah bagaimana seseorang memahami Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Seorang muslim harus bisa memberikan manfaat kepada orang lain (hal jaza'ul ihsan/Ar-Rahman: 60).

“Ini esensi ekonomi syariah, kita lihat di sini bukan sekadar halal haram, tapi bagaimana kita bisa menghadirkan kebaikan demi kebaikan,” ungkap Adiwarman.

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 12 Oktober 2025
Imsak
04:07
Shubuh
04:17
Dhuhur
11:43
Ashar
14:45
Maghrib
17:49
Isya
18:58
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan