LANGIT7.ID - Ketua Ikatan Praktisi dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI), Dr. Sudibyo Alimoeso, menyatakan, Second Phase of Demographic Divident bisa terwujud jika lansia cenderung menyumbang, bukan lansia yang memiliki ketergantungan. Saat ini, tercatat 26 juta penduduk lansia di Indonesia.
“Karena dengan begitu lansia bisa terus berkarya. Pemerintah bisa berinvestasi di sektor lain jika lansianya sehat. Jumlah lansia semakin meningkat,” ujar Sudibyo dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/8/2021).
Di sisi lain, pengetahuan tentang dimensia masih rendah. Dimensia harus dianggap sebagai penyakit dan nyatanya bisa diperlambat. Masyarakat masih menganggap demensia sebagai hal yang biasa. Namun seharusnya, seseorang harus menyiapkan diri memasuki lanjut usia, sebab menjadi lansia tidak ujug-ujug.
Menurut Sudibyo, slogan Berencana Itu Keren tidak hanya diperuntukkan bagi remaja yang mempersiapkan kehidupan rumah tangga, namun juga kelompok usia dewasa agar menyiapkan diri mengahadapi usi lanjut. Menjadi lansia juga harus direncanakan agar dapat menikmati hidup.
Baca juga:
4 Jenis Olah Raga Ini Tak Lagi Sesuai untuk Lansia“Kita juga harus mencari pendamping atau caregiver untuk para lansia dalam keluarga. Anggota keluarga bahkan bisa menjadi caregiver terbaik, karena melakukannya dengan penuh kasih sayang," kata Mantan Deputi BKKBN itu.
Activity daily Living dan Instrumental Daily Living juga dapat digunakan untuk mendeteksi dini bagaimana tingkat ketergantungan lansia, ketergantungan ringan, sedang, atau berat. Jika dalam kehidupan awal tidak baik maka masa tuanya tidak sehat,” kata Sudibyo.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk penuaan yang sehat. Di antaranya perubahan mindset tentang penuaan dan orang tua, penciptaan lingkungan yang ramah lansia, penyelarasan sistem kesehatan dengankebutuhan orang usia lanjut, serra pengembangan Sistem Perwatan Jangka Panjang (PJP).
Orang berusia 36-59 pada 2021 akan menjadi lansia pada 2045. Maka itu, pengondisian guna mengahdapi masa tua sangat penting untuk dipersiapkan. Hal itu mempunyai nilai-nilai yang selaras untuk mewujudkan lansia sehat dan mandiri.
Baca juga:
Sekolah Salimah, Bahagiakan Lansia dalam Rangka Birrul WalidainSpesialis Syaraf dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, dr. Untung Gunarto, menjelaskan, semua orang tidak hanya berpikir cara memiliki umur panjang. Lebih dari itu, semua orang harus memikirkan cara hidup dengan sehat.
“Semakin tua otak akan mengecil atau atrofi. Ini alami, namun jika telah masuk kategori pikun maka harus diperhatikan. Menginjak usia 60 tahun jika sudah ada dua hal yang menunjukaan penurunan pada daya ingat dan penyesuaian sehari-hari maka harus mulai diperhatikan,” ujarnya.
Dia mengatakan, adanya perbedaan antara ganggguan fokus ada yang gangguan memori. Gangguan fokus banyak dialami kelompok usia muda karena mengerjakan banyak hal di waktu bersamaan. Perlu diperhatikan jika tanda-tanda demensia mulai terlihat seperti penururnan kinerja mental, fatique, mudah sekali lupa, serta gagal melaksanakan tugas.
Dokter Untung menjelaskan, penyebab demensia di antaranya disebabkan karena peningkatan usia, genetik, trauma kepala karen benturan (seperti para petinju), kurangnya pendidikan, lingkungan (keracunan alumunium), penyakit tertentu seperti hipertensi sistolik, stroke, gangguan imunitas.
“Kondisi psikologi para lanjut usia juga sangat penting untuk dijaga. Lansia harus dibiarkan melakukan hal yang mereka sukai asal dalam pemantauan. Mereka tidak boleh dipaksa melakukan hal-hal yang tak disukai,” kata dr Untung.
(sof)