LANGIT7.ID-, Jakarta- - Wakil Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga (PRK), Badriyah Fayumi mengajak tindak tegas pelaku
kekerasan seksual. Apalagi aksi tersebut dilakukan di lingkungan pesantren.
“Persoalan kekerasan seksual di lingkungan pesantren tidak bisa diabaikan. Para oknum tersebutlah yang merusak anak-anak kita juga nama pesantren itu sendiri,” tegas Nyai Badriyah Roadshow Pesantren yang diselenggarakan oleh Komisi PRK MUI. Acara ini terselenggara di Ponpes An-Nawawi Banten.
Nyai Badriah menyebutkan, predator seksual yang berada di lingkungan pesantren justru lebih menakutkan. Sebab para orang tua menitipkan anaknya selama 24 jam kepada pihak pengurus pesantren.
Apabila keamanan para santri terancam, bagaimana proses belajar akan terselenggara dengan baik. Jika hal tersebut tidak dapat diatasi bukan tidak mungkin bahwa para santrilah yang menjadi korban beruntun.
Baca juga:
Kebahagiaan Santri Jika Dimarahi Kiai“Perlu diingat pula tak hanya pesantren, tapi lembaga pendidikan agama lainnya yang umumnya terdapat fasilitas asrama perlu kita perhatikan dengan baik. Jadi tidak hanya Islam, tapi seluruh anak-anak kita yang rentan mendapatkan kekerasan seksual itu sendiri,” katanya.
Dia mengungkapkan bahaya predator seksual yang berkeliaran di pesantren adalah asumsi bahwa pesantren adalah tempat yang aman. Kemungkinan aksi mereka diketahui sangatlah kecil.
Artikel Terkait LPPOM MUI Dituntut Adaptif Hadapi Perubahan Regulasi
Anggapan-anggapan seperti inilah yang menurut Nyai Badriyah menjadi tantangan bagi setiap pendidik dan guru yang ada di lingkungan pesantren. Sebab yang menjadi korban bukan lah santri semata, tetapi juga keluarga korban.
“Mayoritas santri di pesantren adalah anak-anak. Terlebih relasi kuasa juga masih lekat dengan budaya-budaya di pesantren. Ini yang menjadi PR bersama untuk menjaga anak-anak kita dalam proses belajar yang aman dan nyaman,” katanya.

(ori)