Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 31 Oktober 2025
home wirausaha syariah detail berita

Keuntungan Perdana Sedekah, Berbalas Orderan Ikan Asin Senilai Rp300 Juta

mahmuda attar hussein Rabu, 01 September 2021 - 16:00 WIB
Keuntungan Perdana Sedekah, Berbalas Orderan Ikan Asin Senilai Rp300 Juta
Bisnis ikan asin yang menjanjikan. Foto: Langit7/Istock
LANGIT7.ID, Tuban - Ikan asin selama ini familiar makanan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Jika digarap serius, ternyata produk ikan asin sangat menjanjikan karena di pasaran cukup besar peminatnya.

Ternyata, masyakarat Indonesia masih menjadikan ikan asin sebagai primadona di lidah mereka dan merupakan salah satu makanan pelengkap yang menjadi idola. Ikan asin menjadi sumber pendapatan yang besar.

Seperti kisah muslimah menginspirasi asal Tuban, Jawa Timur, Jumini. Melalui usaha ikan asinnya, ia kini memiliki rumah produksi sendiri dan mampu memberdayakan masyarakat sekitar untuk bisa mendapatkan pekerjaan.

Usaha ini dirintisnya pada awal 2016 lalu. Sebelum itu, Jumini merupakan karyawan yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Tuban selama sembilan tahun.

Ketika memutuskan menikah pada 2015, suaminya memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya sebagai PNS di Palangkaraya. Hingga akhirnya mereka pindah ke Tuban untuk melanjutkan hidup baru.

“Setelah pindah, suami putuskan untuk belajar lagi di Yogyakarta, namanya Dosen Jualan. Dari situ, dia mempelajari bisnis online dan harus ada salah satu produk yang dijual sebagai salah satu bentuk ikhtiar untuk punya usaha,” kisah dia dikutip dari kanal Youtube Lebah Inspirasi.

Baca juga: Niat Awal Bantu Orang Tua, Kini Sukses Punya Bisnis Fesyen Hingga Penjualan ke Luar Negeri

Jumini teringat di sekitar lingkungannya yang mayoritas masyarakatnya bekerja di sektor perikanan, khususnya pengolahan ikan asin. Saat itu, mereka memutuskan untuk mencoba menjualkan produk ikan asin tersebut.

Setelah sekian bulan belajar di Dosen Jualan, dan melakukan penjualan ikan asin, pelanggan pertamanya datang untuk memesan produk ikan asin sebanyak satu kilogram. Dari situ mereka melihat adanya peluang yang baik terhadap produk ikan asin di pasaran.

“Alhamdulillah kami mendapatkan transaksi awal sebanyak sekilo ikan. Saking senangnya, untung dari penjualan sekilo itu seutuhnya disedekahkan. Setelah itu, mulailah kami banyak mendapatkan pesanan ikan asin ini, mulai dari sekilo sampai puluhan kilogram,” ujarnya.

Seiring waktu, usahanya ini terus mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan, tepatnya pada Agustus 2016 pesanan dalam jumlah besar pun diterimanya.

“Ada juga yang sampai repeat order, yang akhirnya lambat laun pada Agustus 2016 kita dapat pesanan sebanyak satu kontainer dengan nilai sekitar Rp300 juta,” katanya.

Awalnya Jumini sempat tidak percaya akan pesanan ikan asin yang sebanyak itu. Ia pun sempat memiliki rasa ragu dan takut akan terjadi penipuan.

Namun, karena saat itu menggunakan sistem pemasaran online, ia mencoba untuk berbaik sangka. Sebab, dalam sistem online, pihak pembeli melakukan pesanan dengan melakukan pembayaran terlebih dulu dan setelah itu barang dikirimkan.

“Karena pesanan itu banyak, saya jelaskan kepada pembeli itu bahwasannya saya bukanlah produsen melainkan hanya dropshipper. Akhirnya pembeli datang ke lokasi, ketika saya jelaskan dan tunjukkan lokasi tempat saya ambil, pembeli ini tetap memutuskan untuk lakukan orderan lewat saya, bukan dari tangan pertama,” jelasnya.

Baca juga: Ini Ide Bisnis untuk Dapat Cuan dari Pedesaan

Jumini terkenang orderan satu kontainer pertamanya berjalan sesuai dengan rencana dan mendapatkan hasil yang diinginkan kedua belah pihak. Namun, ketika di pesanan kedua, ternyata produk ikan asinnya tidak memenuhi ekspektasi pembeli.

Hal itu disebabkan oleh orang yang diamanatkannya untuk memenuhi pesanan pembeli tidak melakukan tugasnya sesuai ekspektasi. Untuk menghindari konflik dan menjaga hubungan baik, Jumaini dan suaminya memutuskan untuk datang ke lokasi pembeli di luar kota.

“Setelah diskusi kami mendapatkan kesepakatan dan saya diminta untuk membuat pengolahan ikan asin sendiri untuk menghindari kejadian serupa. Saat itu, posisi saya masih bekerja di rumah sakit, karena tidak mungkin menjalankan dua pekerjaan sekali pun, akhirnya saya putuskan untuk mundur dan kebetulan memang diperintahkan suami untuk fokus di usaha ikan asin,” ujarnya.

Akhirnya, Desember 2016, Jumini memutuskan untuk mundur dari pekerjaan lamanya dan membangun rumah produksi ikan asin dimulai dari kecil dan masih satu atap. Berawal dari situ, kini Jumini telah memiliki rumah produksi sendiri yang dapat menampung berbagai jenis ikan untuk pengolahan ikan asin dan memberdayakan masyarakat sekitarnya untuk mendapatkan pekerjaan.

“Untuk produksi saat ini bisa mencapai 7 ton sehari, peralatan juga memadai. Untuk pekerja di sini, rata-rata memberdayakan masyarakat sekitar, dengan jumlah pekerja sekitar 25 orang. Namun, ketika ikan dari nelayan sedang banyak kita bisa menampung lebih banyak pekerja hingga 35 orang,” ungkapnya.

Jumini selalu mengedepankan prinsip, bahwa dalam pengusaha perlu paham betul dengan seluk-beluk bisnis yang dijalankan. Untuk itu, ia mengetahui secara pasti sumber masalahnya ketika produksinya mengalami penurunan.

Selain itu, rumah produksinya ini juga selalu berupaya membuat produk ikan asin yang aman. Tidak hanya bebas bahan pengawet tapi juga bebas dari pemutih dan bahan kimia lainnya.

Sementara itu, Jumini mengaku menggunakan jenis ikan apa pun yang didapat dari nelayan, seperti ikan layang, tamban, gulama, kerisik, dan teri. Namun, untuk proses pengolahan diklasifikasikan memenuhi kebutuhannya, mulai dari jenis ikan yang melalui tahap perebusan, fillet atau pun langsung kepada proses pengasinan biasa.

“Saya berkomitmen untuk tidak menggunakan pengawet walaupun ikan asin jadi rentan rusak. Karena ketika ikan tidak kering dan tidak menggunakan formalin terkadang ikan asin berubah warna. Untuk mengatasinya kita gunakan lemari pendingin sehingga ikan asin bisa lebih tahan lama,” ujarnya.

Baca juga: Tidak Pelit Ilmu, Muslim Ini Sukses Kembangkan Peternakan Burung Puyuh

Dengan produksi ikan asin yang semakin bertambah, Jumini berencana akan membeli mesin oven untuk memudahkan proses pengeringan ikan asin. Sebab, kendala dari pengolahan ikan asin ini bersumber dari faktor cuaca yang selalu membutuhkan sinar matahari untuk pengeringan.

“Karena kami masih manual dan mengandalkan sinar matahari bukan oven, itu jadi kendala tersendiri untuk kami. Sebab, jika hujan kita harus tumpuk dan tutup. Tapi memang kita sedang merencanakan untuk punya oven untuk mengatasi kendala ini,” ujarnya.

Sistem kerja di rumah produksinya ini pun, Jumini menggunakan asas kekeluargaan. Artinya, ia selalu menjalin hubungan baik dengan para pekerjanya.

Selain itu, ia juga selalu mendorong para pekerja di rumah produksinya untuk bisa tetap mengedepankan profesionalitas kerja. Walaupun merupakan kenalan dekat, tapi Jumini selalu mendorong agar para pekerjanya bisa terus bekerja secara maksimal dan optimal.

“Saya dengan karyawan ibarat teman yang dengan taraf tertentu kita harus profesional bekerja, tapi di sisi lain kita juga merupakan keluarga. Jadi namanya karyawan itu kan senang diperhatikan, terkadang pun ada bonus buat mereka. Tapi dalam hal ini, bonus tidak hanya soal uang, bisa berupa jalan-jalan, maka setiap tahun pun kita ajak mereka jalan-jalan ke berbagai tempat tujuan hiburan,” ujarnya.

(zul)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 31 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:55
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan