LANGIT7.ID-, Jakarta- - Salah satu pesan penting Rasulullah SAW kepada umatnya adalah menahan amarah. Ajaran tersebut sangat mengingat kondisi Indonesia saat ini tengah memasuki musim panas pemilu 2024.
Pesan Rasulullah tentang larangan marah bisa ditemukan dalam Kitab Al-Mu’jamul Ausath No.2374. Rasulullah SAW menyampaikan petuah luhur tersebut dengan kalimat yang sangat mendalam.
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
“Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani).
Mengutip laman resmi Muhammadiyah, ketegasan dalam larangan untuk tidak membiarkan amarah menguasai hati dan tidak hanya sebagai bentuk kendali diri, melainkan juga sebagai kunci meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
Pesan tersebut menegaskan kekuatan untuk menahan amarah merupakan investasi spiritual yang berujung pada surga sebagai ganjaran dari Allah SWT. Hadis ini merupakan sebuah panggilan untuk menjadikan ketenangan dalam menghadapi kemarahan sebagai bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah.
Baca juga:
Buya Yahya: Ustadz bukan Diukur dari Jumlah Follower, Tapi AkhlakDalam esensi yang lebih luas, pesan Rasulullah ini mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, meredakan konflik, dan mengamalkan kedamaian sebagai bagian integral dari ajaran Islam.
Dalam ajaran Islam, Rasulullah SAW memberikan pedoman yang bijaksana mengenai pengendalian amarah. Beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring!”
Pesan ini mengandung wawasan mendalam tentang hubungan antara postur tubuh dan kondisi emosional. Rasulullah menekankan, berdiri memiliki potensi untuk mempercepat timbulnya kemarahan dan ketegangan, lebih dari pada ketika seseorang duduk atau berbaring.
Ini merupakan seruan untuk memahami bahwa mengubah posisi tubuh dapat memberikan efek positif terhadap kendali emosi, sehingga mampu mencegah konfrontasi yang tidak diinginkan. Apabila kemarahan tetap menyala, Rasulullah menyarankan untuk berwudhu.
Tindakan ini bukan hanya sebagai kewajiban ritual, tetapi juga sebagai sarana spiritual untuk menenangkan diri dan memadamkan api amarah. Wudhu, dalam konteks ini, dianggap sebagai bentuk penyucian jiwa yang dapat membawa kedamaian dan kesejukan.
Islam juga mengajarkan prinsip untuk tidak membalas keburukan dengan keburukan yang berlebihan, sesuai firman Allah dalam Surah An-Nahl ayat 126:
“Jika kamu membalas (menghukum), maka balaslah dengan yang semisal (dengan keburukan) yang telah mereka lakukan, tetapi jika kalian bersabar, itu lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
Pesan ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan menolak untuk merespons keburukan dengan keburukan yang berlebihan. Dengan demikian, umat Islam diajak untuk menjaga kontrol diri, berusaha mencapai solusi damai, dan mempraktikkan nilai-nilai kearifan dalam menghadapi konflik.
Dalam keseluruhan, ajaran Rasulullah dan prinsip Islam memberikan panduan holistik untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai melalui penguasaan diri dan penyelesaian konflik dengan cara yang bijaksana.
(ori)