Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 15 Mei 2025
home masjid detail berita

Buya Yahya: Ustadz bukan Diukur dari Jumlah Follower, Tapi Akhlak

tim langit 7 Kamis, 11 Januari 2024 - 12:00 WIB
Buya Yahya: Ustadz bukan Diukur dari Jumlah Follower, Tapi Akhlak
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah, Prof Yahya Zainul Maarif (Buya Yahya).
LANGIT7.ID-, Surabaya- - Pengasuh Ponpes Al-Bahjah Cirebon, Jawa Barat, Buya Yahya, menyatakan ustadz/guru itu bukan diukur dari follower/pengikut yang banyak dan kemasyhuran/keterkenalan, tapi akhlak.

“Rambu-rambu akhlak juga terutama dalam dua sikap yakni tidak benci/dengki dan tidak sombong, karena kalau tidak ada dua akhlak itu, maka siapapun akan sulit melakukan kebaikan dan menerima ilmu,” katanya di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.

Dalam “Tabligh Akbar Awal Tahun” di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya (MAS), Buya Yahya mencontohkan orang yang cerdas dan sering bertemu Nabi Muhammad tapi karena hatinya ada benci (tidak ada cinta kepada sesama) dan sombong adalah Abu Jahal.

“Abu Jahal itu sering bertemu dan mendengar ucapan Nabi, tapi karena benci dengan Islam dan sombong karena merasa lebih istimewa, maka dia pun ingkar kepada Nabi dan Islam,” katanya.

Baca juga:Perbaiki Shalatmu, Allah Akan Perbaiki Hidupmu

Di hadapan ribuan jamaah, Buya Yahya juga memberi contoh lain yakni sosok yang luar biasa dalam ibadah, bahkan ibadahnya tidak kalah dari malaikat, yakni Iblis, namun menolak perintah Allah untuk melakukan sujud penghormatan, bukan sujud ibadah, kepada Nabi Adam.

“Penolakan itu dilakukan Iblis yang sangat alim itu, karena sombong dan merasa lebih berprestasi daripada Nabi Adam. Bagi Iblis, lho kok saya harus hormat kepada Adam, saya kan senior, sedang Adam kan baru saja diciptakan. Begitulah kalau sombong itu selalu banyak alasan,” katanya.

Padahal, Nabi Muhammad itu mengistimewakan siapapun, Nabi itu mau menjadi ustadz bagi orang miskin seperti Bilal, Nabi juga mau menjadi ustadz bagi orang kaya seperti Abdurrahman bin Auf atau Usman bin Affan.

“Karena itu, ustadz kita di kampung yang mengajari kita bisa membaca Al Qur’an, cara sholat, dan baca sholawat, itu lebih patut dihormati. Kita perlu kembali ke kiai kampung, karena kalau memilih kiai yang terkenal, atau kelas nasional, akan membuat kita meremehkan kiai kampung (yang lebih berjasa), sehingga kita jadi sombong. Ini bukan main-main, karena sombong akan membuat kita nggak beruntung,” katanya.

“Kebencian atau hilangnya cinta, akan membuat ajaran agama kita menjadi hilang, alim pun bisa sombong karena merasa masuk surga, sehingga orang yang punya rasa benci dan sombong itu akan susah menerima kebenaran dan tidak cinta kepada sesama. Mari pangkas kebencian, kesombongan, agar kita nggak jauh dari Allah,” katanya.

Bila ustadz kampung itu sudah meninggal, Buya Yahya menyarankan cara menghormatinya adalah dengan menghidupkan madrasah diniyah di kampung/desa.

(ori)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 15 Mei 2025
Imsak
04:25
Shubuh
04:35
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:47
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan