Nurkhamid Alfi
LANGIT7.ID-Kira-kira tiga bulan lalu. Di rumah Bekasi pagi hari. Di sela-sela hujan turun lebat, saya memperoleh telpon dari teman lama yang dulunya adalah penterjemah saya ketika masih bekerja di China Gold Mining Corporation (CGMC). Namanya Zhang Xiang Gou. Saat ini dia berganti nama menjadi Michael Zhang. Hal yang biasa dilakukan bagi orang China yang bersinggungan dengan orang asing.
Zhang adalah anak pejabat Partai Komunis pada distrik Laizhou yang fasih berbahasa inggris. Dia lulusan Mechanical Engineering pada Tsinghua University. Saat ini Tsinghua University masuk di peringkat terbaik ke-12 dunia. Dalam pembicaraannya, Zhang dengan bangga mengabarkan jika anaknya baru dipromosikan menjadi pejabat tingkat menengah di sebuah BUMN di Beijing. Dia juga mengundang saya dan istri untuk bernostalgia. Tentu, datang menyaksikan Laizhou baru. Laizhou yang sangat maju: masyarakat yang berteknologi paling canggih di dunia.
Seperti di kota-kota China lainnya, transaksi sudah tidak bisa lagi memakai uang kertas atau koin. Semuanya dilakukan dengan transaksi elektronik. Pun di pasar tradisional. Tidak bisa. Banyak kegiatan transaksi dilakukan melalui robot dengan sistem Artificial Intelligence (AI). Membeli barang di minimarket tanpa pelayan. Tidak ada kasir.
Dulu, saya dan Zhang bekerja bersama membangun pabrik minyak goreng sawit di Laizhou-Jinan, Propinsi Shandong. Saya sendiri Perwakilan dari Bakrie Group yang berkongsi dengan CGMC. Proyek itu dilaksanakan di tahun 1994. Pada tahun itu, saya tidak melihat mobil-mobil bagus di jalanan. Transportasi umum juga sangat parah dengan bis-bis yang knalpot-nya berasap kotor. Orang-orang hanya berkendara sepeda. Kadang-kadang saja ada sepeda motor. Itu keseharian yang saya lihat di tahun 1994.
Begitu pun terjadi di Beijing. Ibukota negara RR China. Dulu masih bernama Peking. Kejorokannya hampir sama. Bahkan banyak tempat di pojok-pojok kota berbau 'tinja'. Toilet-toilet umum di layanan publik seperti Terminal Pengisian BBM tidak berlubang sehingga "tinja" berserakan dimana-mana. Ini disengaja karena kotoran itu seminggu sekali dikumpulkan sebagai pupuk.
China dulunya memang negara miskin dan kotor. Setelah merdeka tahun 1949, Mao Zedong menerapkan sistem pemerintahan komunis-tertutup. Sistem ekonominya anti-kapitalisme. Ekonomi negara dibangun dengan basis pertanian. Kebebasan rakyatnya dipasung.
Perkembangan China mulai terlihat drastis ketika terjadi pergantian kepemimpinan dari Mao Zedong ke Deng Xiaoping di tahun 1975. Dan, puncak pertumbuhan yang mengagumkan ketika zaman Xi Jinping pada tahun 2013. Fase perkembangan ini yang mestinya bisa dicermati.
Pertama, Perkembangan dari sisi ekonomi dengan menjadikannya China sebagai negara dengan ekonomi terbuka. Event investasi dibuka seluas-luasnya. Ini adalah modifikasi paham komunisme modern: karena ideologinya tetap komunis tetapi ekonominya menganut
kapitalisme.
Kedua, perubahan kebijakan pendidikan terbuka. China mengirim ratusan ribu anak mudanya untuk belajar di negara lain yang lebih maju. Khususnya ke Amerika.
Ketiga, perubahan aspek politik. China memperbaiki hubungan dengan negara-negara lain dan menghindari konflik. Ini langkah yang pragmatis. Presiden Deng tidak lagi mementingkan kompetisi ideologi komunisme vs kapitalisme. Bahkan di era Xi Jinping menjalin kemunikasi yang saling menguntungkan atas kedua ideologi itu. Motonya yang terkenal: tidak peduli apakah "kucing putih" atau "kucing hitam", selama bisa menangkap tikus, itu kucing yang baik.
Kini, China menjadi negara superpower. Masyarakatnya berteknologi paling canggih di dunia. Ketika negara-negara Eropa dan Jepang yang saat tahun kemarin memasuki masa sulit, ekonomi China masih tumbuh 7% dengan tingkat inflasi terkendali. China menjadi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika. PDB- nya mencapai $ 18.566 milyar. Namun untuk teknologi, China sudah menyalip Amerika.
China Association for Science and Technology (CAST) atau Asosiasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China merilis daftar isu-isu utama dalam objek penelitian. Total ada 30 isu, dalam berbagai bidang seperti AI, energi baru, peralatan canggih, sampai penelitian hayati. Semuanya adalah pengembangan teknologi terdepan di dunia. Salah satunya adalah teknologi perkereta-apian.
China Aerospace Science and Industry Corporation, sebuah lembaga yang bertanggungjawab pengembangan kereta cepat, telah merilis kemajuan penelitiannya untuk mengembangkan kereta cepat dengan kecepatan 1.000 km/jam. Ini lebih dari kecepatan pesawat terbang jet komersial. Dari Jakarta ke Solo hanya memakan waktu 30 menit. Teknologi dari kereta ini bakal mengadopsi teknologi hyperloop. Rute pertama yang akan dibangun adalah Beijing ke Wuhan.
Saat ini saja, kereta api yang paling cepat didunia adalah Shanghai Maglev, dengan kecepatan 460 km/jam. Negara yang lain sudah lewat semua. Nggak ada yang menandingi. Kereta Maglev ini menggunakan rel magnetik (Maglev). Bukan lagi roda konvensional di rel baja. Kereta berjalan di atas jalur bersekat tinggi dengan magnet yang kuat dan akan memberikan perjalanan yang super halus tanpa gesekan.
Sebentar lagi, pelayanan rumah sakit juga memakai system AI. Dari menerima telpon, administrasi, sampai pelayanan apotik. Hanya dokter saja yang masih berupa manusia. Inilah potret China saat ini, yang dulu adalah sebuah negara yang miskin dan kotor. Wallahu'alam
(lam)