Wakil Ketua PC Aswaja NU Center Sidoarjo, Farida Ulfi Naimah.
langit7-sidoarjo,- - Hubungan baik harus dibangunantara suami dan istri serta terhadap anggota keluarga yang lain. Tidak hanya laki-laki yang memperlakukan pasangannya dengan baik, tetapi juga sebaliknya.Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Pengurus Cabang (PC) Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) NU Center Sidoarjo, Farida Ulfi Na’imah.Dia mengulas seputar hubungan dan relasi baik yang dibangun antara suami dan istri serta terhadap anggota keluarga yang lainnya, atau Mu'asyarah bil Ma'ruf yang ada di kitab Sittin al-'Adliyah.Ning Ulfi sapaan menyampaikan ini saat kajian Aswaja Female Mengaji yang dilaksanakan secara live di akun Instagram @Aswaja_femalesda, baru-baru ini. “Mu'asyarah yang dimaksud tidak hanya bagaimana laki-laki dapat memperlakukan pasangan mereka dengan baik,” katanya dikutip dari NU Online, Kamis (15/8/2024).
Baca juga:Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dalam Pandangan IslamNing Ulfi mengatakan, konsep Mu'asyarah bil Ma'ruf tidak bisa dimaknai hanya istri saja, akan tetapi baik suami atau istri sama-sama meperlakukan pasangan dengan baik. Dari hadist yang diriwayatkan Jabir bin Abdullah bahwa Rasululah SAW melarang mengetuk pintu di malam hari.“Makna larangan mengetuk pintu tersebut adalah adab bagi suami yang tidak boleh menganggu istri ketika sudah larut malam untuk membukakan pintu, begitupun sebaliknya istri tidak boleh menganggu ketika suaminya telah tertidur lelah,” terangnya.Rasulullah juga telah mencontohkan ketika pulang larut malam dan tidak mau menganggu istrinya, Rasulullah kemudian memutuskan tidur di luar. Oleh karena itu, di zaman sekarang membutuhkan komunikasi yang insentif.Jika ingin pulang larut malam bisa saling mengabari atau dengan membawa kunci. Sehingga ketika pulang tidak harus membangunkan. Dijelaskan larangan mengetuk pintu di malam hari seperti hadist di atas adalah untuk zaman dahulu yang masih belum ada teknologi yang mambantu komunikasi seperti saat ini.“Sahabat Anas bin Malik menyaksikan Rasulullah tidak mengetuk pintu rumah kecuali di waktu pagi atau sore hari dimana istri Rasulullah masih belum tidur,” paparnya.Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam kitabnya Fath Al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari juga mengungkapkan, Rasulullah tidak perlu keluar rumah di malam hari karena tidak mau masuk rumah pada kondisi istri sudah tidur atau sedang berpakaian lusuh.“Intinya bagaimana pasangan suami dan istri tidak saling menganggu, maka ciptakan suasana yang nyaman itu harus dilakukan dalam keluarga,” tandasnya
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.