LANGIT7.ID, Magelang - Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tapi juga perekonomian tanah air. Banyak pelaku usaha yang harus gulung tikar dan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan tanah air, karena tidak sanggup menanggung beban operasional.
Itu juga yang dialami oleh muslim asal Magelang, Khairul Umam, ketika perusahaan tempatnya bekerja di Jakarta harus memberhentikannya untuk bekerja. Kampung halaman menjadi pelariannya saat itu, untuk melanjutkan hidup.
Melihat potensi lahan pertanian di kampungnya cukup memadai, ia mulai mencari peluang yang ada untuk mengelola lahan tersebut. Setelah melakukan riset dan mendapatkan informasi dari rekannya, ia menemukan ubi madu sebagai tanaman yang berpotensi memiliki nilai lebih, karena sudah masuk pasar global.
Baca juga: Gunakan Pupuk Bio Organik, Muslim Asal Cirebon Ini Sukses Panen Kol Bobot 2,5 KgDari temuannya ketika berselancar di internet, ia juga menemukan informasi bahwa banyak masyarakat di luar negeri, seperti Jepang, Korea, dan Singapura yang suka mengonsumsi ubi. Sehingga peluang tersebut dimanfaatkannya dengan terjun langsung menjadi petani ubi madu dan berambisi untuk melakukan ekspor hasil panennya secara mandiri.
Diwaktu yang terbilang singkat, Umam rupanya cukup berhasil di bidang pertanian yang digelutinya. Terbukti dari hasil panennya yang bisa dipasarkan ke negara tetangga, hingga menimbulkan ketertarikan petani di sekitarnya untuk ikut bergabung.
“Alhamdulillah akhirnya mereka juga ikut mendapatkan manfaatnya. Sebab, sebagian lahan yang kami kelola ini milik petani sekitar, jadi mereka tinggal terima beres dari rumah. Pertanian itu bagi saya cukup menarik, karena selain hasilnya bisa diekspor, kita juga bisa membantu menyediakan pangan ke seluruh masyarakat di tanah air,” jelasnya dikanal Youtube CapCapung.
Muslim yang sering menggunakan media sosial sebagai sarana belajar ini juga mengaku banyak manfaat yang bisa dari internet jika diakses dengan positif. Kini lahan yang dikelolanya mencapai luas dua hektar, di mana satu hektarnya digunakan untuk penanaman, dan sisanya masih dalam tahap pencangkulan tanah.
“Selain ubi madu, kita juga menanam cabai dan tanaman hortikultura lainnya. Untuk cabai kita kirim ke Sumatera, kalau sayuran lain kita kirim ke konsumen atau pun pengepul di sekitar sini,” jelasnya.
Sementara untuk tahap perawatan, Umam mengaku ubi madu merupakan tanaman yang terbilang mudah dirawat. Prosesnya hanya perlu menyiapkan tanah yang dicangkul, yang nantinya akan ditanami ubi madu.
Dari proses penanaman hingga panen, akan memakan waktu sekitar 3,5 bulan. Sebab, ia mengutamakan kualitas ubi madu yang terbaik ketika dipanen, yang dalam satu kilogramnya berisi 3-4 buah ubi madu.
“Kalau terlalu besar, itu nanti kita jualnya sedikit susah. Paling kalau sampai begitu, dijualnya kepada pasar lokal, tukang gorengan, atau pun produsen keripik. Tapi karena kita sasar pasar ekspor maka kita usahakan untuk satu kilogramnya berisi 3-4 buah.
Baca juga: Hijrah Usai Bangkrut Berulang Kali, Kini Sukses Bisnis Kedai KopiEstimasi hasil panen dari satu hektar lahannya tersebut, Umam bisa mendapatkan ubi madu sebanyak 24 ton. Dari jumlah tersebut, biasanya hanya separuh yang lulus ekspor dan rata-rata mendapatkan omzet sekitar Rp100 juta dalam sekali ekspor.
“Artinya petani ini kan tidak miskin kalau kita memang mengolah lahan dan tanaman dengan benar. Jadi seharusnya petani Indonesia itu bisa maju semua, makanya saya selalu mengedepankan untuk tahu pasarnya dulu sebelum menanam,” jelasnya.
Dalam satu hektar lahan yang ditanami ubi madu, hanya membutuhkan modal sekitar Rp12 juta, termasuk jasa traktor untuk penggemburan tanah dan biaya operasional lainnya. Dari modal tersebut, kata dia, bisa mendapatkan omzet Rp100 juta yang merupakan hasil fantastis dari dunia pertanian.
Ia juga menyebutkan, ubi madu di lahan pertaniannya tidak memerlukan pupuk kimia. Hal itu dikarenakan, lahan yang digunakannya merupakan bekas tanaman padi yang masih meninggalkan sisa jerami.
“Dari kandungan jerami itu sangat bermanfaat, karena mengandung pupuk seperti yang kita butuhkan. Apalagi kandungan jerami tersebut juga sudah mencukupi untuk kesuburan tanahnya,” ungkapnya.
Baginya, selagi masyarakat di seluruh belahan dunia masih membutuhkan makan, maka selama itu pula dunia pertanian memiliki potensi yang baik. Ia berharap, petani di Indonesia bisa menggali lebih dalam peluang yang ada di sektor pertanian.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya kemitraan antar petani yang ada. Hal tersebut diyakininya akan memudahkan jalan bagi para petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Saya harap petani milenial bisa melirik dan terjun langsung ke sektor pertanian, karena memiliki potensi dan peluang yang besar. Karena petani tidak seperti yang dibayangkan, bahkan menjadi petani sekali pun seseorang juga bisa meraup keuntungan yang besar,” imbuhnya.
(zul)