Jihad Terbesar dalam Islam Ternyata Bukan Berperang, Tapi Ini...

langit7-Jakarta,- - Islam mengajarkan umatnya akan perintah berjihad. Secara harfiah, jihad adalah berjuang atau berusaha untuk mencapai tujuan yang baik.

Sementara dalam konteks Islam, jihad yaitu berjuang untuk kepentingan Allah SWT dan untuk memperkuat agama Islam.

Kata jihad sering diasosiasikan dengan perang, kekerasan, perlawanan, dan menyerang musuh. Pengertian seperti itu, dalam Islam, bukan berada di level tertinggi. Artinya, ada jihad terbesar dalam Islam, namun bukan berperang.

Lalu, apa jihad paling utama dalam Islam?

Pendakwah muda, Ustaz Irfan Rizki Haas dalam layanan diskusi daring menyebut jihad terbesar dan terhebat yaitu jihad melawan diri sendiri.

Baca juga: Maulid Nabi Muhammad SAW, Haedar Ajak Muslim Tampilkan Sifat Welas Asih dan Rahmat Bagi Semesta

"Ternyata jihad yang paling besar besar itu bukan jihad melawan pihak lain. Bukan melawan pihak di luar. Tapi justru jihad yang paling besar, jihad terhebat, perlawanan yang kuat itu jihad melawan diri kita sendiri," kata Ustaz Irfan Rizki, dikutip Senin (16/9/2024).

Sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ

“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya” (Hadits shahih diriwayatkan oleh ibnu Najjar dari Abu Dzarr).

Pengasuh Masjid Muhammad Al-Fatih (MAF) sekaligus Pondok Pesantren Tahfiz Quran MAF di Wonolelo, Wonosobo, Jawa Tengah ini menjelaskan bahwa manusia memiliki hawa nafsu atau keinginan yang condong ke duniawi.

Baca juga:Lima Resep agar Rezeki Berkah Menurut Gus Iqdam

Hal inilah yang menjadikan jihad mengendalikan hawa nafsu dalam diri adalah jihad paling akbar. Hawa nafsu dalam diri dalam memunculkan perasaan ujub, riya dan lainnya.

"Lawan rasa malas kita, lawan rasa kantuk kita, melawan rasa takut miskinnya kita saat kita mau bersedekah, melawan keinginan kita sendiri yang condongnya kepada memiliki dunia," lanjutnya.

Allah SWT mengingatkan manusia untuk tidak mengikuti hawa nafsunya, disebut dalam surah Shad ayat 26.

وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan (QS. Shad: 26).

Saat seseorang mengikuti hawa nafsunya, maka yang terjadi adalah kelalaian. Dijelaskan dalam Qur'an surah Al Kahf ayat 28,

وَاصۡبِرۡ نَـفۡسَكَ مَعَ الَّذِيۡنَ يَدۡعُوۡنَ رَبَّهُمۡ بِالۡغَدٰوةِ وَالۡعَشِىِّ يُرِيۡدُوۡنَ وَجۡهَهٗ‌ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنٰكَ عَنۡهُمۡ‌ ۚ تُرِيۡدُ زِيۡنَةَ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا‌ ۚ وَ لَا تُطِعۡ مَنۡ اَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهٗ عَنۡ ذِكۡرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰٮهُ وَكَانَ اَمۡرُهٗ فُرُطًا

Artinya: Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.

Selain itu, menuruti hawa nafsu merupakan sumber kekafiran dan kebinasaan. Dijelaskan dalam Qur'an surah Thoha ayat 16,

فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَن لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ فَتَرْدَىٰ

Artinya: Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa".