LANGIT7.ID-, Jakarta- - Warga sipil Palestina dan Lebanon bersiap menghadapi kehancuran yang lebih besar saat Donald Trump memulai masa jabatan keduanya sebagai presiden Amerika Serikat pada Januari mendatang.
Di tengah jutaan pendukung Trump merayakan kemenangannya, banyak warga Timur Tengah memandang dengan kekhawatiran mendalam.
Di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan Lebanon, ada ketakutan bahwa sekutu setia Israel ini akan membuat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemerintahan koalisi sayap kanannya semakin berani meningkatkan konflik regional dan menghancurkan kemungkinan penentuan nasib sendiri Palestina.
Baca juga:
Untuk informasi terbaru mengenai konflik di timur tengah, kunjungi halaman ini."Saya tidak percaya pada Amerika," kata Abu Ali, pria berusia 87 tahun di Gaza yang telah terusir dari rumahnya seperti kebanyakan orang di sana. "Saya memperkirakan perang di Gaza akan menjadi lebih buruk [di bawah Trump]."
Pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan berakhir telah mendukung Israel dalam kampanyenya di Gaza.
Sejak serangan yang dipimpin Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.139 orang dan menyandera 250 orang, genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza – menggunakan senjata AS – telah menewaskan lebih dari 43.000 warga Palestina dan mengusir hampir seluruh populasi sebanyak 2,3 juta orang.
Warga Palestina khawatir Trump akan menyetujui rencana untuk mengusir mereka dari wilayah tersebut.
Presiden terpilih dari Partai Republik ini menuduh Biden, seorang Demokrat, menahan Israel di Gaza dan membuat janji samar untuk membantu Israel "menyelesaikan tugasnya" jika terpilih kembali.
"Saya tidak tahu apakah situasi akan membaik di bawah Trump. Dia mungkin hanya [mengizinkan Israel] untuk mendeportasi kami semua [dari Gaza] daripada membunuh kami," kata Abu Mohamad dengan nada sarkastis dari kamp pengungsian di Gaza.
(lam)