Perjalanan Desainer Jepang Membuat Jenama Hijab Pertama di Negeri Sakura

LANGIT7.ID-, Jakarta - Perancang busana asal Jepang Kobayashi Kaori berawal dari perjalanannya ke Malaysia pada tahun 2017 untuk pertama kalinya.

Selama di Malaysia, Kobayashi Kaori mengaku melihat aspek-aspek budaya Islam sebagai hal yang baru dan menarik, khususnya dengan warna-warni hijab yang dilihatnya.

Melansir Nippon.com, Rabu (13/11/2024), dia mengira jilbab adalah benda yang tidak berkarakter dan dipakai karena kewajiban agama.

Baca juga: 5 Warna Hijab Netral untuk Semua Baju yang Wajib Dimiliki

Namun ke mana pun dia memandang, matanya menemukan warna-warna cerah dan desain yang rumit, hingga ia pun terpesona dibuatnya.

“Saya mengenali hijab sebagai ekspresi keindahan,” kenangnya.

Mengagumi berbagai jenis jilbab yang dikenakan wanita, Kobayashi menilai sejalan dengan kecintaannya pada kimono tradisional Jepang.

Ia pun memiliki keinginan yang besar untuk mencoba membuat jilbab menggunakan bahan dari kimono kuno. Harapannya, karyanya dapat menumbuhkan pemahaman Islam di Jepang dan berbagi budaya tradisional Jepang dengan dunia Muslim yang lebih luas.

Upaya pertamanya, Kobayashi memadukan kimono kuno milik neneknya, dari bahan sutra, dengan kain ringan seperti sifon, yang cocok dengan iklim Jepang.

“Saya yakin ini akan menghasilkan hijab yang ringan dan mudah dipakai.”

Baca juga: Islam Berkembang, Masjid di Jepang Meningkat 7 Kali Lipat

“Itu membutuhkan banyak percobaan dan kesalahan,” katanya.



Dia menawarkan kreasi awal ini di pasar loak online dan berhasil menjual satu atau dua kali sebulan.

Sembilan bulan setelah perjalanannya ke Malaysia, ia meluncurkan mereknya, Xiaxia Hijab Japan, yang memadukan estetika tradisional Jepang dan fesyen Islami.

Pada Maret dan Mei lalu, Kobayashi membuka toko fisik di Tokyo dan Asakusa. Toko daringnya juga terus berkembang, dan hingga kini bisa memproduksi sekitar 100 jilbab setiap bulannya untuk memenuhi permintaan.

Pelanggan di toko-toko Xiaxia sebagian besar adalah wisatawan Muslim, namun Kobayashi menunjukkan bahwa mereka datang dari seluruh penjuru dunia, yang menggambarkan luasnya pasar tersebut.

Dia mengatakan, dibandingkan saat merintis bisnisnya pertama kali, jumlah toko di Jepang yang melayani umat Islam meningkat. Hal ini menunjukkan meningkatnya kesadaran dan penerimaan terhadap budaya Islam di Jepang.

“Bukan hal yang aneh lagi melihat perempuan berhijab di depan umum. Dan karena Xiaxia, banyak teman saya yang mengesampingkan keraguan mereka dan lebih terkesan dengan apa yang saya lakukan.” pungkasnya.

Baca juga: Gempar di Paris: Fesyen Syar'i Indonesia Hebohkan Industri Fashion Global