Drs. KH. Syamsul Falah, M.Ag
Dosen FSH UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Sumedang
LANGIT7.ID-Pada tahun 1980 salah seorang murid Pesantren Pagelaran Sumedang, yaitu KH. Thalib Abdulrachman mendirikan Pondok Pesantren Bhakti Muslim Assalam di Sumedang. Kegiatan belajar masih menggunakan metode salaffiyah, baru pada tahun 1986 didirikan Yayasan Bhakti Muslim Assalam dengan akta notaris Cristy S. Sutadikusumah, SH. No. 15 tahun 1986 untuk menjadi pengelola pesantren. Pesantren Bhakti Muslim Assalam diubah namanya menjadi Pesantren Persatuan Islam 44 Darussalam seiring dengan perubahan yayasan yang menaunginya yaitu Yayasan Darussalam yang berdiri pada tanggal 1 Oktober 1999 di Sumedang.
Seiring perkembangan jaman, Pesantren Darussalam mengalami daya sanding dengan masyarakat Sumedang. Pemahaman pimpinan Pesantren Darussalam bahwa; "pesantren sebagai ujung tombak bagi pembinaan dan pengembangan hukum Islam dengan menampilkan berbagai sistem pemahaman ajaran Islam untuk menghadapi kondisi zaman". Pada awalnya pesantren ini diharapkan mampu menghadang arus fanatisme golongan. Namun dalam perkembangannya pesantren ini harus berubah dari fanatisme yang eksklusif menjadi pesantren yang inklusif. Keberanian merubah citra pesantren menjadi inklusif dari pimpinannya disebabkan oleh kepemilikan pesantren adalah milik yayasan keluarga pimpinan pesantren. Dipahami keberadaan Darussalam merupakan jasa dari keluarga KH. Thalib Abdulrachman yang sekarang diwakili oleh puteranya, Kyai Hasan Bisri dan masyarakat sekitarnya yang mengharapkan pesantren Darussalam mempunyai citra inklusif atau antarlintas organisasi keagamaan Islam.
Baca juga: Kolom Pakar: Metode Istinbath Hukum Nahdhatul Ulama Dalam Upaya Pengembangan Sistem Keuangan dan Bisnis SyariahLokasi Pesantren Darussalam berada di wilayah RT. 04 RW. 05. Jalan Raya Serma Muchtar Baru No. 1 Desa Situ, Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang kode POS 45323 provinsi Jawa Barat. Secara geografis pesantren ini berada di atas tanah seluas 4.200 M2. Rincian dari luas tanah tersebut diperuntukan buat beberapa lokasi bagunan, yaitu luas tanah untuk bangunan 1.224 m2, luas tanah untuk sarana lingkungan (jalan, taman dan lain-lain: 1776 m2, luas tanah kosong: 1.200 m2. Lokasi tersebut berbatasan dengan lokasi tanah yang lain. Adapun batas-batas Pesantren Persatuan Islam 44 Darussalam tersebut sebagai berikut: (a) sebelah utara berbatasan dengan sawah penduduk, (b) sebelah selatan berbatasan dengan MI Assalam, (c) sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk, dan (d) sebelah timur berbatasan dengan jalan komplek perumahan.
Secara geografis letak Pesantren Darussalam merupakan wilayah perkotaan. Namun, memiliki potensi sumber mata air gunung yang bersih didukung dengan lingkungan yang kondusif dan udara yang sejuk walaupun berada di tengah-tengah perkotaan. Pekerjaan masyarakat sekitar rata-rata pegawai kantoran, pedagang, serta pegawai negeri. Masyarakat sekitar pesantren termasuk masyarakat metro secara ekonomi berada dalam kalangan menengah keatas. Tentulah ini bagian dari daya masuk yang baik bagi pesantren sebagai anggota jemaahnya baik dari sisi pembiayaan ataupun dari jasa yang telah banyak diberikan oleh masyarakat sekitar pada Pesantren Darussalam.
Baca juga: Kolom Pakar: Investasi Syariah dan Risiko Yang Akan DitanggungMembangun Paradigma Inklusif dalam Gerakan Sosial dan BudayaPengaruh pimpinan Pesantren Darussalam mempunyai peranan penting dalam mencari sumber pembiayaan pengembangan pesantren, begitu pula pada proses manajemen pembiayaan di Pesantren Darussalam. Dalam membangun net-work baik dengan pemerintah, jamaah, luar negri pimpinan mempunyai peran besar dalam perwujudan visi pesantren. Disadari pengembangan pesantren merupakan amanat keluarga besar Pesantren Darussalam maka pengembangan pesantren merupakan investasi bagi keluarga dan jamaah. Pengembangan Pesantren Darussalam akan berimplikai terhadap keberlangsungan kegiatan jamaah dan lembaga pendidikan Pesantren Darussalam baik pesantren itu sendiri maupun pada jenjang Madrasah Aliyah. Maka dari itu, unit kerja pesantren diaktifkan membangun net-work untuk memperkuat atau meningkatkan jumlah biaya yang didapat dari sumber-sumber yang memungkinkan untuk mendapatkan biaya pendidikan. Untuk mengefektifkan dan mengefesienkan kegiatan Pesantren Darussalam maka langkah stategis pimpinan pesantren menunjuk dari tiap pimpinan unit kerja pesantren diambil dari keluarga besar pesantren (sanak family) hal ini merupakan kebijakan yang berdasarkan pada kepercayaan dan kekeluargaan.
Seiring dengan dinamika umat Islam Sumedang yang plural dalam keorganisasian keagamaan, Pesantren Darussalam mengalami perubahan signifikan baik dari sisi ideologi dan budaya pesantren egaliter. Input Pesantren Darussalam mengalami perkembangan kuantitas yang sangat menakjubkan. Perkembangan Pesantren Darussalam yang semula lembaga pendidikan eksklusif, kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan inklusif. Tumbuhnya budaya egaliter dan pendidikan inklusif pada Pesantren Darussalam merupakan starting point yang baik untuk pengembangan daya asup santri pesantren begitu juga untuk membuka kerjasama dengan organisasi diluar pesantren.
Secara letak geografis Pesantren Darussalam berada di daerah perkotaan. Karena itu, seiring dengan perkembangan tata kota dan budaya Sumedang pesantren mengalami asimilasi dan ekspansi yang semula hanya rural based institution, kemudian berkembang menjadi urban based institution. Pada awalnya memang pesantren bersikap "enggan dan rikuh" menerima modernisasi. Namun secara gradual pondok pesantren juga melakukan adaptasi, akomodasi dan konsesi untuk kemudian menemukan pola yang dipandangnya cukup tepat guna menghadapi modernisasi yang berdampak luas. Modernisasi pesantren, baik berkaitan dengan sistem pendidikan maupun program sosialnya, pada dasarnya didorong oleh keinginan untuk menyahuti kebutuhan masyarakat. Hal ini inherent dengan sejarah berdirinya pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam indigeneous muncul dari pengalaman sosiologis masyarakat.
Suasana di Pesantren Darussalam yang menerima santri kalong memang lain dari keadaan di pesantren yang hanya menerima santri mukim. Ternyata ada banyak manfaat untuk santri-santri kalau wajib berasrama karena suasana di pesantren pantas untuk santri yang mau rajin belajar dan juga tidak harus kuatir soal kemananan. Kewajiban berasrama itu juga memperkuat keakraban masyarakat pesantren dan mempermudah tugas ustadz dalam pembinaan dan pendorongan para santrinya.
Dari segi pelayanan orangtua santri pesantren Darussalam berusaha mencari bantuan keluar dan memperluas net-working hal ini dilakukan karena anggaran pembiayaan pendidikan santri sangat rendah kalau mengandalkan dari orang tua santri. Berdasarkan temuan penelitian di lapangan ternyata tingkat ekonomi santri Madrsah Aliyah berada pada ekonomi lemah, maka dari itu pesantren mencari dana bantuan baik dari pemerintah maupun lembaga perorangan lainnya. Selain dari mencari biaya tersebut pesantren berusaha untuk tetap menjalin hubungan mutualisme saling menguntungkan antara pihak Pesantren Darussalam dengan pihak orang tua santri. Salah satu contohnya apabila pesantren membangun atau merenovasi fasilitas yang ada di lingkungan Pesantren Darusslam, maka orangtua santri berusaha untuk dilibatkan dari segi tenaganya sehingga akan meringankan pihak pesantren maupun orangtua santri. Pesantren Darussalam juga berusaha untuk menciptakan lingkungan pembelajaran dan akhlak santri sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Ditinjau dari demografis, pesantren merupakan institusi yang menghasilkan suatu produk yaitu alumni dalam jumlah yang sangat besar, bisa ribuan bahkan puluhan ribu alumni setiap tahunnya. Para alumni itu disadari atau tidak, akan masuk dalam "pasar" dimana konsumennya juga mengalami dinamika perkembangan yang menuntut kualifikasi tertentu. Dalam dinamika tersebut, Darussalam dihadapkan pada realitas bahwa konsumen menjadi penentu. Ini merupakan tantangan yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap lembaga pendidikan termasuk Pesantren Darussalam. Karena itu, pesantren harus mengalami pemberdayaan untuk menjawab tantangan tersebut.
Dalam persaingan bebas dewasa ini, pembangunan kompetensi dan kapasitas santri adalah suatu keharusan. Hal itu dapat dibangun dengan melakukan penyesuaian dengan dinamika global yang berkembang pesat ini. Gagasan penyesuaian atau modernisasi dengan spirit tradisi agama sejatinya memberikan ruang dialog yang konstruktif dengan realitas sosial-politik kemasyarakatan agar dapat menjawab tantangan zaman. Tanpa penyesuaian maka tradisi akan hancur menjadi fosil dan relik sejarah yang dimakan waktu dan zaman.
Pada era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang kehidupan, telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilai-nilai tertentu sesuai dengan karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas (borderless world) yang berarti komunikasi antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan begitu intensif sehingga batas-batas ruang menjadi sirna.
Peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia tersebut, bagi Pesantren Darussalam berusaha mengembangkan dan meningkatkan sehingga ada harapan untuk mencapai pembangunan yang diinginkan yang dibuktikan dengan adanya kebersamaan dalam mencapai tujuan lembaga pesantren. Adapun dalam mencapai visi, misi dan tujuan pengembangan pondok pesantren, maka sumberdaya manusia yang ada berusaha untuk diposisikan ke dalam lembaga internal pesantren, diantaranya ada yang menduduki jabatan atau pengelola pesantren, Madrasah Aliyah, pemondokan, dan unit khusus hubungan kerja sama.
Nilai dasar pengembangan Pesantren Darussalam yang pertama adalah faktor pimpinan pesantren. Hal ini mempunyai dampak dalam pengembangan pesantren, faktor individu pimpinan pesantren mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuatan, rasa percaya diri, serta pendirian dalam pengembangan pesantren. Maka kekuatan dalam menggerakkan lembaga internal pesantren adalah suatu kebutuhan untuk mencoba mempengaruhi para individu yang diamanatinya untuk mengelola pesantren. Rasa percaya diri dan pendirian yang kuat pimpinan pesantren akan meningkatkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut. Gambaran yang diperoleh dari studi lapangan para pengelola dan santri Pesantren Darussalam merasakan bahwa keyakinan-keyakinan pimpinan pesantren adalah benar, mereka menerima pernyataan atau kebijakan pimpinan tanpa mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati, mereka merasa sayang terhadap pimpinan, mereka terlibat secara emosional dalam misi pengembangan pondok pesantren, mereka percaya bahwa mereka dapat memberi kontribusi terhadap keberhasilan pengembangan pesantren, dan mereka mempunyai tujuan-tujuan kinerja tinggi.
Kesadaran pihak Pesantren Darussalam dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada awalnya dunia pesantren terlihat enggan dan rikuh dalam menerima perubahan, sehingga tercipta kesenjangan antara pesantren dengan dunia luar. Tetapi secara gradual Pesantren Darussalam kemudian melakukan akomodasi dan konsesi tertentu untuk kemudian menemukan pola yang dipandangnya cukup tepat guna menghadapi perubahan yang kian cepat dan berdampak luas. Dalam hal ini, pondok pesantren harus mempunya daya saing dan daya sanding, maka kegiatan belajar pesantren membekali santri dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan santri.
Pengelola Pesantren Darussalam merupakan keluarga besar pesantren masih berusia muda yang penuh dengan energik dan motivasi yang tinggi untuk mewujudkan visi pondok pesantren. Idiologi organisasi Persatuan Islam memberikan warna terhadap kinerja pengelola pondok pesantren. Hal dapat dilihat dari budaya kehidupan pesantren. Keunggulan lain dari Pesantren Darussalam dibandingkan dengan pendidikan yang setingkat yang ada di wilayah sekitarnya memiliki pemondokan.
Desakan budaya warga masyarakat Sumedang dan orang tua santri terhadap harapan pesantren yang egaliter, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang ditandai dengan era informasi. Hal ini semua memicu pengembangan pesantren baik dari sisi idiologi maupun mutu (kualitas) lulusan pondok pesantren yang diharapkan oleh masyarakat Sumedang. Hal ini dapat ditangkap oleh pihak pondok pesantren sebagai visi pengembangan pendidikan Pondok Pesantren Darussalam yang menggambarkan profil pondok pesantren yang diinginkan di masa datang, yaitu: Terciptanya Pendidikan inklusif yang mampu mewujudkam Sumber Daya Manusia Berwawasan Ketakwaan, Keunggulan, Tafaquh Fiddin dan Kemasyarakatan.
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita pondok pesantren yang berorientasi ke depan dengan memerhatikan potensi kekikinian, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat.
Untuk mewujudkannya, pesantren menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam Misi sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pendidikan yang mampu menyiapkan lulusan yang unggul, beriman, bertaqwa dan berakhlakul karimah.
2) Meningkatkan kepedulian lulusan melalui pengembangan bakat dan minat.
3) Menyiapkan lulusan yang berkualitas dan berprestasi untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Perumusan tujuan; tingkat pesantren, tingkat unit kegiatan, dan tingkat fungsional. Analisis keunggulan kompetitif, fleksibel, mudah dilaksanakan dalam pesantren, dan tanggap terhadap lingkungan eksternal.
Berdasarkan visi dan misi di atas, maka pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai tujuan dari pengembangan Pesantren Darussalam Sumedang adalah sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pendidikan pesantren yang berorientasi pada sistem penjaminan mutu.
2) Mendidik dan membina siswa yang tafaquh fi d-din.
3) Mengembangan pendidikan pesantren yang bersifat inklusif
4) Menyegerakan fungsi tanah wakaf menjadi sarana pendidikan
5) Memperbanyak tenaga pendidik dan kependidikan berstatus PNS
6) Mengembangkan jamaah sebagai input pesantren
Sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk individu, sosial, moralitas, dan religius, maka upaya Rasulullah SAW. untuk menjadikan kepribadian berakhlak mulia itu dilakukannya melalui pendidikan agama. Seluruh kegiatannya dilakukan dalam segala ruang dan waktu, sehingga segala gerak dan tindaknya merupakan suatu teladan uswah hasanah dalam upaya pendidikan.
Kebesaran pimpinan Pesantren Darussalam ditunjang oleh cara menyampaikan sebuah visi yang menarik untuk menekankan nilai-nilai tertentu dan membantu para pengelola pesantren menginterpretasikan dalam kinerja pengembangan pondok pesantren. Visi ideologis pimpinan pondok pesantren memberi suatu rasa kesinambungan bagi para pengelola dengan menghubungkan pengalaman pimpinan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa masa lampau dan strategi-strategi saat ini kepada sebuah kesan yang hidup mengenai masa depan yang lebih baik bagi pesantren. Dengan mengkomunikasikan harapan-harapan mengenai kinerja yang tinggi dan mengekspresikan rasa percaya bahwa lembaga internal pesantren dapat mencapainya, sehingga para pengelola pesantren mampu meningkatkan rasa percaya diri (self esteem), nilai diri sendiri (self-worth), dan kemampuan diri (self efficacy).
Proses-proses yang memengaruhi perilaku sosial pesantren yang ditranformasikan oleh pimpinan Pesantren Darussalam, diantaranya:
a) Identifikasi pribadi sebagai pimpinan pondok pesantren (personal identification), identifikasi pribadi merupakan sebuah proses penguatan status dirinya sebagai pimpinan. Proses ini memang demokratis tetapi proses identifikasi diri (status) lebih efektif dalam menjalankan dan menetapkan kebijakan pengembangan pesantren.
b) Identifikasi sosial (sosial identification). Identifikasi sosial merupakan sebuah proses mempengaruhi yang menyangkut definisi mengenai diri pimpinan dalam hubungannya dengan santri, jamaah dan pengelola pesantren. Pimpinan pesantren meningkatkan identifikasi sosial dengan membuat hubungan antara konsep diri sebagai pimpinan dengan santri, jamaah dan pengelola pesantren. Pimpinan Pesantren Persatuan Islam 44 Darussalam dapat meningkatkan identifikasi sosial dengan memberikan penghargaan yang unik kepada individu atau kelompok yang memberikan kontribusinya terhadap pengembangan pesantren.
c) Internalisasi (internalization). Pimpinan pesantren mempengaruhi para pengikut untuk merangkul nilai-nilai baru, menekankan aspek-aspek simbolis dan ekspresif pekerjaan pengembangan pondok pesantren, yaitu membuat pekerjaan tersebut menjadi lebih berarti, mulia, heroik (jihad), dan secara agama benar bahkan sering mengeluarkan fatwa seperti wajib, sunnah dan lain-lain. Pimpinan pesantren tidak menekankan pada imbalan-imbalan ekstrinsik dalam rangka mendorong pengelola pesantren untuk memfokuskan diri kepada imbalan-imbalan intrinsik dan meningkatkan komitmen mereka kepada sasaran-sasaran pengembangan pesantren.
d) Penunjukan duta atau wakil pimpinan dalam tugas pesantren. Pimpinan pondok sering menunjuk individu atau kolektif untuk mewakilkan pekerjaannya pada individu yang berbeda, hal ini tergantung pada kemampuan dan kesempatan yang dipunyai individu sebagai wakil pimpinan. Dari sinilah memunculkan kemampuan diri (self-efficacy) dari para pengelola pesantren. Efikasi diri individu merupakan suatu keyakinan bahwa individu tersebut mampu dan kompeten untuk mencapai sasaran tugas yang sukar. Efikasi diri kolektif menunjuk kepada persepsi para pengelola pesantren bahwa jika mereka bersama-sama, mereka akan dapat menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Pimpinan pesantren meningkatkan harapan dari para pengelola pesantren atau lembaga internal bahwa usaha-usaha kolektif dan individual mereka akan berhasil dalam pengembangan pondok pesantren.
e) Mobilisasi sumberdaya manusia Pesantren Darussalam dilibatkan dalam pengembangan sebuah hubungan sosial internal maupun eksternal pondok pesantren. Aktivitas mobilisasi sumberdaya Pesantren Darussalam dalam proses networking, proses pembentukan komunitas yang diindikatori dengan adanya hubungan emosional pesantren dan kepentingan yang sama, dan proses pemanfaatan instrumen (dimensi instrumental).
KesimpulanDalam menjalankan mobilisasi, Pesantren Darussalam mampu memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimilikinya seperti kolega di Kementrian Agama Kabupaten Sumedang dan instansi lainnya. Pemanfaatan sumberdaya tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama. Oleh karena itu, Pesantren Darussalam dalam aspek mobilisasi pekerjaannya mampu memanfaatkan sumber daya manusia yang ada di pesantren tersebut sehingga mampu menjalin komitmen yang kuat dalam mengembangkan pesantren tersebut, mulai dari pimpinan yayasan, pimpinan pesantren, kepala madrasah hingga kepada level yang paling bawah, sehingga yang dijunjung tinggi bagaiamana untuk bekerja sama dan sama-sama bekerja dalam meningkatkan kualitas pendidikan di lingkungan Pesantren Darussalam Sumedang.
Inklusivitas pondok pesantren Darussalam merupakan upaya dan tujuan pesantren dalam berinteraksi dengan masyarakat dan kebudayaan yang berkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sikap inklusif maka lahir sikap yang moderat dan terbuka dalam menerima dan menghargai pendapat dan perilaku islami semua elemen keberagamaan masyarakat muslim, sepanjang masih dalam perbedaan kajian, metodologi, dan literasi yang dijadikan titik tolak.(*)
(lam)