LANGIT7.ID, Jakarta -
Muhammadiyah sentil pengusaha yang jadikan industri halal sebagai gimik. Padahal komoditas tersebut mestinya terjangkau dan tidak ada kesan ekslusif.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menilai, hal inilah yang menjadi tantangan bagi industri
produk halal di Indonesia.
"Masih ada kesan produk halal ini ekslusif, khusus orang Islam padahal tidak," kata Abdul Mu'ti dalam Webinar
Langit7.id bertajuk Potensi Besar Konsumen Muslim yang Belum Digarap Maksimal, Rabu (27/9/2021).
Baca Juga: Tren Halal Jadi Peluang Bisnis yang Sangat MenjanjikanPada sisi yang lain, dia menekankan agar label halal tak hanya dijadikan simbol demi meraup untung. Saat ini, minat masyarakat terhadap konsumsi produk halal memang sedang meningkat.
Dia mengaku pernah mengunjungi hotel syariah yang ternyata tidak ada bedanya dengan hotel konvensional dari segi pelayanan, hanya disediakan mushalla untuk shalat saja sebagai pembeda.
Tapi dari kebersihan, keamanan dan kenyamanan sama saja. Bahkan dia menilai hotel syariah ini tidak lebih baik dari yang konvensional.
Baca Juga: Muhammadiyah Andalkan Mukidi untuk Bangkitan Produk-Produk Halal"Ada kesan eklusif, simbolis dan permukaan kadang-kadang. Tapi substansinya tidak ada," ujarnya.
Mu'ti menjelaskan, substansi syariah yakni kemudahan, keterjangkauan, dan kemaslahatan. Artinya, ketika masyarakat membeli produk atau jasa halal harus mendapat keamanan dan kenyamanan.
"Kalau prinsip syariah terpenuhi orang di luar agama Islam pun akan membeli."
(bal)