LANGIT7.ID-Bekasi; Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar perlu meningkatkan kemampuan produksi untuk menghadapi persaingan global. Hal ini disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Minggir KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq dalam ceramahnya pada Peringatan Hari Lahir NU ke-102 Tingkat MWC NU Kecamatan Cikarang Barat di Masjid Baitul Makmur, Perum. Telaga Sakinah.
Peringatan Harlah NU ke 102 ini, benar benar luar biasa. Acara yang diketuai H.Ramat Hidayat ini berhasil menghadirkan ribuan nahdhiyin dari berbagai wilayah Bekasi. Jamaah yang hadir hingga tumpah ruah memenuhi halaman Masjid Baitul Makmur yang luas. Selain para pimpinan NU tingkat cabang dan ranting dan fatayat yang hadir, ada Camat, ada dari Polres, ada dari Dandim, ada kepala desa, para tokoh masyarakat dan Pj Bupati Bekasi juga hadir diwakili Kepala Dinas Sosial, Drs H.Hasan Basri,MM.
"Kita ini punya bangsa yang sedang berdiri dan sedang mau berkembang. Yang perlu dipersiapkan adalah anak-anak kita bisa berproduksi," ujar Gus Muwafiq dalam ceramahnya, dikutip Minggu (9/2/2025).
Gus Muwafiq menjelaskan bahwa ketergantungan pada produksi luar negeri membuat posisi Indonesia rentan. "Negara itu kalau belum bisa produksi tidak akan kuat. Lihat saja, galak sama Cina jarum tidak dikirim, bubar itu konveksi Indonesia. Dapat macam-macam sama Amerika, diantem transaksi lima juta dolar dalam sehari lima kali, habis kita," paparnya.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Wali Songo Dipilih Sebarkan Islam di Indonesia, Bukan Pedagang atau Panglima Perang![Gus Muwafiq: Ekonomi RI Bisa Lumpuh karena Jarum Jahit, Ini Solusinya]()
Dia mengungkapkan adanya praktik tidak adil dalam sistem perdagangan global, khususnya di sektor keuangan. "Singapura mengalami upgrade kecurangan oleh Inggris, dikasih satu jam lebih awal dari waktu Jakarta sehingga bursa efeknya buka lebih awal daripada bursa Jakarta," jelasnya.
Untuk mengatasi masalah perbedaan waktu tersebut, Gus Muwafiq menyarankan Indonesia perlu mempertimbangkan pemindahan ibu kota ke kawasan timur. "Salah satu jalan keluar ibu kota kita pindah ke kawasan timur agar jamnya sah sama," usulnya.
Dalam ceramahnya, dia juga membandingkan bagaimana negara-negara lain membangun ekonomi mereka melalui penguatan identitas nasional. "Amerika sebelum produksi dan konsumsi, dia bangkitkan kebangsaan Amerika. Dia ceritakan bagaimana orang Eropa perang melawan Indian mulai dari film-film seperti The Last of the Mohican. Kalah dengan Vietnam dia bikin Rambo 1-6, kalah dengan Cina bikin Amerika Shaolin, Amerika Kungfu, kalah dengan Jepang bikin Amerika Ninja, Amerika Samurai," jelasnya.
Baca juga: Gus Muwafiq: Jangan Hanya Ajarkan 'Ya Allah Ya Allah', Ini Tugas Utama Ulama yang Terlupakan![Gus Muwafiq: Ekonomi RI Bisa Lumpuh karena Jarum Jahit, Ini Solusinya]()
Hal serupa juga dilakukan negara-negara Asia. "Jepang harus membangun bangsanya, menopang pasar luar negeri dengan semangat bushido. Korea sebelum bangkit ceritakan kebangsaannya lewat drama Korea. Korea modalnya meja makan dan air mata, itu saja bisa mengerok keuntungan berapa triliun dalam satu tahun," ujarnya.
Dia mencontohkan kesuksesan Korea melalui industri hiburan. "Konser terbesar di dunia dulu adalah Metallica tahun 1991 di Moskow dengan penonton 6 juta orang. Tapi ketika covid kemarin, BTS dalam sekali konser yang nonton 100 juta orang. Sehari sekali, seminggu 4 kali, satu bulan 16 kali. Saya hitung selama satu tahun pemasukan ke Korea Selatan lewat BTS 2.500 triliun," paparnya.
Gus Muwafiq menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar karena pasar dalam negeri yang kuat. "Konsumsi terbesar itu konsumsi dalam negeri, dan konsumsi dalam negeri hanya tumbuh kalau punya rasa cinta pada bangsa dan negara," tegasnya.
Baca juga: Gus Muwafiq: NU Konsisten dengan Islam Nusantara Meski Dituding Aneh AnehDia menambahkan, salah satu potensi ekonomi yang bisa dikembangkan adalah melalui dana abadi umat. "Kalau itu sekarang tiba-tiba nanti akan ada gerakan membangun ekonomi umat dengan bikin BAU (Dana Abadi Umat) dengan 120 juta anggota, satu juta per kepala dalam satu tahun bisa mencapai 120 triliun. Kalau 10 juta per kepala, bisa mencapai 1.200 triliun," hitungnya.
(lam)